Pemungutan Suara di Eropa Berlangsung Meriah
STOCKHOLM, SABTU — Pemungutan suara di sejumlah wilayah Eropa disambut dengan meriah oleh WNI yang berada di wilayah tersebut. Antusias WNI untuk datang ke tempat pemungutan suara cukup tinggi. Beberapa di antara mereka adalah generasi milenial.
Pengamanan surat suara juga ketat. Di Berlin, Jerman, misalnya, ruang penyimpanan surat suara dijaga ketat oleh petugas keamanan dan dilengkapi dengan kamera pemantau (CCTV). Pemungutan suara di luar negeri dilaksanakan pada 8-14 April 2019.
Di Wisma Duta RI Lidingo, Stockholm, Swedia, Sabtu (13/4/2019), puluhan orang dengan wajah cerah dan ceria mengantre rapi untuk merayakan pesta demokrasi dan menggunakan hak pilih mereka untuk Pemilu 2019.
”Walau mengantre, tetapi menyenangkan. Saya datang bersama suami dan rekan WNI lain untuk nyoblos,” kata Nova Mandang, WNI di Swedia, dalam siaran pers yang diterima Kompas di Jakarta, Sabtu.
Sebagian WNI yang hadir adalah mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Swedia. Mereka berbondong-bondong datang ke Wisma Duta RI dan memberikan suara dengan antusias.
Pada pemilu tahun ini, jumlah pemilih kaum milenial atau mereka yang berusia 17-38 tahun cukup tinggi dan mencakup sekitar 55 persen dari total pemilih yang sebesar 185 jutaan orang. Jumlah pemilih kaum muda itu paling tinggi dibandingkan pemilu sebelumnya. Partisipasi mereka sangat dinanti dan diperhitungkan oleh peserta Pemilu 2019.
”Senang sekali. Ini pengalaman pertamaku mencoblos pemilu legislatif dan presiden,” ujar Anisha Kristina, WNI di Swedia.
Duta Besar RI untuk Swedia dan Latvia Bagas Hapsoro pun bersyukur proses pemungutan suara berjalan lancar. ”Alhamdulillah, semua persiapan pemungutan suara telah sepenuhnya siap. Insya Allah, kegiatan pemungutan suara hari ini berjalan lancar dan sukses, ” ujar Bagas.
Panitia Pemungutan Suara Luar Negeri (PPLN) di Stockholm beserta KBRI Stockholm mengakomodasi lebih dari 1.000 pemilih di wilayah akreditasi KBRI Stockholm, yaitu Swedia dan Latvia. Sebanyak 905 pemilih memutuskan untuk memilih melalui pos, sedangkan 260 orang memilih di tempat pemungutan suara (TPS).
Tiga metode
Sesuai ketentuan, pemilu di luar negeri dilaksanakan dengan tiga metode, yaitu memberikan suara langsung di TPS, melalui pos, dan melalui kotak suara keliling (KSK).
Di Berlin, Jerman, dari total jumlah pemilih 2.184 orang, sebanyak 1.372 memilih melalui TPS dan sisanya melalui pos. Total jumlah pemilih di Jerman hingga Maret 2018 sebesar 15.180 orang.
Seperti di Lidingo, jumlah pemilih yang datang ke TPS cukup banyak. ”Ini menunjukkan adanya antusias dan kesadaran berdemokrasi yang tinggi dari WNI di Berlin dan sekitarnya,” kata Ketua PPLN Berlin Roni Soesman.
Dari obrolan-obrolan antarpemilih yang hadir di TPS, diamati bahwa mereka memiliki pilihan yang beragam. Namun, semuanya tetap berlangsung akrab dan damai. Sebagian besar WNI di Jerman adalah mahasiswa. Sebagian lainnya bekerja di perusahaan-perusahaan Jerman, dan beberapa bahkan telah menetap berpuluh tahun di Jerman.
Surat suara
Di Berlin, pengamanan surat suara telah diantisipasi dan diperhatikan sejak awal. Demi mencegah terjadinya pencoblosan ilegal, PPLN Berlin menyewa ruang penyimpanan atau deposit center dari salah satu penyedia jasa Jerman. Jaraknya sekitar 4 kilometer dari KBRI Berlin dan TPS, atau 15-20 menit dengan kendaraan.
Ruang penyimpanan itu dijaga ketat oleh petugas keamanan setempat dan dilengkapi dengan kamera pemantau (CCTV). Ruangan itu juga tahan air dan api.
Akses untuk mengambil atau menyimpan ke ruangan itu juga hanya dapat dilakukan petugas keamanan setempat. Pihak penyedia jasa keamanan hanya memberikan akses untuk tiga orang, yakni ketua PPLN, ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) TPS, dan ketua KPPSLN pos.
Mobilisasi surat suara dari tempat penyimpanan ke TPS dan KBRI, ataupun sebaliknya, dikawal bersama-sama oleh seluruh anggota PPLN, KPPSLN, dan saksi.
Jasa pos
Untuk mengakomodasi WNI yang memilih melalui pos, PPLN Berlin menggunakan jasa Deutch Post, yang dianggap sebagai penyedia jasa pos terbaik di Jerman. Salah satu kelebihannya adalah apabila surat tidak diterima oleh penerima, surat itu akan dikembalikan kepada pengirim.
Dari sekitar 800 surat suara yang dikirim melalui pos, PPLN Berlin menerima sekitar 200 surat yang dikembalikan. Hal itu terjadi karena sebagian WNI belum memperbarui data alamat terbarunya. Untuk mengatasinya, PPLN Berlin menghubungi yang bersangkutan melalui e-mail atau nomor telepon mereka. Lebih dari 60 persen pemilih yang surat suaranya dikembalikan telah merespons pesan dari PPLN Berlin itu.
Pemilih khusus
Berlin merupakan salah satu tujuan wisata utama Eropa. Saat pemilu berlangsung, ada banyak WNI yang berkunjung ke Berlin. PPLN Berlin memastikan dapat melayani hak suara mereka, dengan syarat mereka membawa formulir A5 dari daerah asal pemilihan mereka.
PPLN Berlin juga melayani warga yang belum tercantum dalam daftar pemilih tetap (DPT) atau daftar pemilih tambahan (DPTb) apabila surat suara masih tersedia. Mereka yang masuk kelompok daftar pemilih khusus (DPK) itu diberikan waktu untuk memilih setelah pemilih dari kelompok DPT dan DPTb selesai memilih. Alokasi surat suara untuk pemilih DPK adalah 2 persen dari total DPT setiap wilayah.
”Antusias WNI di Berlin untuk datang ke TPS sangat tinggi. Secara umum, kegiatan pemungutan suara berjalan lancar. Selamat dan terima kasih untuk PPLN, KPPSLN, seluruh personel yang terlibat, serta masyarakat Indonesia tentunya. Meski pilihan berbeda, mereka tetap damai dan saling menghargai. Ini menunjukkan kehidupan demokrasi kita yang lebih matang,” ucap Duta Besar RI untuk Jerman Arief Havas Oegroseno.