Tunggal putra menjadi salah satu nomor yang menghasilkan gelar juara terbanyak bagi Indonesia di Singapura Terbuka. Anthony Sinisuka Ginting berpeluang menjadi penerus tradisi itu.
SINGAPURA, SABTU — Tahun 2019 menjadi momen bagi generasi baru tunggal putra Indonesia untuk menyumbang gelar juara dari turnamen Singapura Terbuka. Sejak pertama kali digelar pada 1987, tunggal putra Indonesia telah merebut 12 gelar juara, dimulai oleh Bambang Suprianto (1991) hingga Sony Dwi Kuncoro (2016).
Kali ini, Anthony Sinisuka Ginting berpeluang menjadi juara pada turnamen berkategori BWF World Tour Super 500 ini. Anthony akan berhadapan dengan Kento Momota (Jepang) pada final di Singapore Indoor Stadium, Minggu (14/4/2019).
Pada semifinal, Anthony mengalahkan juara bertahan, Chou Tien Chen (Taiwan), 21-17, 18-21, 21-14, sedangkan Momota menang atas Viktor Axelsen, 21-15, 21-18. Indonesia juga menempatkan wakil di final ganda putra, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, dalam final. Mereka akan berhadapan dengan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang).
”Puji Tuhan bisa menyelesaikan laga ini dengan baik, seperti kemarin. Senang bisa masuk ke final, apalagi lawan pada hari ini juga bagus,” kata Anthony dalam laman resmi PP PBSI.
Meskipun mendapat perlawanan ketat sepanjang laga, Anthony bisa mengontrol permainan dengan variasi serangan pada setiap poin. Saat permainan net, yang menjadi andalannya, bisa diantisipasi Chou, Anthony melakukan drive ke belakang lapangan, drop shot mendekati net, dan lob dengan tujuan membuat Chou berada dalam posisi tidak nyaman saat mengembalikan pukulan.
Cara itu, didukung dengan kesabaran, juga membuat Anthony bisa mengalahkan juara Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Chen Long (China), pada perempat final. ”Tentu senang, kemarin mengalahkan Chen Long, hari ini Chou Tien Chen. Perjuangan belum berakhir, masih ada lawan yang lebih tangguh lagi,” kata Anthony.
Jika bisa mengalahkan Momota di final, Anthony akan menjadi tunggal putra ke-10 Indonesia yang menjuarai Singapura Terbuka. Bersama Jonatan Christie, Anthony merupakan penerus generasi terakhir, Tommy Sugiarto, juara Singapura Terbuka 2014. Namun, Jonatan kalah pada perempat final setelah bermain ketat melawan Axelsen.
Meski pernah menjuarai turnamen level lebih tinggi dari Singapura Terbuka—Anthony juara China Terbuka 2018 berlevel BWF Super 1000—hal ini menjadi final pertama tunggal putra peringkat kesembilan dunia itu di Singapura Terbuka. Pada debutnya tahun 2016, dia kalah dari Sony pada babak pertama. Setahun kemudian, Anthony tersingkir pada semifinal dari Kidambi Srikanth (India). Pada 2018, pemain berusia 22 tahun itu tak tampil di Singapura Terbuka.
Harus waspada
Untuk ketiga kali beruntun, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon gagal tampil di final. Perjalanan ganda putra nomor satu dunia itu dihentikan Kamura/Sonoda, 21-13, 10-21, 19-21, pada semifinal. Dalam dua turnamen sebelumnya, mereka terhenti pada perempat final Malaysia Terbuka dan babak pertama All England.
Momen tersebut jarang dialami pasangan yang naik daun sejak menjadi juara All England 2016 itu. Kegagalan ke final pada tiga turnamen beruntun terakhir dialami pada 2017 ketika tampil di semifinal Singapura Terbuka, babak pertama Indonesia Terbuka, dan perempat final Kejuaraan Dunia.
Pada 2018, gelar juara adalah target standar Kevin/Marcus. Mereka meraih sembilan gelar juara dari 10 final. Hanya tiga kali mereka terhenti sebelum final, yaitu perempat final Malaysia Terbuka, perempat final Kejuaraan Dunia, dan semifinal China Terbuka.
Tahun ini, pemain ganda berjulukan ”Minions” itu baru meraih satu gelar juara, yaitu dari Indonesia Masters, Januari. Kekalahan ini membuat Kevin/Marcus harus waspada. ”Masih banyak yang perlu dipelajari. Saat perhitungan Olimpiade dimulai, mudah-mudahan kami bisa siap,” ujar Marcus.
Pengumpulan poin untuk kualifikasi Olimpiade akan berlangsung pada 29 April 2019 hingga 26 April 2020.
Kekalahan juga dialami ganda campuran Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja. Pada semifinal, mereka kalah dari ganda Malaysia, Tan Kian Meng/Lai Pei Jing, 16-21, 22-20, 20-22.
”Hari ini, saya lebih tegang mainnya daripada kemarin. Saya banyak mati sendiri. Kalau gim pertama lebih tenang, mungkin kami tinggal jaga pukulan saja,” kata Hafiz.
Pada semifinal lain, kejutan terjadi ketika pasangan China yang mendominasi persaingan ganda campuran, Zheng Siwei/Huang Yaqiong, ditaklukkan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand), 22-24, 19-21. Untuk pertama kalinya sejak Korea Terbuka, September 2018, Zheng/Huang tak lolos ke final. Sebelum tampil di Singapura Terbuka, Zheng/Huang selalu juara dalam tiga turnamen, yaitu Indonesia Masters, All England, dan Malaysia Terbuka.