Kolong Tol Ditata, Warga Berharap Tetap Bisa Lanjutkan Usaha
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, mulai Kamis (11/4/2019) merencanakan penataan kawasan kolong jalan tol di sejumlah wilayah di Jakarta. Namun, warga penghuni kolong tol masih enggan untuk meninggalkan kawasan tersebut. Warga masih berharap mendapat ruang berkegiatan di kolong jalan tol.
Kamis lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah berkirim surat kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengenai rencana penataan kolong tol. Kawasan yang akan ditata khususnya pada ruas segmen tol Plumpang-Pluit dan Grogol Pluit. Namun, ia belum menjelaskan konsep pengelolaan kolong tol ini.
Kolong jalan tol Jembatan Tiga menuju Pluit, Jakarta Utara, Jumat (12/4/2019), menjadi salah satu tempat yang banyak dihuni warga. Di tempat itu, terdapat sejumlah warung makan serta lapak usaha lainnya, seperti berjualan barang rongsokan atau kayu bekas.
Nidha (47), warga yang tinggal di sekitar kolong tol, mengatakan bahwa mereka telah menghuni kawasan tersebut selama puluhan tahun. Sempat ada penggusuran selama dua tahun terakhir, sehingga sebagian warga ada yang pindah ke rumah susun.
"(Mereka tinggal di sini) sudah bertahun-tahun. Karena sempat ada penggusuran, sebagian dari mereka ada yang memilih pindah ke rumah susun, namun ada yang masih tinggal di sini," kata Nidha.
Hertini (49), warga Pemalang, Jawa Tengah, mengaku telah berjualan di kolong itu sejak 1988. Ia enggan pindah karena kolong itu menjadi sumber nafkah untuk menghidupi tiga orang anaknya.
"Dua anak saya masih belum bekerja. Yang satu sekolah di SMA swasta, sementara satu lagi masih kuliah di sebuah universitas swasta di Jakarta Timur," ujarnya.
Selama tahun 2017 dan 2018, lapaknya dua kali digusur oleh Satuan Polisi Pamong Praja. Namun, ia selalu kembali lagi ke kawasan tersebut. Alasan dirinya selalu kembali karena tiap malam, ada banyak sopir truk yang berkumpul dan beli makan di lapaknya.
Hertini berharap bahwa dirinya masih dibolehkan berjualan di lapak tersebut. Di satu sisi, ia sadar bahwa dirinya hanya menumpang berdagang di kolong tol.
Di lain tempat, kolong tol di kawasan Jakarta Utara menjadi ruang publik bagi warga. Hal itu terjadi pada pembangunan Masjid Babah Alun, di Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Muntaha (42), pengurus masjid itu, mengatakan bahwa tempat tersebut didirikan sebagai bagian dari pembangunan milik PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP). Perusahaan ini merupakan pihak yang membangun sejumlah jalan tol di Indonesia.
Camat Tanjung Priok Syamsul Huda mengatakan, pembangunan Masjid Babah Alun merupakan proyek ruang publik yang dinilainya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Proyek ini sepenuhnya dilakukan oleh PT CMNP, pihaknya hanya membantu mengimbau warga setempat untuk mematuhi aturan.
Pembangunan Masjid Babah Alun merupakan proyek ruang publik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
"Sebagian besar warga yang berdagang di kolong tol itu kan warga pendatang. Jadi kami tidak berkewajiban untuk menyediakan lahan relokasi. Mereka pun penghasilannya besar, sehingga bisa mencari tempat tinggal di kawasan lain," kata Syamsul.
Syamsul mengatakan, sekitar bulan Juli 2019, PT CMNP akan membangun kawasan ruang publik lagi di sekitar kolong tol. Ia mendukung penuh pembangunan tersebut agar kolong tol tidak lagi dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.