PALU, KOMPAS— Gempa bermagnitudo 6,9 mengguncang Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, Jumat (12/4/2019) pukul 18.40. Peringatan dini tsunami yang sempat dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika akhirnya dicabut pada pukul 19.47. Sebelumnya, hingga pukul 19.40, tidak sedikit warga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi disertai kepanikan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, gempa berkekuatan M 6,9 pada pukul 19.40 itu berjarak 87 kilometer barat daya Banggai Kepulauan atau sekitar 113 km timur laut Morowali, Sulawesi Tengah, dengan kedalaman 10 km. Pusat gempa dangkal itu berada di laut.
Tak lama setelah guncangan, warga Salakan, ibu kota Kabupaten Banggai Kepulauan, berlarian meninggalkan kawasan pesisir menuju tanah lapang dan rumah-rumah yang berada di ketinggian. ”Kami langsung bergerak ke tempat yang lebih tinggi karena ada imbauan dari aparat desa, kepolisian, dan TNI terkait ancaman tsunami,” kata Ajarudin (35), warga Salakan, yang dihubungi dari Palu, ibu kota Sulawesi Tengah, Jumat.
Ajarudin merasakan gempa yang sangat kuat. Tidak ada bagian rumahnya yang roboh, tetapi ia belum memeriksa apakah ada retak-retak atau tidak.
Guncangan gempa juga terasa cukup kuat hingga Luwuk, Kabupaten Banggai, yang ditempuh dua jam perjalanan dengan kapal dari Salakan.
Fransiska Indriani (28), warga Luwuk, menyatakan, plafon tempat ibadah di titik ia berada saat gempa terlepas akibat guncangan gempa. Listrik juga
sempat padam.
Sebagian besar warga Luwuk bertahan di luar rumah. Mereka berada di tanah lapang. Warga yang bermukim di sekitar pesisir pun bergerak menuju lokasi yang lebih tinggi.
Moh Iqbal (35), yang menginap di salah satu hotel di Luwuk, menuturkan, tamu-tamu hotel masih bertahan di tanah lapang, titik kumpul evakuasi. Beberapa dinding hotel tempat ia menginap terlihat retak-retak.
Guncangan gempa juga terasa hingga Palu, sekitar 700 kilometer dari Salakan.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu Basrano menyatakan, informasi dari Markas Komando Distrik Militer Luwuk, hingga Jumat malam, tidak ada korban meninggal. Petugas dari berbagai instansi meminta warga meninggalkan daerah pesisir menuju daerah ketinggian. Itu dilakukan di Banggai Kepulauan, Banggai Laut, Banggai, dan Morowali.
Di Makassar, ibu kota Sulsel, gempa juga dirasakan warga. Pengunjung pusat perbelanjaan berlarian setelah gempa. Sejumlah pasien di Rumah Sakit Awal Bross juga keluar ruangan.
Selain di Makassar, warga Kabupaten Gowa, Luwu Timur, Luwu Utara, Toraja, Pinrang, dan beberapa kabupaten lain juga merasakan getaran. ”Terasa sampai di Mangkutana. Kami sangat terkejut walau tak sampai panik,” kata Ansar Tulung, warga Mangkutana, kecamatan di Luwu Timur.
Peneliti pada Pusat Studi Gempa Bumi Nasional (Pusgen), Rahma Hanifa, mengatakan, pusat gempa kemungkinan dipicu aktivitas sesar Peleng. Namun, tidak ada keterangan resmi yang dikeluarkan BMKG terkait parameter gempa, termasuk keluarnya peringatan dini tsunami hingga kemudian diakhiri.
Peneliti tsunami Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, mengingatkan, pusat gempa dan tsunami di Sulawesi sangat banyak sehingga kewaspadaan tetap diperlukan. ”Banyaknya sesar di Sulawesi tergolong paling rumit dan kompleks di dunia,” katanya. (VDL/REN/AIK)