Saatnya Menentukan Pilihan
Dengan berakhirnya debat terakhir pemilihan presiden di Pemilu 2019, kini saatnya pemilih menentukan pilihan. Semua pihak mesti menjaga suasana masa tenang tetap aman dan damai.
JAKARTA, KOMPAS— Debat kelima pemilihan presiden yang sekaligus menjadi penutup masa kampanye Pemilu 2019, Sabtu (13/4/2019) di Jakarta, berlangsung dinamis, tetapi tetap memberi pesan untuk menjaga ketenangan pemilu. Kini saatnya bagi pemilih untuk menimbang dan menentukan kandidat yang akan dipilih dalam pemungutan suara 17 April 2019.
Debat kelima yang dihadiri pasangan calon Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berlangsung dinamis. Setiap pasangan calon berbalas data dan kritik. Namun, di awal dan akhir debat juga muncul pesan untuk tetap menjaga persatuan. Apalagi, debat itu juga menandai berakhirnya masa kampanye Pemilu 2019 yang sudah berlangsung sejak 23 September 2018. Mulai hari Minggu ini hingga hari pemungutan suara 17 April 2019 merupakan masa tenang.
Di akhir debat, masing-masing 10 orang perwakilan dari Tim Kampanye Nasional Jokowi-Amin dan Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi naik ke panggung. Bersama kedua pasangan calon, serta Ketua Komisi Pemilihan Umum Arief Budiman, Ketua Badan Pengawas Pemilu Abhan, dan Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Harjono, mereka menyanyikan lagu ”Indonesia Pusaka” yang dipandu musisi Afgan dan Putri Ayu.
”Dalam kompetisi, semua pihak selalu harus siap menang dan kalah. Kami berharap semua pihak menjaga ketenangan dan kedamaian. Selesaikan persoalan di ruang yang diatur perundang-undangan,” kata Arief.
Dalam pernyataan penutup, Jokowi mengajak anak bangsa tidak saling membenci dan bermusuhan sebab semua merupakan satu bangsa, yakni Indonesia. Sementara itu, Prabowo menyampaikan rasa terima kasih kepada semua kelompok yang mendorong gerakan kebangkitan rakyat yang didorong Prabowo-Sandi.
Doa bersama beberapa pemuka agama yang dipimpin Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar mengawali acara debat. Dalam doa itu, antara lain, disampaikan permohonan agar puncak pesta demokrasi Pemilu 2019 pada 17 April bisa berjalan tertib, lancar, bermartabat, dan damai. Selain itu, juga muncul harapan agar setelah kampanye, para pihak bisa saling memaafkan dan saling menerima satu sama lain sehingga kembali menjadi bangsa yang utuh dan kuat.
Isu strategis debat
Debat semalam membahas tema ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan dan investasi, serta perdagangan dan industri. Dari tema itu, hasil jajak pendapat Litbang Kompas, 9-10 April 2019, menunjukkan mayoritas responden menganggap isu ekonomi dan kesejahteraan sosial adalah yang paling penting diselesaikan. Dari isu tersebut, hal yang dianggap responden mendesak diatasi ialah penyediaan lapangan pekerjaan dan harga kebutuhan pokok.
Terkait hal itu, Prabowo menyampaikan bangsa Indonesia berada dalam arah yang salah sehingga jika diteruskan tidak akan membawa kesejahteraan sebenarnya bagi bangsa Indonesia. Sandi menambahkan, dari kampanye di berbagai daerah, rakyat menitipkan amanah, sekaligus menyampaikan keluh kesah. Ia menilai, pemerintah belum mampu membuka lapangan pekerjaan yang cukup.
”Kami harus membuka lapangan pekerjaan dan memastikan harga bahan pokok terjangkau sehingga tidak membebani hidup ibu-ibu,” tutur Sandi.
Sementara itu, Jokowi dalam paparan visi dan misinya mengatakan, selama 4,5 tahun kepemimpinannya bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla, ia telah berjuang keras mengembalikan watak asli pembangunan Indonesia. Pembangunan tidak cukup bertumpu pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pemerataan.
