JAKARTA, KOMPAS — Sepekan sebelum berangkat ke Doha, Qatar, guna mengikuti Kejuaraan Asia Atletik 2019 pada 21-24 April, sprinter-sprinter Indonesia terus memperbaiki teknik agar tampil optimal. Salah satu menu utama yang digenjot adalah teknik start block.
Sejauh ini, dari lima pelari yang juga anggota tim estafet 4 x 100 meter putra, hanya dua pelari yang memiliki teknik start block bagus. Tiga lainnya belum sempurna, termasuk sprinter andalan Indonesia Lalu Muhammad Zohri.
Dalam latihan di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Jumat (12/4/2019), Pelatih Kepala Sprint PB PASI Eni Nuraini memberikan menu latihan berupa empat kali start block untuk lintasan 30 meter dan sekali untuk 60 meter. Ada lima pelari yang mengikuti latihan itu, yakni Zohri, Bayu Kertanegara, Eko Rimbawan, Mochammad Bisma Diwa Albina, dan Joko Kuncoro Adi.
Namun, hanya Bisma dan Joko yang sudah memiliki teknik start block cukup bagus. Secara umum, kepala, punggung, dan kaki mereka sudah lurus dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Tangan mereka juga tidak terlalu lurus ke belakang.
Adapun Zohri, Bayu, dan Eko belum bisa mempraktikkan teknik start block yang sempurna. Zohri kepalanya selalu menunduk ke bawah. Eko terlalu tegang dengan kepala menjulur ke depan. Bayu tubuhnya belum sejajar antara kepala, punggung, dan kaki. ”Untuk itu, mereka cenderung lambat ketika 30 meter awal,” ujar Eni.
Zohri mengatakan, dirinya juga heran masih sering mengulangi kesalahan kepala menunduk. Padahal, ia sudah sering diingatkan oleh tim pelatih. Menurut Zohri, hal itu mungkin karena kesalahan tersebut sudah menjadi kebiasaan.
”Saat di daerah, porsi latihan teknik, terutama latihan start block itu minim sekali. Kami lebih banyak latihan kecepatan dan daya tahan. Akibatnya, teknik saya kurang sempurna dan terus menjadi kebiasaan hingga ke pelatnas,” ujar juara dunia U-20 nomor 100 meter itu.
Sering kali Joko memaksa memanjangkan langkah kaki yang justru membuatnya melambat.
Bagi Bayu dan Joko, walaupun teknik start block sudah cenderung bagus, masih banyak yang perlu diperbaiki. Mereka perlu memperbaiki akselerasi kecepatan yang cenderung turun setelah 30 meter awal. Itu terlihat dalam latihan di lintasan 60 meter. Setelah unggul sejak start block hingga 30 meter awal, Bisma dan Joko kemudian tersusul dan tertinggal dari Zohri, Bayu, dan Eko yang lambat ketika start block.
”Untuk Bisma, daya tahan kecepatannya belum stabil dari awal start hingga finis. Sementara Joko, frekuensi langkah kakinya masih lambat. Sering kali Joko memaksa memanjangkan langkah kaki yang justru membuatnya melambat,” jelas Eni yang telah melatih atletik sejak 1985.
Tidak muluk-muluk
Atas dasar itu, Eni belum berani memasang target muluk-muluk di Kejuaraan Asia Atletik 2019. Terutama tim estafet 4 x 100 meter, mereka punya pekerjaan rumah yang lumayan banyak. Selain teknik start block yang belum sempurna, tim juga belum bisa melakukan perpindahan tongkat estafet dari satu pelari ke pelari lain dengan mulus.
Mereka belum memiliki kecepatan dan teknik yang baik.
Praktis, para pelari dan tim estafet hanya diberi target memperbaiki catatan waktu di Kejuaraan Asia. Saat meraih perunggu di Singapura Terbuka 2019, tim estafet yang terdiri dari Bisma, Joko, Bayu, dan Eko hanya mencatat waktu 40,26 detik. Saat latihan sepekan ini, mereka mencatatkan waktu terbaik 39,80 detik.
Catatan waktu belum maksimal juga karena Zohri belum bergabung dengan tim itu. Hanya saja, Eni menjelaskan, sekalipun Zohri bergabung, tim itu belum bisa menembus waktu di bawah 39,00 detik. Padahal, saat meraih perak Asian Games 2018, tim estafet menempuh waktu 38,77 detik.
”Tim ini, kan, sekarang kehilangan Mochammad Fadlin yang sudah pensiun. Tiga pelari baru (Bisma, Joko, dan Adil Ramli Sidiq), mereka belum memiliki kecepatan dan teknik yang baik sehingga tim belum bisa benar-benar padu,” tutur Eni.
Di Kejuaraan Asia, Indonesia akan mengirim 10 atlet di enam nomor, yakni 100 meter putra, estafet 4 x 100 meter putra, 3.000 meter halang rintang putra, lompat jauh putra, lari gawang putri, dan tolak peluru putri. Tim bertolak dari Jakarta ke Doha pada 18 April.