Jokowi, Prabowo, dan Beda Strategi Cuitan di Twitter
Joko Widodo dan Prabowo Subianto punya strategi berbeda dalam memanfaatkan Twitter di masa kampanye Pemilu 2019. Jokowi lebih banyak menyampaikan informasi, sedangkan Prabowo lebih sering membalas cuitan dari pengikutnya. Isu yang kedua calon presiden itu cuitkan juga berbeda.
Kendati sama-sama aktif menggunakan akun Twitter selama masa kampanye Pemilu 2019, Joko Widodo dan Prabowo Subianto punya strategi yang berbeda dalam memanfaatkan ”si burung biru” itu. Jokowi lebih banyak menyampaikan informasi, sedangkan Prabowo lebih sering membalas cuitan dari pengikutnya. Isu yang dicuitkan oleh kedua calon presiden itu juga berbeda.
Joko Widodo dan Prabowo Subianto memiliki akun Twitter yang terverifikasi jauh sebelum Pemilu 2019, bahkan sebelum Pemilu 2014 saat kedua tokoh itu untuk pertama kali berkontestasi dalam pemilihan presiden. Akun Twitter Jokowi, yakni @jokowi, terdaftar di Twitter pada September 2011. Sementara itu, akun Twitter Prabowo, yakni @prabowo, terdaftar bergabung di Twitter pada Mei 2009.
Selama masa kampanye, kedua akun itu cukup aktif menyapa ”pengikut” (follower) masing-masing. Sejak awal masa kampanye Pemilu 2019 pada 23 September 2018 hingga 31 Maret 2019, akun @jokowi mencuit 429 kali atau rata-rata lebih kurang 61 cuitan per bulan. Sementara itu, akun @prabowo mencuit 226 kali atau sekitar 32 cuitan dalam satu bulan. Jumlah tersebut tidak termasuk saat akun-akun itu me-retweet cuitan dari akun lainnya.
Penggunaan Twitter dalam proses politik elektoral beberapa tahun terakhir meningkat seiring makin luasnya penetrasi internet dan penggunaan akun media sosial. Berdasarkan survei tahun 2017 oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, pengguna internet di Indonesia mencapai 143 juta jiwa atau sekitar 54 persen dari populasi Indonesia.
Semakin banyak politikus yang menggunakan media sosial, termasuk Twitter, dalam momentum pemilu. Diskursus kampanye yang semula penyebarannya terbatas pada platform alat peraga kampanye, pertemuan tatap muka, ataupun melalui ”jembatan” media massa mainstream, kini juga disebarluaskan melalui media sosial. Ada akun yang selalu dipegang oleh politikus, tetapi ada pula yang penggunaannya dikelola oleh admin khusus.
Akun @jokowi, di tengah masa kampanye, tidak setiap saat dipegang secara personal oleh Jokowi. Menurut Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Ace Hasan Syadzily, saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (10/4/2019), walaupun akun dikelola oleh admin yang ditunjuk, konten yang dicuit tetap atas persetujuan Jokowi.
Tidak jauh berbeda dengan pengaturan tersebut. Akun @prabowo juga tak selalu dipegang oleh Prabowo. ”Akun dipegang oleh ajudan Pak Prabowo. Isinya tentu atas persetujuan (Prabowo) karena banyak berdiskusi,” kata Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade.
Fungsi cuitan
Goldbeck dan kawan-kawan, seperti dikutip Guido di Fraia dan Maria Carlotta Missaglia dalam The Use of Twitter in 2013 Italian Political Election (2014), menuturkan, ada beberapa fungsi cuitan Twitter bagi politikus, yaitu komunikasi langsung spesifik kepada pengguna Twitter tertentu dan menyampaikan pesan personal yang emosional. Selain itu, cuitan juga bisa berfungsi menyampaikan informasi ataupun menyebarkan cuitan soal aktivitas politikus dan institusinya, serta untuk penggalangan dana.
Hasil analisis konten terhadap cuitan Twitter kedua capres juga menunjukkan sebagian tweet tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Konten yang dianalisis diambil dari akun @jokowi dan @prabowo menggunakan perangkat RStudio tanpa menyertakan retweet. Konten yang dianalisis juga dibatasi hanya cuitan sejak masa kampanye dimulai, yaitu pada 23 September 2018 hingga 31 Maret 2019 (masa kampanye berakhir 13 April 2019). Terdapat 655 cuitan dalam kurun waktu tersebut, yaitu 226 cuitan dari akun @prabowo dan 429 cuitan dari akun @jokowi.
Dari sisi fungsi cuitan, akun @jokowi lebih banyak menyampaikan informasi mengenai program kerja ataupun program yang sudah dijalankan oleh pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla (43,1 persen), baru kemudian diikuti cuitan mengenai aktivitas Jokowi serta sapaan atau ajakan Jokowi kepada masyarakat. Terkait program, misalnya pada 7 Januari 2019 akun @jokowi mencuit ”Pertumbuhan ekonomi nasional 2018 diperkirakan 5,15 %, inflasi di bawah 3,5 %, dan nilai tukar rupiah terjaga. Kinerja APBN 2018 sangat sehat dan kredibel, defisit hanya 1,76 % dari PDB, dan pendapatan sepanjang 2018 melampaui target APBN. Kita memasuki 2019 dengan rasa syukur”. Di cuitan itu juga ditautkan foto Jokowi sedang berada di pasar tradisional, berinteraksi dengan pedagang serta dikelilingi warga.
