Pelaksanaan Pemilu 2019 tinggal dua hari lagi. Logistik pendukung pesta lima tahunan itu .kadang tidak mudah untuk tiba di tempat pesta. Distribusi logistik pemilu di Papua sangat menantang. Menguras energi fisik dan mental. Penyelenggara pemilu harus membawa logistik berjalan kaki melintasi gunung atau menggunakan pesawat, helikopter, dan perahu motor.
Minggu (14/4/2019) pukul 17.00 WIT, truk yang ditumpangi lima anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Web di Kabupaten Keerom, Papua, bertolak dari Kantor KPU Keerom di daerah Arso dikawal 12 personel Kepolisian Resor Keerom.
Perjalanan dari Arso, ibu kota Keerom, ke Web memakan waktu enam jam. Web adalah salah satu dari 11 distrik atau kecamatan di Keerom yang berisi enam kampung dengan sekitar 900 keluarga. Ada delapan tempat pemungutan suara (TPS) dengan jumlah di daftar pemilih tetap (DPT) 1.717 orang.
Distribusi logistik tak berakhir ketika mereka tiba di Ubruf, ibu kota Kecamatan Web. Tiga kampung, yakni Tatakra, Pabraf, dan Semografi, harus diakses dengan berjalan kaki sambil memikul logistik pemilu.
Ketua PPK Web Jefri Peray memimpin distribusi logistik ke tiga kampung itu dengan berjalan kaki. Perjalanan dari Ubruf ke Semografi sekitar 12 jam. Beristirahat malam, mereka lanjut menuju Pabraf selama enam jam. Seusai menyerahkan logistik ke Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pabraf, tim berjalan kaki menuju Tatakra. Enam jam lagi.
Sepanjang perjalanan, mereka melintasi kawasan gunung setinggi sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. Selama ini, tidak ada gangguan keamanan atau ancaman binatang buas di Distrik Web yang punya semboyan ”Kasih dan Damai” itu.
”Terlibat pemilu di daerah pedalaman, seperti Web, menguras tenaga. Namun, kami harus berjuang dengan sepenuh hati agar warga tak kehilangan hak memilih,” kata Jefri. Ia berharap, setelah pemilu, pembangunan jalan menyentuh warga Distrik Web.
Membelah lautan
Beda daerah, beda risiko. Minggu pukul 12.00 WIT, Kapal Motor Karaweira bertolak dari Dobo, ibu kota Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, ke sejumlah desa di pelosok daerah mengantar logistik pemilu. Kapal bertonase 35 gros itu akan berlayar 12 jam diintai gelombang tinggi. Kapal berlayar menuju Kecamatan Aru Tengah Selatan dan Kecamatan Aru Selatan Timur, wilayah terjauh dari ibu kota kabupaten.
Seperti kebanyakan wilayah pesisir lain, daerah itu tanpa dermaga atau pelabuhan laut. Kapal buang jangkar di tengah laut. Perahu motor kecil segera merapat ke kapal mengambil logistik pemilu.
Dibutuhkan enam jam untuk memindahkan logistik dari kapal ke perahu motor setelah melaut lima jam dari Dobo. Di darat, logistik dipikul warga dan aparat ke kantor kecamatan.
”Butuh perjuangan berat, tetapi kami senang karena rakyat antusias,” kata Yoseph Sudarso Labok, komisioner KPU Kabupaten Kepulauan Aru. Ia memantau langsung distribusi logistik dari Dobo ke Kecamatan Aru Selatan Utara, Sabtu lalu.
Melaut juga dijalani penyelenggara pemilu di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan. Perjalanan dimulai dari Pelabuhan Rakyat Pataore, Makassar, Senin (8/4) malam, menuju puluhan pulau di Kecamatan Liukang Tangngayya.
Menurut Hariadi, Ketua PPK Kecamatan Liukang Tangngayya, jika lancar, pengiriman logistik tuntas Minggu kemarin. Paling lambat, Senin ini.
Tak hanya jarak, gelombang tinggi juga membuat perjalanan harus ditempuh lima hari hingga seminggu. Kecamatan Liukang Tangngayya sebenarnya lebih dekat dari Nusa Tenggara Barat, sekitar enam jam saja. Namun, secara administratif masuk wilayah Kabupaten Pangkep.
”Risiko kami tentu lebih berat. Berlayar berhari-hari dengan cuaca tak menentu. Kami hanya berharap dengan perjalanan dan risiko besar membawa logistik ini, orang- orang mau menggunakan hak pilihnya. Setidaknya, usaha kami tak sia-sia,” katanya.
Mirip dengan wilayah Sulawesi, logistik Pemilu 2019 di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, juga sedang didistribusikan. Hingga kemarin, baru delapan dari sepuluh kecamatan yang sudah menerima logistik.
Kabupaten ini sekitar 200 kilometer dari Padang, berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Wilayah yang terdiri atas tiga pulau besar, yaitu Siberut, Sipora, dan Pagai, ini bisa dijangkau dengan kapal cepat empat-lima jam atau feri 12 jam. Pemilu tahun ini, 62.959 orang masuk dalam DPT.
Pesta demokrasi tinggal dalam hitungan hari. Namun, kini, tak sedikit petugas masih bekerja penuh risiko di darat, laut, dan udara. Mungkin, mereka merasa hanya menjalankan tugas walau sejatinya mereka ada di garis depan demokrasi. Bagian kita? Datang ke TPS dan mencoblos! (FLO/FRN/REN/ZAK)