Pojok Beteng di Timur Laut Keraton Yogyakarta Akan Dibangun Kembali
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS –Pojok beteng di sisi timur laut Keraton Yogyakarta, yang hancur dalam peristiwa Geger Sepehi tahun 1812, akan dibangun kembali. Pembangunan itu merupakan bagian dari penataan kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta. Namun, pembangunan itu harus didahului pembongkaran bangunan milik warga di area bekas pojok beteng itu.
”Informasi sudah diberikan kepada masyarakat. Nanti kami lakukan sosialisasi secara terbuka juga,” kata Kepala Kundha Kabudayaan atau Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta Aris Eko Nugroho, Kamis (11/4/2019), di Kabupaten Sleman.
Pojok beteng merupakan bagian dari benteng yang dulu mengelilingi Keraton Yogyakarta. Awalnya, ada empat pojok beteng. Namun, kini, hanya ada tiga bangunan pojok beteng yang tersisa, yakni di sisi tenggara Keraton Yogyakarta, di barat daya, dan di barat laut.
Satu bangunan pojok beteng di sisi timur laut hancur saat tentara Inggris menyerbu Keraton Yogyakarta pada 1812 atau dikenal dengan peristiwa Geger Sepehi. Kini, di sisa pojok beteng itu diberi semacam prasasti untuk mengingat peristiwa Geger Sepehi. Sementara itu, di area bekas pojok beteng berdiri rumah, tempat usaha, dan fasilitas umum.
Berdasarkan pendataan, ada 23 bidang lahan yang diperkirakan terkena dampak pembangunan kembali pojok beteng itu. Status lahan yang terdampak itu berbeda-beda. Ada lahan milik Keraton Yogyakarta atau Sultan Ground, ada lahan hak milik warga, dan ada lahan yang dimanfaatkan warga dengan status hak guna bangunan (HGB). Jumlah warga yang terdampak, menurut Aris, sebanyak 35 keluarga.
Saat ini berlangsung proses penilaian (appraisal) terhadap lahan dan bangunan yang terkena dampak pembangunan kembali pojok beteng. Hasil dari penilaian akan menjadi dasar penentuan besaran ganti rugi.
”Kami ingin bukan ganti rugi, tetapi ganti untung. Bapak Gubernur mengarahkan, sedapat mungkin orang yang terdampak punya tempat tinggal lagi. Harapannya, tidak ada kegaduhan di masyarakat,” ujar Aris.
Sesudah proses penilaian selesai, Pemerintah Daerah DIY akan menyosialisasikan secara terbuka kepada warga yang terdampak. Jika seluruh proses itu selesai tahun ini, pembangunan bisa dimulai tahun depan.
Sumbu Filosofi
Aris memaparkan, pembangunan kembali pojok beteng itu menjadi bagian dari penataan kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta. Sumbu Filosofi merupakan garis lurus yang membentang dari tiga bangunan penting di Yogyakarta, yakni Tugu Golong Gilig atau Tugu Yogyakarta, Keraton Yogyakarta, dan Panggung Krapyak. Sumbu Filosofi itu melambangkan perjalanan manusia sejak lahir hingga meninggal atau kembali kepada Tuhan.
Pemda DIY berencana mengajukan kawasan Sumbu Filosofi agar ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Usulan disampaikan kepada UNESCO sebagai lembaga yang berwenang menetapkan warisan budaya dunia.
Sejumlah warga yang tinggal di area bekas pojok beteng menyatakan siap pindah apabila diminta oleh Pemda DIY. Warga RT 078 RW 018 Kelurahan Panembahan, Tri Priyono (47), menuturkan, bengkel miliknya merupakan salah satu yang terdampak pembangunan kembali pojok beteng.
Bangunan bengkel milik Tri itu berdiri di atas lahan Sultan Ground. Ia siap pindah apabila diminta. ”Mau bagaimana lagi. Tanah ini, kan, kagungan dalem (milik Sultan),” ujarnya.
Namun, Tri berharap mendapat ganti rugi yang memadai dari Pemda DIY serta mendapatkan lahan atau bangunan pengganti yang bisa dipakai sebagai bengkel. ”Kalau ganti ruginya berupa uang, kan, enggak cukup untuk beli lahan atau bangunan lagi,” ucapnya.
Warga RT 076 RW 018 Kelurahan Panembahan, Suharto (78), juga siap pindah apabila rumah miliknya terdampak. Namun, ia berharap ada ganti rugi yang layak karena sudah lama tinggal di rumah yang berdiri di atas Sultan Ground itu. ”Saya tinggal di sini sejak tahun 1975,” katanya.