Sementara itu, cuitan dari akun @prabowo paling banyak bertujuan berkomunikasi langsung membalas cuitan dari pengguna internet, baik dengan menyebut (mention) akun yang dituju ataupun tidak (57,5 persen), baru kemudian diikuti cuitan berisi sapaan atau ajakan kepada publik, dan aktivitas Prabowo. Sebagai contoh, pada 13 Februari 2019 akun @prabowo membalas cuitan ”@zaitampan Saya selalu menyampaikan disetiap kesempatan dalam presentasi saya, bahwa korupsi kepala daerah adalah salah satu musuh kita bersama yang harus diberantas. Peran pemuda berakhlak dan berakal sehat sangat penting”. Cuitan itu juga ditautkan dengan gambar berisi grafis berisi data kepala daerah tersangka korupsi 2017.
Dari sisi tema cuitan, isu infrastruktur mendominasi cuitan @jokowi (18,9 persen), diikuti isu ekonomi seperti ekonomi kreatif, ketenagakerjaan, pariwisata, dan stabilitas harga (15,6 persen). Isu kesejahteraan, seperti jaminan kesehatan dan pendidikan, program sertifikasi tanah untuk rakyat, rumah bersubsidi, dan program ekonomi kecil, juga mendapat porsi cukup besar dalam cuitan @jokowi (10,7 persen).
Cuitan @prabowo membahas isu-isu yang agak berbeda dari Jokowi, yaitu terbanyak terkait politik (17,7 persen). Isu ini mencakup cuitan yang membahas soal partai politik, seputar isu pemilu, demokrasi, dan kepemimpinan. Selain itu, isu lain yang juga mendapat porsi cukup besar adalah kesejahteraan (9,7 persen) dan soal bencana alam (8 persen). Isu kesejahteraan antara lain mencakup cuitan terkait keadilan sosial dan kemakmuran. Sementara itu, isu bencana alam mencakup cuitan yang merespons bencana, mitigasi bencana, dan penanganan pascabencana.
Dari cuitan-cuitan setiap akun dalam kurun waktu tersebut, kata-kata yang paling sering muncul dari cuitan @jokowi adalah ”Indonesia”, ”desa”, ”jalan”, ”pagi”, ”Jakarta”, dan ”kemarin”. Sementara itu, dari cuitan @prabowo, kata yang sering muncul antara lain ”kasih”, ”terima”, ”semoga”, ”Indonesia”, ”Allah”, dan ”rakyat”.
Beda strategi
Pengajar komunikasi politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto, menuturkan, perbedaan tema dan fungsi cuitan Twitter dari Prabowo dan Jokowi merefleksikan perbedaan strategi komunikasi keduanya di pilpres pada Pemilu 2019. Dari sisi konten, Jokowi lebih banyak menunjukkan keberhasilan, sedangkan Prabowo mengangkat narasi politik terkait dengan isu supremasi. Narasi yang diutarakan di Twitter, menurut dia, juga cenderung senapas dengan isu yang dibicarakan kedua capres itu di ruang publik luar jaringan (luring).
Sementara itu, terkait fungsi cuitan dari kedua capres, Gun Gun menilai pola komunikasi Prabowo yang lebih banyak membalas cuitan-cuitan pengguna akun Twitter tidak terlepas dari kebutuhan Prabowo untuk menampilkan tingkat keberterimaannya di kalangan warga biasa. Sebab, menurut dia, selama ini ada kesan Prabowo dengan gaya personal yang dinamis cenderung berjarak dari masyarakat kecil. ”Sementara Jokowi sejak 2012 maju di Pilkada DKI Jakarta punya magnet elektoral gaya kesetaraan,” kata Gun Gun.
Menanggapi hal itu, Andre Rosiade menuturkan, cuitan Twitter Prabowo yang banyak berinteraksi dengan pengguna akun lain mengalir begitu saja, tidak ada desain untuk pencitraan di media sosial. Menurut dia, pola komunikasi yang cair ini juga membuat relasi Prabowo dengan masyarakat menjadi tidak bersekat. ”Tentu bisa (berdampak elektoral) karena masyarakat bisa merasakan dialog langsung yang lebih menyentuh,” kata Andre.
Terkait isu yang dibahas, dia menyampaikan cuitan di Twitter dan akun media sosial lain Prabowo memang cenderung senapas dengan apa yang disampaikan Prabowo dalam kampanye di luring. Sebab, konten di media sosial itu sebagian diambil dari pidato Prabowo.
Sementara itu, Ace Hasan menyampaikan konten Twitter @jokowi yang banyak memaparkan program dan capaian merupakan sebuah strategi yang wajar. Sebab, hal itu juga sekaligus menjadi cara untuk melawan disinformasi yang kerap ditujukan kepada Jokowi. Narasi programatik yang sama kemudian juga disebarkan tim sukses melalui media sosial masing-masing. Menurut Ace, paparan program yang sudah dijalankan dan program yang akan dijalankan akan berdampak positif terhadap elektabilitas Jokowi.
”Saya kira masyarakat akan tahu. Mereka bisa melihat apa yang sudah dilakukan oleh pemerintahan sekarang,” kata Ace.
Akankah beda strategi komunikasi di Twitter itu juga berdampak terhadap preferensi pemilih? Kita tunggu saja jawabannya setelah pemungutan suara 17 April mendatang.