Jurus Pamungkas Para Kandidat
Tiga pekan terakhir merupakan pekan terpadat bagi para peserta Pemilihan Umum tahun 2019, tak terkecuali bagi kedua pasangan kandidat presiden dan wakil presiden. Pasangan Joko Widodo-Maruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sama-sama memanfaatkan waktu tiga pekan masa kampanye terbuka secara maksimal.
Sejak tahapan kampanye terbuka dimulai pada 24 Maret 2019, kedua pasangan kandidat Pemilu Presiden (Pilpres) sama-sama turun langsung ke berbagai daerah untuk menyapa para pendukung. Dalam satu hari biasanya para kandidat menghadiri lebih dari satu agenda kampanye.
Calon Presiden (Capres) nomor urut 1, Joko Widodo, misalnya, dalam satu hari menghadiri lebih dari tiga agenda di kabupaten/ kota, bahkan provinsi berbeda. Pada 28 Maret, misalnya, Jokowi melakukan kampanye di Balikpapan, Kalimantan Timur dan Mamuju di Sulawesi Barat, lalu kembali pulang ke Jakarta. Bahkan pada tanggal 2 April, Jokowi datang ke empat provinsi sekaligus. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu terbang seusai kampanye di Sorong, Papua Barat, menuju Palembang (Sumatera Selatan), kemudian ke Solo (Jawa Tengah), dan berakhir di Ngawi (Jawa Timur).
Begitu pula Calon Wakil Presiden (cawapres) nomor urut 2, Sandiaga Uno. Dalam satu hari, ia bisa menghadiri lebih dari 10 acara di lebih dari satu kabupaten/ kota. Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itupun sampai mendapatkan rekor MURI, karena sudah melakukan safari politik ke 1.500 titik semenjak ditetapkan sebagai cawapres.
Kampanye yang dihadiri para capres dan cawapres juga diikuti banyak massa. Hampir di setiap kampanye di daerah, Jokowi mendapat sambutan meriah dari para pendukungnya. Begitu pula kampanye Prabowo, selalu dipadati oleh para pendukung.
Kampanye dengan massa terbanyak yang diikuti Prabowo-Sandi terjadi pada 7 April lalu di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Ratusan ribu pendukung dari berbagai pelosok Tanah Air datang untuk berdoa serta mendengarkan orasi politik Prabowo.
Dalam acara bincang-bincang Satu Meja yang ditayangkan di Kompas TV, Rabu (10/4/2019), Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Miftah Sabri, memaparkan, kampanye akbar di GBK merupakan bentuk partisipasi para pendukung untuk merayakan pesta demokrasi. Semua kalangan berbondong-bondong datang ke kampanye akbar dengan biaya sendiri.
“Tidak ada amplop, tidak ada nasi bungkus. Semua adalah partisipasi, bukan mobilisasi,” katanya dalam acara yang dipandu Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo itu.
Turut hadir dalam acara bertema “Pertaruhan Akhir Capres” itu Juru Bicara BPN Raslina Rasyidin, anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf Lukman Edy dan Isyana Bagoes Oka, Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Phillips J Vermonte, serta Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD) Kiki Syahnakri.
Sama dengan Prabowo-Sandi, Jokowi-Amin juga mempersiapkan kampanye akbar terakhir di GBK pada tanggal 13 April mendatang. Menurut Lukman, kampanye di GBK itu merupakan penutupan dari rangkaian kampanye yang dilakukan selama 21 hari di berbagai daerah. Bagi Jokowi-Amin kampanye merupakan momen untuk menyapa para pendukungnya.
“Karenanya di setiap kampanye waktu paling banyak dihabiskan untuk bersalaman, berswafoto, silaturahim, bukan pidato panjang-panjang di atas mimbar,” tuturnya.
Tak berpengaruh
Meskipun para kandidat memanfaatkan tahapan kampanye terbuka secara maksimal, ternyata kegiatan rapat umum tidak terlalu banyak berpengaruh pada tingkat keterpilihan atau elektabilitas. Pasalnya, masyarakat yang hadir dalam kampanye terbuka umumnya merupakan pendukung loyal para kandidat.
“Saya kira kampanye akbar tidak terlalu signifikan meningkatkan atau mengurangi elektabilitas. Kenapa? Karena sebagian besar massa yang datang, seperti saat Pak Prabowo di GBK, itu massa yang setia. Jadi saya melihat kampanye akbar hanya menguatkan komitmen bahwa ini pilihan saya,” kata Kiki Syahnarki.
Ia justru melihat, kampanye akbar merupakan ajang bagi para kandidat untuk menunjukkan kekuatan masing-masing. Rapat akbar di Jakarta menjadi penting karena bisa dilihat oleh masyarakat di seluruh daerah di Indonesia dan juga masyarakat negara lain.
Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga Ketua Dewan Penasihat TKN Jokowi-Maruf pun memiliki pandangan yang sama, kampanye terbuka merupakan ajang untuk menunjukkan kekuatan dukungan para kandidat. Dari kampanye itu bisa terlihat berapa besar dukungan yang bisa diraih pasangan capres-cawapres.
