Musisi yang juga konduktor Addie MS ternyata sudah lama menjadi ”koling” alias konduktor keliling. Istilah itu datang dari dirinya sendiri dan mengacu pada julukan ”starling” (starbuck keliling) bagi penjual minuman yang biasa berkeliling di area hari bebas berkendara tiap Minggu di Jakarta.
”Sebenarnya istilah ’koling’ itu muncul untuk membumikan hal yang dianggap elite atau eksklusif. Saat aku berkomunikasi di media sosial, aku sering disapa dengan sebutan maestro. Aku jawab, aku mas bro,” ujar Addie, Jumat (12/4/2019), di Jakarta.
Sang koling akhir-akhir ini sering tampil di berbagai kesempatan untuk memimpin masyarakat menyanyikan lagu kebangsaan dan lagu perjuangan.
”Aku pernah jadi koling di Pilkada DKI, memimpin sekitar 10.000 orang di Balai Kota DKI Jakarta menyanyikan lagu ’Indonesia Raya’ dan lagu perjuangan seperti ’Rayuan Pulau Kelapa’ dan ’Mars Pancasila’. Tapi, jauh sebelumnya aku sudah jadi koling, misalnya, di acara seminar, di Rutan Salemba, Jakarta, untuk memimpin 4.000-an warga binaan menyanyikan lagu perjuangan kita,” tuturnya.
Ditanya mengapa mau menjadi koling, Addie menjawab, karena kebutuhan. Ayah dua anak yang semuanya menjadi musisi ini melihat lagu-lagu perjuangan semakin dilupakan. ”Semakin jarang dinyanyikan di sekolah. Teknologi informasi dan teknologi membuat manusia semakin global-minded, tapi rasa kebangsaan, keindonesiaannya semakin langka. Aku cemas soal ini,” lanjutnya.
Addie merasa harus melakukan sesuatu lewat kemampuannya. Ia ingin menggelorakan rasa kebangsaan dan cinta Tanah Air melalui lagu-lagu perjuangan yang dinyanyikan secara massal.