Jokowi Kembalikan Watak Asli Pembangunan, Prabowo Sebut Menyimpang
Oleh
A Ponco Anggoro
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Calon presiden nomor urut 01 yang juga petahana, Joko Widodo, menyebut dirinya bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla telah berusaha keras untuk mengembalikan pembangunan Indonesia ke watak aslinya selama 4,5 tahun terakhir. Adapun calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, menilai sebaliknya dan mengatakan pembangunan Indonesia bergerak ke arah yang salah.
Hal itu disampaikan para calon saat sesi pemaparan visi dan misi dalam debat kelima atau terakhir Pemilu Presiden 2019, di Jakarta, Sabtu (13/4/2019). Debat kali ini mengangkat tema ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan dan investasi, serta perdagangan dan industri.
Peserta debat selain Jokowi dan Prabowo juga pasangan masing-masing, yaitu cawapres Ma’ruf Amin dan cawapres Sandiaga Salahuddin Uno.
Prabowo menilai, pembangunan berada di arah yang salah, dan jika dilanjutkan, tidak mungkin menciptakan kesejahteraan sosial. ”Kita telah menyimpang dari cita-cita pendiri bangsa,” katanya.
Menurut dia, dalam Undang-Undang Dasar 1945, sudah sangat jelas rancang bangun ekonomi Indonesia. Salah satunya, tidak bisa dibiarkan kekayaan nasional mengalir ke luar negeri.
”Tapi, kenyataannya, dan diakui oleh pemerintah, bahwa kekayaan nasional Indonesia mengalir ke luar negeri. Lebih banyak uang milik warga negara Indonesia di luar daripada di dalam negeri,” ujar Prabowo.
Kemudian, menurut dia, telah terjadi deindustrialisasi. Hal ini karena Indonesia tidak lagi memproduksi apa pun, hanya bisa menerima bahan produksi dari negara lain. ”Ini harus diubah. Kami punya strategi untuk mengubahnya,” lanjutnya.
Sandiaga menambahkan, selama kampanye sejak akhir September 2018, banyak orang menginginkan agar perekonomian Indonesia diperbaiki.
”Pertumbuhan ekonomi belum dirasakan masyarakat karena lapangan pekerjaan belum tercipta. Kita sebut pertumbuhan sekarang, yaitu sebesar 5 persen, sebagai jebakan 5 persen,” ucapnya. Ini karena pedagang kecil, misalnya, justru merasakan sepinya penjualan.
”Kami merasa ekonomi (ke depan) harus bertumbuh untuk membuka lapangan kerja, harga bahan kebutuhan pokok murah, dan tidak membebani rakyat,” lanjut Sandiaga.
Sementara Jokowi menekankan, dirinya bersama Jusuf Kalla sudah berusaha keras untuk mengembalikan watak asli pembangunan Indonesia, yakni dengan tidak bertumpu lagi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi pemerataan ekonomi.
”Sebab, pertumbuhan ekonomi tanpa pemerataan adalah sebuah ketimpangan. Ketimpangan antara kaya dan miskin, antarwilayah, dan menyebabkan ketidakadilan. Oleh sebab itu, kami membangun infrastruktur tidak hanya di Jawa, tetapi di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Ekonomi baru
Jokowi melanjutkan, dengan infrastruktur yang telah dibangun, akan muncul titik-titik pertumbuhan ekonomi baru. Ia mencontohkan kawasan industri kecil, kawasan ekonomi khusus, dan kawasan ekonomi khusus pariwisata. Kawasan-kawasan ini tak hanya membuka lapangan pekerjaan, tetapi juga menggerakkan perekonomian masyarakat kecil.
”Kita juga berjuang menciptakan kemandirian ekonomi. Oleh karena itu, sumber daya alam strategis yang dikuasai asing sekarang dikuasai negara, yaitu Blok Mahakam serta Blok Rokan dan Freeport. Kemandirian ini sangat penting untuk ekonomi yang adil dan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Sementara itu, di bidang kesejahteraan sosial, dia kembali memaparkan janjinya jika kelak terpilih, yaitu mengeluarkan tiga kartu yang fungsinya membantu masyarakat.
”Kartu Indonesia Pintar untuk anak-anak dari keluarga tidak mampu agar bisa melanjutkan kuliah. Kami juga mengeluarkan kartu prakerja. Dengan kartu ini, kita akan melakukan pelatihan-pelatihan di luar negeri dan dalam negeri bagi lulusan SMA, SMK, akademi, perguruan tinggi, ataupun korban PHK. Kemudian, kartu sembako murah untuk ibu-ibu agar bisa membeli barang-barang dengan harga murah karena telah didiskon pemerintah,” tutur Jokowi.