Pembentukan Perusahaan Induk Penerbangan Akan Dikaji
Pembentukan perusahaan induk atau holding bagi badan usaha milik negara atau BUMN pada bidang penerbangan dinilai akan memperkuat neraca keuangan. Namun, pemerintah pusat akan mengkaji lebih dulu, dengan menggunakan jasa konsultan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Pembentukan perusahaan induk atau holding bagi badan usaha milik negara atau BUMN pada bidang penerbangan dinilai akan memperkuat neraca keuangan. Namun, pemerintah pusat akan mengkaji lebih dulu, dengan menggunakan jasa konsultan.
Menteri BUMN Rini Soemarno, di sela-sela Syukuran HUT ke-21 BUMN di Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (13/4/2019), mengatakan, mengacu kepada sejumlah negara lain, pembentukan perusahaan induk akan menguntungkan.
"Holding diharpkan memperkuat neraca keuangan dari sektor penerbangan. Itu bisa airline (maskapai), bandara, dan lainnya. Kami sedang minta konsultan untuk mengkaji, karena banyak negara-negara yang juga melakukan itu," ujar Rini.
Sebelumnya, dalam wawancara khusus dengan Kompas, Rini menyatakan, dengan membentuk perusahaan induk, neraca perusahaan akan menjadi lebih besar. Dengan demikian, perusahaan induk diharapkan dapat bersaing dengan kompetitor dari luar negeri.
Holding diharpkan memperkuat neraca keuangan dari sektor penerbangan. Itu bisa airline (maskapai), bandara, dan lainnya. Kami sedang minta konsultan untuk mengkaji, karena banyak negara-negara yang juga melakukan itu
”Dengan demikian, kalau ikut tender di luar negeri, kita lebih mudah. Kalau sendiri- sendiri, perusahaan BUMN tak bisa ikut tender, tetapi hanya menjadi subkontraktor karena kalah dari Korea, Taiwan, dan Jepang,” kata Rini. (Kompas, 12/4).
Selain penerbangan, perusahaan induk BUMN menurut rencana akan dilakukan pada bidang lainnya. Misalnya, pertahanan serta konstruksi dan infrastruktur. Kendati demikian, belum semua pihak menyepakati rencana pembentukannya.
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, menuturkan, rencana pembentukan perusahaan induk di bidang infrastruktur perlu dipertimbangkan lagi. Sebab, berpotensi mengurangi iklim kompetisi dan flesibilitasnya.
”Saya mempertanyakan apa tujuan pembentukan holding (BUMN) infrastruktur. Jika disatukan, badan usaha yang bisa ikut lelang proyek jadi sedikit,” kata Basuki. (Kompas, 13/4/2019)
Tingkatkan laba
Pada sykuran HUT ke-21 BUMN di Kota Semarang, Rini mengatakan, hingga akhir 2018, keuntungan BUMN di atas Rp 200 triliun. "Untuk target 2019 belum (ditetapkan), tetapi kami harapkan bisa di atas Rp 210 triliun," ujar Rini.
Direktur SDM dan Umum Perum Bulog, Bagya Mulyanto, berharap, Bulog, sebagai perusahaan BUMN, dalam waktu dekat akan terus membesar dan kian berkontribusi bagi negara. "Menjadi perusahaan yang menjaga kestabilan pangan, yang kemudian menghadirkan kedaulatan pangan bagi RI," ujar Bagya.