Wabah campak melanda Madagaskar, negara di pantai timur Afrika. Campak masih mengancam anak-anak. Tak hanya di negara berkembang seperti Madagaskar, Filipina atau Indonesia, bahkan di Amerika Serikat yang telah mendeklarasikan eliminasi campak tahun 2000, masih ada kejadian luar biasa campak. Meski sangat menular, campak mudah dicegah, yakni dengan vaksinasi MMR atau MMRV.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·3 menit baca
Wabah campak melanda Madagaskar, negara kepulauan di pantai timur Afrika. Dalam tujuh bulan terakhir, di negara dengan jumlah penduduk 26,2 juta itu dilaporkan ada 115.000 kasus campak, yang umumnya di bawah usia 15 tahun. Sebanyak 1.200 orang meninggal.
Sebelumnya, wabah campak dilaporkan di Amerika Serikat. Menurut laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, sejak 1 Januari hingga 4 April 2019 tercatat ada 465 kasus di 19 negara bagian. Ini merupakan kejadian kedua meski campak dinyatakan telah dieliminasi dari AS tahun 2000.
Awal 2019, sejumlah wilayah di Filipina, seperti Luzon, Calabarzon, Mindanao, dan Visayas, termasuk Metro Manila, juga dilanda wabah campak. Pengumuman resmi disampaikan pada Februari 2019. Sejauh ini dilaporkan ada 23.563 kasus dengan 338 kematian.
Sangat menular
Campak merupakan penyakit sangat menular yang disebabkan golongan Paramixovirus. Penularan terjadi lewat udara saat penderita batuk atau bersin. Gejala campak adalah demam lebih dari 38 derajat Celsius, batuk, pilek, dan mata merah berair. Dua-tiga hari kemudian timbul bercak putih (Koplik spots) di mulut. Selanjutnya, timbul bercak merah di muka, menjalar ke seluruh tubuh.
Umumnya yang terkena campak adalah mereka yang tidak mendapat vaksinasi. Data UNICEF, cakupan imunisasi di Filipina saat ini 74 persen, turun dari 10-15 tahun lalu yang 88 persen.
Sementara cakupan imunisasi campak di Madagaskar hanya 58 persen. Jumlah itu jauh dari cakupan yang diperlukan untuk mencegah wabah, yakni 90-95 persen. Selain cakupan imunisasi rendah, hampir 50 persen anak di negara itu berstatus kurang gizi. Hal itulah yang memicu merebaknya campak.
Sebelum vaksin campak ditemukan tahun 1963, diperkirakan 3 juta-4 juta orang di AS terkena campak setiap tahun. Sebanyak 400-500 orang di antaranya meninggal.
Vaksin campak (measles) biasanya dikombinasikan dengan vaksin gondong (mumps), campak jerman (rubella) menjadi vaksin MMR. Bisa juga ditambah vaksin cacar air (varicella) sehingga menjadi vaksin MMRV.
Situasi Indonesia
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan 2018, sepanjang 2010-2015 diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella. Jumlah kasus ini diperkirakan masih rendah dibanding angka sebenarnya di lapangan. Hal itu mengingat masih banyak kasus tidak terlaporkan.
Incidence rate campak di Indonesia pada 2011-2017 cenderung menurun, dari 9,2 menjadi 5,6 per 100.000 penduduk.
Pengendalian campak di Indonesia diawali tahun 1982 lewat Program Imunisasi Nasional. Dosis pertama vaksin MMR diberikan pada anak usia 9 bulan. Dosis kedua diberikan pada anak kelas I sekolah dasar saat kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah.
KLB campak meningkat dari 27 provinsi di tahun 2015 menjadi 30 provinsi di tahun 2017. Hal ini disebabkan peningkatan kewaspadaan dini terhadap kasus campak. Kondisi ini ditindaklanjuti dengan upaya penanggulangan, antara lain melalui kampanye imunisasi campak rubella (MR) pada Agustus dan September tahun 2017 yang menurunkan KLB campak secara signifikan. Indonesia menargetkan eliminasi campak pada 2020.