Sungai Cimanuk Tunggu Sentuhan
Banjir besar di wilayah Indramayu, Jawa Barat, tergolong parah. Pemulihan kawasan daerah aliran Sungai Cimanuk dari hulu hingga hilir mutlak diperlukan.
INDRAMAYU, KOMPAS— Banjir yang merendam ribuan rumah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mengungkap masalah tata ruang di hilir dan hulu Sungai Cimanuk. Curah hujan bukan penyebab satu-satunya.
Bagian hulu daerah aliran Sungai (DAS) Cimanuk sudah beralih fungsi, sedangkan di kawasan hilir ada masalah buruknya saluran pembuangan dan maraknya bangunan liar di bantaran sungai.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Indramayu, hingga Rabu (10/4/2019), banjir masih merendam 8.271 rumah dengan ketinggian air 20-100 sentimeter.
Secara keseluruhan, banjir melanda 19 desa di Kecamatan Indramayu, Sindang, Pasekan, Lohbener, dan Cantigi. Saat banjir pertama kali memasuki rumah warga, Senin (8/4) sore, banjir menggenangi enam desa di Indramayu.
Hingga Rabu sore, 24.813 jiwa serta sejumlah perkantoran dan sekolah terdampak. Kerugian akibat banjir diperkirakan mencapai Rp 4,1 miliar. Sebagian besar penyintas mengungsi ke rumah kerabat, masjid, dan balai desa. Bahkan, ratusan penyintas di Desa Babadan dan Sindang mengungsi di pinggir sungai, beralaskan tikar dan beratap terpal.
Sejauh ini, banjir tersebut berasal dari luapan Sungai Cimanuk. Sungai sepanjang 180 kilometer itu berhulu di kaki Gunung Papandayan, Kabupaten Garut, lalu melintasi Sumedang, Majalengka, dan berakhir di Indramayu. Hujan deras di daerah hulu berpotensi menyebabkan banjir di hilir.
Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung Happy Mulya, saat banjir, debit air di Cimanuk mencapai 1.400 meter kubik per detik. Padahal, kapasitas Cimanuk 1.200 meter kubik per detik.
”Waduk Jatigede (Sumedang) belum mampu menahan air dari hulu karena masih dalam pembangunan,” ujarnya saat mengunjungi Indramayu.
Happy mengatakan, banjir itu juga dipengaruhi kerusakan DAS Cimanuk. ”Di hulunya, lahan kritis mencapai 31 persen atau sekitar 110.000 hektar. Hutan beralih fungsi menjadi tanaman sayuran,” ujarnya.
Kondisi tersebut tampak ketika banjir bandang melanda Garut, September 2016. Sebanyak 34 orang tewas dan 19 lainnya hilang terseret aliran Sungai Cimanuk (Kompas, 27/9/2016).
Berbagai penyebab
Menurut dia, sungai juga mengalami pendangkalan karena material padat yang terendap. Banjir bandang Garut saja, lanjut Happy, menggelontorkan sedimen tanah hingga 5 juta meter kubik di Sungai Cimanuk. Adapun laju erosi mencapai 4,7 milimeter per tahun. ”Ini sangat berat. Normalnya hanya 2 milimeter per tahun,” katanya.
Di hilir, bantaran sungai diokupasi bangunan liar sehingga badan sungai menyempit. Tanggul sungai bahkan dijadikan usaha batu bata. Sungai Cimanuk lama yang bermuara di Laut Karangsong juga tak lagi berfungsi. Sampah dan eceng gondok menutupi hampir seluruh aliran sungai, bercampur dengan sampah rumah tangga.
Di Pagirikan, Pasekan, aliran sungai terhambat jalan dan usaha pembuatan perahu warga. Jalan aspal itu masih digunakan warga meskipun Pemkab Indramayu telah mengoperasikan jembatan sepanjang 300 meter tahun lalu.
Sementara itu, Sungai Cimanuk lama menjadi saluran pembuangan selain Sungai Cimanuk baru yang bermuara di Cantigi. Akibatnya, banjir tak kunjung surut.
Pada Rabu sore, BBWS Cimanuk-Cisanggarung bersama Pemkab Indramayu sepakat membongkar jalan yang menghadang aliran Sungai Cimanuk lama. ”Targetnya empat sampai lima hari. Kami juga akan menormalisasi Cimanuk lama. Dari panjang 13 kilometer, yang sudah dikerjakan 3 kilometer,” ujar Happy.
Dalim (59), warga Babadan, berharap pemerintah serius menanggulangi banjir. ”Ini banjir terparah. Pada 2014, kami tidak sampai mengungsi. Cimanuk dibiarkan rusak, tidak diurus,” ujarnya.
Di tempat terpisah, Bupati Indramayu Supendi meminta kepada BBWS Cimanuk-Cisanggarung memperbaiki empat tanggul kritis yang rawan jebol. ”Kami segera menertibkan bangunan liar di pinggir sungai pascabanjir,” ujarnya.
Terkait penertiban, Kepala Polres Indramayu Ajun Komisaris Besar M Yoris Marzuki menyatakan siap membantu Pemkab Indramayu. ”Kami menjamin tidak ada gangguan dari pihak mana pun,” ucapnya. (IKI)