Calon anggota legislatif DPR yang bersaing di daerah pemilihan Riau I didominasi oleh tokoh politik daerah. Dari 99 caleg yang maju di Pemilu Legislatif 2019, sebanyak 70 persen di antaranya berdomisili di Provinsi Riau.
Sebaran 69 caleg tersebut, di antaranya, 6 orang dari PPP dan Nasdem, serta 5 orang dari PAN, PAN, PKB. Kemudian, Partai Demokrat, Hanura, dan PKS masing-masing mengajukan 4 caleg, sementara PDI-P, Golkar, dan Gerindra masing-masing memiliki 3 caleg yang memiliki tempat tinggal di wilayah Riau.
Bukan hanya domisili, beberapa caleg juga memiliki rekam jejak politik yang mengakar di ”Bumi Lancang Kuning” tersebut. Dari Partai Golkar terdapat nama Arsyadjuliandi Rachman dan Tabrani Maamun.
Arsyadjuliandi Rachman merupakan mantan Gubernur Riau. Sebelumnya, ia menjabat Wakil Gubernur Riau, anggota DPRD Provinsi Riau (2004-2009), serta anggota DPR (2009-2014).
Ada pula nama Tabrani Maamun, petahana anggota DPR dari Partai Golkar. Sebelum bergabung ke Senayan, Tabrani merupakan anggota DPRD Provinsi Riau (2009-2014) dan Wakil Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Riau.
Caleg-caleg lain dari PKS, PDI-P, dan PAN juga memiliki karier politik yang patut diperhitungkan. Salah satu figur petahana DPR adalah Chairul Anwar dari PKS. Petahana kelahiran Pekanbaru ini merupakan anggota DPR sejak 2004 atau sudah tiga periode duduk di kursi parlemen Senayan.
PDI-P, partai peraih suara terbanyak Pemilu 2014 di Riau I, mengajukan tujuh nama calegnya, termasuk petahana Effendi Sianipar yang meraih 69.425 suara di Pemilu Legislatif 2014. Caleg lain adalah Rusli Ahmad dari PDI-P. Saat ini, selain berkiprah sebagai anggota DPRD Provinsi Riau, Rusli juga menjabat Ketua Pengurus Wilayah NU Provinsi Riau.
Dari PAN, ada nama petahana Jon Erizal, yang lima tahun lalu meraup suara terbanyak di Dapil Riau I (91.076 suara). Selain Jon Erizal, PAN turut mengajukan Wan Abu Bakar, mantan Wakil Gubernur Riau. Saat ini Wan Abu Bakar juga merupakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Riau.
Selain persaingan caleg lokal, lanskap politik di Riau I mencatat konstelasi politik yang sangat dinamis. Hal ini terlihat dari tingkat keterpilihan partai politik dan calon anggota legislatif pada pemilu sebelumnya yang beragam. Tidak ada dominasi satu parpol di tujuh kabupaten/kota yang masuk dapil Riau I.
PDI-P sebagai partai pemenang hanya unggul di Siak dan Dumai. Sementara wilayah Rokan Hulu dan Rokan Hilir menjadi lumbung suara Partai Golkar. Sementara PAN unggul di Pekanbaru, Bengklais, dan Kepulauan Meranti. Demikian juga dengan keterpilihan caleg. Sebanyak enam anggota DPR dari dapil Riau I di Pemilu 2014 berasal dari enam parpol berbeda.
Peta persaingan di dapil ini juga mendapat tantangan dari tingkat partisipasi pemilih yang rendah. Pada Pemilu Legislatif 2014, partisipasi pemilih di dapil ini 72,02 persen, masih di bawah rata-rata partisipasi nasional yang berada di angka 75,11 persen. Tingkat partisipasi paling rendah berada di Kota Pekanbaru dan Kota Dumai, dengan angka partisipasi pemilih pada Pemilu Legislatif 2014 tercatat di bawah 70 persen.
Tantangan lain yang masih menanti adalah faktor pembangunan ekonomi. Dapil Riau I merupakan wilayah yang kaya, tetapi stagnan. Dengan produk domestik regional bruto Rp 466,62 triliun, dapil ini menjadi dapil terkaya kedua di luar Pulau Jawa. Bahkan menjadi dapil terkaya di Pulau Sumatera.
Namun, besarnya nilai PDRB ini tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang baik. Dengan rerata pertumbuhan PDRB dari rentang 2013 hingga 2017 di angka 2,44 persen, dapil ini jauh tertinggal dari dapil lain di Indonesia yang memiliki rerata pertumbuhan PDRB di angka 5,63 persen. (LITBANG KOMPAS)