Sebutan kawasan “Tapal Kuda” melekat pada tiga daerah yang terdapat di Daerah Pemilihan Jawa Timur III, yakni Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo. Penamaan ini bukanlah kategorisasi kultural yang kuat, namun biasa digunakan untuk memetakan politik aliran di Jawa Timur. Kendati pemetaan politik ini sudah ada, bukan berarti hasil di lapangan selalu sesuai di atas kertas.
Secara historis, PKB telah menunjukkan dominasinya di kawasan yang dikenal dengan nuansa keislaman yang kental ini, khususnya Nahdlatul Ulama. Hanya saja, dominasi tersebut sempat “diusik” oleh Partai Demokrat yang memenangi dapil ini di Pemilu 2009. Partai yang didirikan di Jakarta pada tanggal 23 Juli 1998 tersebut, turun ke posisi 3 dan harus mengakui keunggulan PDIP dan Partai Demokrat kala itu.
Di Pemilu 2014, PKB kembali menunjukkan kekuatan dan turut menyokong para calon anggota legislatifnya di dapil ini. Buktinya, dua caleg PKB berhasil menduduki posisi teratas dalam perolehan suara. Sementara itu PDIP, Partai Golkar, PPP, Partai Gerindra, dan Partai Demokrat, harus rela berbagi masing-masing satu kursi.
Selain daya sokong partai, untuk pemilu kali ini para caleg yang bertarung juga mengandalkan popularitas pribadi, entah sebagai petahana ataupun mengandalkan nama tenar. Di dapil Jawa Timur III, terdapat 13 caleg lama yang kali ini akan bersaing dengan caleg wajah baru yang tergolong muda.
Dari PDI P, misalnya, menempatkan politisi muda Banyu Biru Djarot, putra Eros Djarot. Begitu pula, partai pendatang baru Partai Solidaritas Indonesia (PSI), menempatkan Mohamad Guntur Romli, sosok muda yang populer dalam pemberitaan media massa. Putera KH Achmad Zaini Romli, pengasuh pondok pesantren Darul Aitam Ar-Romli itu menempati nomer urut 1.
Meski demikian, nama tenar yang melekat pada para caleg muda tersebut bukan berarti akan serta merta memudahkan langkah mereka untuk meraih kursi. Sebabnya, dari 13 caleg lama pun terdapat lima nama caleg terpilih di pemilu 2014 dan kembali maju berkontestasi. Di antara kelima nama tersebut, Azam Azman Natawijana (Partai Demokrat) patut diperhitungkan berkat prestasi keterpilihannya dalam kurun tiga pemilu terakhir (2004, 2009, dan 2014).
Berdasarkan publikasi KPU, para caleg yang bertarung secara proporsi usia (antara kalangan milenial dan tua) tidaklah jauh berbeda. Dari 58 caleg yang membuka data dirinya, terdapat 28 caleg berusia 21 hingga 40 tahun (48 persen) dan 30 caleg berusia 41 hingga 73 tahun (52 persen). Bisa dikatakan, persaingan antarcaleg di dapil ini melibatkan tiga faktor kekuatan, yakni partai pendukung, petahana, dan nama tenar. (LITBANG KOMPAS)