JAKARTA, KOMPAS – Tim Liga Kompas Gramedia-SKF Indonesia yang diproyeksi untuk Piala Gothia 2019 menelan kekalahan telak 2-5 dari SKO Ragunan dalam laga persahabatan di Jakarta, Sabtu (13/4/2019). Kendati demikian, bukan hasil yang menjadi tujuan utama melainkan pelajaran berharga dari para pemain SKO Ragunan yang rata-rata berusia lebih tua setahun.
Pelajaran itu antara lain, pemain LKG-SKF Indonesia harus lebih berani ataupun punya mentalitas tinggi di atas lapangan. Mereka tidak boleh takut melawan tim yang berusia lebih senior, punya postur lebih besar/tinggi, dan permainan lebih keras. Sebab, saat Piala Gothia 2019 berlangsung di Swedia pada 14-20 Juli, mereka pasti akan bertemu dengan lawan-lawan seperti itu.
Sebanyak 24 pemain sementara tim LKG-SKF Indonesia merupakan pemain kelahiran 2004. Sedangkan 21 pemain sementara SKO Ragunan, terdiri dari 7 pemain kelahiran 2003, 10 pemain kelahiran 2004, dan 4 pemain kelahiran 2005. Para pemain kelahiran 2003 milik SKO Ragunan menjadi tulang punggung tim. Mereka punya postur lebih besar/tinggi serta stamina maupun kecepatan lebih baik.
Dalam laga persahabatan yang dilakukan 3x30 menit itu, tim LKG-SKF Indonesia cenderung bisa mengimbangi lawan di babak pertama. Walaupun beberapa kali lambat melakukan transisi dari menyerang ke bertahan dan sebaliknya, tim LKG-SKF Indonesia bisa menahan imbang SKO Ragunan 1-1 di babak pertama. Gol LKG-SKF Indonesia diciptakan penyerang Muhammad Rido Julian di menit ke-19, sedangkan gol SKO Ragunan diciptakan penyerang Ahmad Athallah Ar-Rayhan di menit ke-28.
Memasuki babak kedua, pelatih LKG-SKF Indonesia Jumhari Saleh mengganti semua pemain di babak pertama. Dari sini, baru terlihat bahwa mentalitas pemain belum terlalu baik, terutama pemain-pemain yang berlaga di babak kedua. Mereka tidak berani berduel dengan lawan yang bermain keras. Akibatnya, bola mereka mudah direbut dan sebaliknya mereka kesulitan merebut bola dari lawan.
Lawan pun menekan habis tim LKG-SKF Indonesia sepanjang babak kedua. Terbukti, tim LKG-SKF Indonesia dibrondong empat gol di babak kedua oleh para penyerang SKO Ragunan, yakni Rabbani Tasnim di menit ke-34, Ar-Rayhan di menit ke-36, Rabbani di menit ke-43, dan Rafli Rafa Zahid di menit ke-50.
Dari pertandingan tadi, tampaknya tim ini belum punya pemain inti dan cadangan yang seimbang
Pada babak ketiga, Jumhari kembali menurunkan pemain babak pertama dengan tambahan beberapa pemain dari babak kedua. Di babak pamungkas ini, permainan tim jauh lebih berkembang. Mereka lebih berani duel dengan lawan. Transisi antara menyerang ke bertahan dan sebaliknya berjalan cukup baik.
Serta mulai terlihat pola permainan cepat yang mengandalkan kecepatan para penyerang sayap di kanan dan kiri. Tak pelak, tim LKG-SKF Indonesia mampu menambah gol lewat penyerang Raka Cahyana Rizky di menit ke-69. Sedangkan SKO Ragunan kesulitan mengembangkan permainan sehingga tidak bisa menciptakan gol.
Pelatih SKO Ragunan Bambang Warsito menyampaikan, tim LKG-SKF Indonesia harus lebih berani berduel dengan lawan. Mereka tidak boleh ragu-ragu. Sebab, Di Swedia, lawan yang akan mereka hadapi akan punya postur lebih besar dan juga bermain keras.
”Selain itu, tim ini juga harus punya pemain utama dan cadangan yang punya kemampuan merata. Dari pertandingan tadi, tampaknya tim ini belum punya pemain inti dan cadangan yang seimbang. Tim yang berlaga di babak pertama dan ketiga, terlihat lebih baik. Tapi, tim di babak kedua, jomplangnya jauh sekali,” imbuhnya.
Transisi tidak jalan
Jumhari seusai pertandingan mengatakan, dirinya menerapkan formasi 4-3-3 dengan mengandalkan lebar lapangan untuk melakukan serangan cepat memanfaatkan kecepatan penyerang sayap. Namun, formasi itu tidak bisa benar-benar berjalan di babak kedua dan lebih parah di babak kedua.
Harusnya, pemain bisa melakukan transisi menjadi 4-1-4-1 ketika bertahan dan 2-3-3-2 ketika menyerang. Namun, karena transisi lambat di babak pertama dan lebih parah di babak kedua, sering kali pemain belakang justru bersisa dua orang sehingga tim kecolongan gol. Sedangkan saat menyerang, pemain depan justru sendirian atau hanya berdua sehingga kesulitan menembus pertahanan lawan. Situasi jauh lebih baik di babak ketiga tetapi belum benar-benar sempurna.
Buruknya transisi bertahan dan menyerang tim kali ini juga karena mentalitas mereka yang jelek
Menurut Jumhari, situasi itu karena memang dirinya belum memberikan intruksi khusus mengenai cara bertahan dan menyerang. Sejauh ini, ia masih mencari jangkar tim. Dari dua laga persahabatan yang telah dilalui (melawan Sister City DKI Jakarta pada 9 April dan SKO Ragunan pada 13 April), jangkar tim baru terlihat saat tim melawan SKO Ragunan di babak ketiga.
Setelah jangkar tim ditemukan, barulah tim pelatih akan memberikan latihan khusus mengenai cara bertahan dan menyerang. ”Terlepas dari itu, buruknya transisi bertahan dan menyerang tim kali ini juga karena mentalitas mereka yang jelek. Mereka justru down menghadapi lawan yang bermain keras, terutama di babak kedua. Karena itu, mereka tidak bermain lepas sehingga tidak bisa bertahan dan menyerang dengan baik,” tegas Jumhari.
Gelandang LKG-SKF Indonesia Muhammad Rendy Apriyansyah menuturkan, dirinya memang takut melihat cara bermain lawan yang keras. Akibatnya, dia tidak berani duel saat menguasai dan merebut bola. Tim pun tidak bisa lepas dari tekanan di sepanjang laga. ”Saya dan teman-teman tadi memilih bermain aman. Sebab, lawan mainnya terlalu keras. Kami takut cedera,” ujarnya.