Di bidang kesejahteraan sosial, Jokowi menuturkan akan menyediakan Kartu Indonesia Pintar, Kartu Prakerja, dan Kartu Sembako Murah. Dengan kartu terakhir ini, diharapkan ibu-ibu bisa membeli kebutuhan pokok berharga murah sebab ada subsidi dari pemerintah.
Di bidang keuangan dan investasi, Jokowi mengatakan kenaikan rasio pajak perlu dilakukan bertahap agar tak terjadi keterkejutan ekonomi. Jokowi-Amin juga akan memaksimalkan program pengampunan pajak untuk menggenjot pemasukan negara dari pajak. Terkait penerimaan dari zakat dan wakaf, Jokowi-Amin berjanji akan mengintensifkan pengumpulan wakaf.
Sementara itu, Prabowo menawarkan solusi pelaksanaan program berbasis teknologi digital dan transparansi. Untuk meningkatkan penerimaan dari zakat dan wakaf, Sandi menekankan perlunya aksi jemput bola. Ia juga menjanjikan memotong Pajak Penghasilan dan menurunkan pajak korporasi.
Di bidang perdagangan dan industri, kedua pasangan calon menyoroti persoalan defisit neraca perdagangan. Terkait hal itu, Jokowi-Amin menjanjikan upaya substitusi barang impor, pembangunan industri dalam negeri, serta hilirisasi produk.
Adapun Prabowo-Sandi fokus pada solusi swasembada pangan dan pengembangan biofuel untuk mengurangi impor energi dan mengatasi defisit perdagangan.
Rincian
Dalam debat, kedua pasangan calon dinilai mengandalkan program usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta harga pangan terjangkau untuk mendongkrak kesejahteraan nasional. Guna mewujudkan dua hal itu, perlu strategi yang terperinci dan komprehensif.
Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang, Candra Fajri Ananda, UMKM jadi salah satu kekuatan ekonomi Indonesia yang dapat mengatasi pengangguran. ”UMKM membutuhkan dukungan pada kewirausahaan. Kewirausahaan jadi kunci penting dalam pembangunan ekonomi bangsa,” ucapnya.
Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Latif Adam, menuturkan, peningkatan lapangan kerja nasional melalui UMKM butuh strategi terperinci dan komprehensif. Strategi itu dapat berupa sistem pelatihan, pendanaan, pendampingan, permodalan, akses pasar, dan digitalisasi.
Secara terpisah, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M Rizal Taufikurahman, mengatakan, pertumbuhan ekonomi mesti dibarengi peningkatan kualitas melalui produktivitas industri. Namun, kondisi itu belum terjadi karena pertumbuhan ekonomi masih rendah.
Pertimbangan pemilih
Peneliti politik dari LIPI, Syaufan Rozi, menyampaikan, materi yang muncul dalam rangkaian lima kali debat serta masa kampanye yang sudah berlangsung sekitar tujuh bulan dapat jadi bahan pertimbangan memilih bagi rakyat.
Selama masa tenang, pemilih diharapkan menggali lebih dalam tawaran janji dan program para kandidat. Janji kampanye kedua pasangan calon serta pernyataan mereka saat debat perlu dipetakan ulang. Pemilih juga perlu membandingkan penerapan dan implikasi dari janji itu untuk lima tahun ke depan.
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia Aditya Perdana mengatakan, dinamika selama masa tenang akan lebih banyak ditemukan di kelompok pemilih yang belum menentukan pilihan dan pemilih mengambang. Pemilih tradisional tiap kandidat diprediksi tidak akan banyak bergeser karena relatif sudah yakin dengan pilihannya.
”Untuk pilpres relatif sudah tidak ada masalah, sebagian besar pemilih sudah punya banyak referensi. Tantangan ada di pileg karena apa yang membedakan satu caleg dengan lainnya tidak banyak diketahui. Masa tenang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mulai mempertimbangkan pilihan secara matang,” kata Aditya.
(AGE/JUD/KRN/MTK/DAN/FRD/VAN/GIO/HAR)