Presiden Bank Dunia yang Baru Diminta Soroti Isu Kemiskinan dan Kesenjangan
Oleh
Karina Isna Irawan
·3 menit baca
WASHINGTON DC, JUMAT — Presiden Bank Dunia David Malpass, yang resmi menjabat sejak 9 April 2019, mendapat sorotan dari berbagai pihak, termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Malpass diminta menitikberatkan perhatian pada isu-isu kemiskinan dan kesenjangan.
Malpass menggantikan Jim Yong Kim, Presiden Bank Dunia ke-12 yang mengundurkan diri pada awal Februari 2019. Masa jabatan Malpass selama 5 tahun dan akan berakhir tahun 2024.
Dalam pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional-Bank Dunia 2019 di Washington DC, Amerika Serikat, 9-14 April, Malpass mendapat sorotan dari berbagai pihak. Para petinggi negara dan ekonom menanti penjelasam arah kebijakan Bank Dunia dibawah pimpinan Malpass.
Salah satu pihak yang menyoroti Malpass adalah Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan yang juga mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia. Sri Mulyani melalui siaran pers, mengatakan, Malpass mesti terus memperbaharui pengetahuan tentang Bank Dunia.
“Bank Dunia telah banyak berubah dalam proses bisnis dan berbagai hal,” ujar Sri Mulyani dalam joint seminar Bretton Woods Committee and Center for Global Development, pertemuan musim semi IMF-Bank Dunia 2019 di Washington DC, AS, Jumat (12/4/2019) waktu setempat.
Sri Mulyani menuturkan, sejak masa kepemimpinan Robert Zoellick, Presiden Bank Dunia ke-11, terjadi banyak perubahan organisasi dan model bisnis. Bank Dunia terus melakukan reformasi sehingga lebih gesit dalam merepons isu-isu terkait korupsi dan demokratisasi data.
Sejumlah pemimpin negara berharap, Malpass memberi perhatian terhadap isu-isu spesifik yang juga dilakukan presiden Bank Dunia terdahulu. Salah satunya, penyelesaian isu dan program di negara-negara kecil, miskin, rentan, dan negara kepulauan.
Sejumlah pemimpin negara berharap, Malpass memberi perhatian pada isu-isu spesifik yang juga dilakukan presiden Bank Dunia terdahulu
“Yang harus dilakukan adalah memastikan bagaimana operasi Bank Dunia ke sebuah negara atau bagaimana janji Bank Dunia kepada suatu negara, misalnya, terkait peningkatan modal,” kata Sri Mulyani.
Terkait peningkatan modal, kebijakan Bank Dunia yang paling dinanti pemimpin-pemimpin dunia adalah penanganan untuk negara berpendapatan menengah (middle income country). Seberapa besar dan pentingnya peningkatan modal bagi negara-negara yang masuk ketegori tersebut.
Menurut Sri Mulyani, setiap presiden Bank Dunia memiliki spesifikasi isu yang akan ditangani selama mereka menjabat. Misalnya, Zoellick fokus pada penanganan korupsi dan transparansi data, sementara Jim menitikberatkan pada isu sumber daya manusia dan perubahan iklim.
“Mungkin di era Malpass, akan lebih fokus pada koefisien gini, ketimpangan, dan bagaimana negara bisa berkembang optimal dengan investasi minimal,” ujarnya.
Sri Mulyani berpesan, Bank Dunia harus tetap memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan lembaga lain. Bank Dunia perlu memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih dalam menangani klien, yaitu negara-negara di dunia.
Loyalis Trump
Malpass terpilih sebagai Presiden Bank Dunia atas rekomendasi Presiden AS Donald Trump. Pria berusia 73 tahun ini merupakan warga negara AS yang kerap memberi kritik pedas terhadap kebijakan-kebijakam Bank Dunia.
Dalam rekam jejak karirnya, Malpass sempat menjadi loyalis Trump dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 2016 dan menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan tahun 2017.
Malpass sangat terkait dengan pemerintahan Trump yang menarik diri dari perjanjian Iklim Paris tahun 2016. Keputusan itu memicu kekhawatiran karena Bank Dunia cukup aktif meningkatkan investasi pada proyek-proyek lingkungan hidup.
Pada 2017, Malpass juga mengkritik Bank Dunia, IMF, dan sejumlah lembaga multilateral karena dianggap menyalurkan pinjaman yang terlampau besar. Situasi itu dinilai akan mengganggu dan mengubah ekosistem dunia.
Malpass juga membantu negosiasi paket reformasi pinjaman Bank Dunia terkait peningkatan modal sebesar 13 miliar dollar AS tahun 2018. Peningkatan modal itu bertujuan membatasi pinjaman bank dan memfokuskan sumber daya pada negara-negara miskin.
Meski demikian, dalam pertemuan dengan para petinggi negara yang mencalonkan dirinya, Malpass berkomitmen akan memprioritaskan kepentingan lembaga, bukan pemerintahan Trump. (BLOOMBERG/AFP)