Debat Berpengaruh Besar
Debat terakhir pemilihan presiden hari ini berdampak dalam meyakinkan pemilih. Namun, mereka diharapkan juga membuat debat menjadi ajang merekatkan lagi persatuan bangsa.
JAKARTA, KOMPAS - Debat terakhir antarcalon presiden dan calon wakil presiden, Sabtu (13/4/2019) ini, memiliki dampak besar untuk memantapkan pendukung masing-masing, sekaligus meyakinkan dan merebut suara pemilih yang masih bimbang. Di tengah persentase pemilih bimbang yang makin mengecil, kandidat perlu bekerja lebih keras dengan menawarkan program yang lebih konkret bagi rakyat.
Penyelenggaraan debat capres-cawapres pada hari terakhir masa kampanye Pemilu 2019 itu hanya empat hari menjelang pemungutan suara, 17 April. Debat mengangkat topik yang dinilai jadi daya tarik bagi sebagian pemilih yang belum menentukan pilihan, yakni ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan dan investasi, serta perdagangan dan industri.
Jajak pendapat Litbang Kompas, 9-10 April 2019, melibatkan 534 responden di 17 kota besar di Indonesia, menunjukkan ada 31,8 persen responden yang menyatakan debat terakhir masih bisa membuat pilihan mereka berubah. Sementara 65,2 persen responden menyatakan debat sudah tak akan bisa mengubah pilihan mereka.
Persentase tersebut juga mengindikasikan preferensi calon pemilih sudah makin solid. Pada jajak pendapat Januari 2019, responden yang menyatakan pilihannya sudah tidak akan berubah masih 59,9 persen, sedangkan yang masih bisa berubah pikiran 36,5 persen.
Peneliti Centre for Strategic and International Studies, Arya Fernandes, Jumat (12/4), di Jakarta, mengatakan, pengaruh elektoral dari debat terakhir lebih tinggi dibandingkan dengan debat-debat sebelumnya. Itu karena topik debat terakhir merupakan isu yang berkaitan dengan keseharian publik, khususnya terkait ekonomi dan kesejahteraan sosial.
Terkait tema debat, jajak pendapat Litbang Kompas menunjukkan 61,42 persen responden menantikan paparan kandidat terkait isu ekonomi dan kesejahteraan sosial. Lebih lanjut, di kedua bidang itu, isu yang jadi perhatian publik ialah penyediaan lapangan pekerjaan dan harga bahan pokok.
”Debat ini akan menjadi referensi terakhir bagi masyarakat dalam menentukan pilihan. Apalagi, jeda waktu sebelum pencoblosan hanya empat hari sehingga ingatan pemilih masih relatif kuat dan lebih berpengaruh pada pilihan di bilik suara nanti,” kata Arya.
Lebih konkret
Dalam pemaparan debat-debat sebelumnya, kata Arya, tawaran program belum terlalu konkret dan detail dieksplorasi capres-cawapres. Karena debat terakhir ini krusial, kandidat diharapkan memaparkan tawaran program secara konkret guna memersuasi pemilih.
Terkait isu ketenagakerjaan, misalnya, Sekretaris Labor Institute Indonesia Andy W Sinaga mengingatkan, penyiapan tenaga kerja usia muda agar berdaya saing menghadapi era Industri 4.0 sangat mendesak dilakukan. Caranya dengan mencetak tenaga kerja berkompeten. Hal yang perlu diperbaiki, kata dia, antara lain, memetakan tenaga kerja kompeten yang bisa mendorong produktivitas industri. Pemerintah perlu mengkaji lembaga apa yang tepat mendapat peran ini.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Johnny G Plate, mengatakan, saat debat nanti, Jokowi dan Amin akan memaparkan tawaran program baru, khususnya tiga kartu sakti Jokowi, seperti Kartu Sembako Murah dan Kartu Pra-Kerja. Kedua program itu menjadi solusi atas persoalan kebutuhan bahan pokok masyarakat dan penyediaan lapangan kerja.
Momentum debat terakhir juga akan digunakan Jokowi- Amin untuk menjawab berbagai kritik terkait pencapaian pemerintahannya di bidang ekonomi. Khususnya, meluruskan isu terkait angka pertumbuhan ekonomi dan isu utang luar negeri serta memaparkan terobosan yang akan dilakukan ke depan untuk semakin memperbaiki kondisi ekonomi.
Sementara itu, Sudirman Said, Direktur Materi Debat Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, menuturkan, Prabowo-Sandi menawarkan pembangunan industri besar-besaran untuk memutus ketergantungan Indonesia terhadap produk-produk impor. Selain itu, Prabowo-Sandi juga akan menawarkan solusi jangka pendek untuk mengatasi impor bahan mentah, seperti pangan.
Terkait dengan kebijakan tenaga kerja asing, Sudirman mengatakan, kebijakan yang ada saat ini harus diluruskan. Tenaga kerja asing bisa bekerja di Indonesia kalau memang keahliannya tidak dimiliki orang Indonesia.
Merajut persatuan
Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia Aditya Perdana berharap debat pamungkas juga dimanfaatkan dua capres-cawapres untuk merajut kembali persatuan dan kesatuan bangsa. Masa kampanye yang panjang, kata Aditya, telah melelahkan sekaligus menghadirkan polarisasi yang sangat kuat di masyarakat.
Bagi para elite politik, perbedaan pilihan politik mudah dikompromikan sehingga setelah kontestasi para elite bisa bersatu dan berdamai kembali. Namun, di akar rumput, perpecahan lebih sulit diakhiri. Atas dasar itu, elite wajib menyadarkan dan mengingatkan masyarakat yang menjadi pendukung setiap kandidat pilpres untuk mengakhiri perbedaan pasca-Pemilu 2019.