Lukman mengamini bahwa tidak ada pengaruh elektoral yang didapat Jokowi-Amin dalam kampanye terbuka. Karena itulah, Jokowi-Amin selalu memanfaatkan kampanye terbuka sebagai ajang bersilaturahim dengan warga.
Hasil survei internal masing-masing kubu menunjukkan tidak ada pergerakan signifikan setelah kampanye terbuka berlangsung. Target yang ditetapkan Jokowi-Amin, misalnya, tidak berubah di angka 57 persen-58 persen. Ini sesuai dengan survei internal TKN, yang menurut Lukman, elektabilitas pasangan kandidat petahana antara 52 persen-54 persen. Sementara survei internal BPN terbagi menjadi tiga kelompok, yakni elektabilitas sekitar 60 persen, 50 persen, dan 47 persen-49 persen.
Strategi terakhir
Sadar jika kampanye terbuka tidak terlalu berdampak pada elektabilitas, kedua pasangan kandidat pun mempersiapkan jurus pamungkas untuk menarik simpati rakyat. Tak hanya mengritisi kebijakan ekonomi capres petahana, pasangan Prabowo-Sandi, juga merencanakan untuk mengumumkan daftar anggota kabinet kepada publik pada hari Jumat (12/4/2019) ini.
Menurut Miftah, ada sekitar 70-80 nama yang akan masuk daftar kabinet Prabowo-Sandi. Tiap-tiap partai politik pengusung akan mendapatkan kursi kabinet sesuai dengan porsi masing-masing.
Penyusunan anggota kabinet sejak dini itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa Prabowo-Sandi ingin lebih terbuka dan transparan. “Ini akan menjadi tradisi baru, dan saya kira cukup menarik, karena orang tidak lagi membeli kucing dalam karung,” tuturnya.
Politikus Partai Gerindra itu tidak menampik akan adanya keuntungan elektoral yang didapat dari strategi baru tersebut. Tetapi, Miftah menegaskan, keuntungan elektoral itu bukanlah tujuan utama dari pembentukan kabinet sebelum pemungutan suara Pemilu 2019.
Strategi pamungkas Prabowo-Sandi itu tak membuat Jokowi-Maruf latah, ikut menyusun daftar anggota kabinet bayangan. Menurut Isyana, saat ini Jokowi sudah memiliki kabinet yang kinerjanya baik. Para menteri di bawah Jokowi-Jusuf kalla ini juga masih harus menyelesaikan tugas hingga bulan Oktober nanti.
Untuk menarik simpati pemilih, Jokowi-Amin lebih mengutamakan penyampaikan capaian kinerja serta visi-misi dan program kerja ke depan. Salah satunya program pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang merupakan program lanjutan dari periode pertama pemerintahan Jokowi. Diantaranya Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, Kartu Pra Kerja, dan Kartu Sembako Murah.
Dalam setiap kesempatan kampanye terbuka, Jokowi memang selalu menyampaikan rencana pemberian tiga kartu baru untuk masyarakat. Dengan kartu itu diharapkan masyarakat akan lebih mudah mengakses pendidikan tinggi, lapangan kerja, serta bahan kebutuhan pokok.
Philip menilai, strategi yang dilakukan Jokowi-Amin merupakan strategi yang biasa dilakukan olen kandidat petahana. Selain menjelaskan apa saja yang sudah dikerjakan, petahana biasanya membangun narasi melanjutkan pembangunan yang telah dilaksanakan pada periode pertama.
Sedangkan kandidat penantang biasanya selalu berusaha mempengaruhi emosi pemilih. Sehingga narasi yang dibangun adalah mengritisi kinerja serta kebijakan petahana. Langkah Prabowo-Sandi mengumumkan daftar anggota kabinet merupakan upaya untuk menunjukkan bahwa pasangan tersebut memiliki perspektif ataupun kebijakan berbeda dari petahana.
Rangkaian tahapan kampanye akan ditutup dengan debat yang diikuti kedua pasangan kandidat presiden-wakil presiden pada Sabtu (13/4/2019) esok. Kiki mengingatkan kedua kandidat agar lebih berhati-hati menyampaikan pendapat pada debat terakhir. Selain performa yang baik, kedua pasangan kandidat juga hendaknya tidak salah bicara, apalagi salah memaparkan data dan fakta karena tidak ada waktu lagi untuk menyampaikan koreksi. Performa yang baik juga penting untuk menghindari perdebatan pendapat di media sosial pada hari tenang sebelum pemungutan suara.
Berbagai strategi untuk meraih simpati masyarakat sudah dilakukan Jokowi-Maruf maupun Prabowo-Sandi. Siapa yang akan memenangi Pemilu akan sangat tergantung pada pilihan warga, tanggal 17 April nanti. Hal yang terpenting bagi kandidat dan pendukungnya adalah siap menerima kemenangan sekaligus kekalahan dengan jiwa besar.