Pekan lalu, Indonesia terpilih sebagai destinasi wisata halal terbaik 2019. Indonesia dan Malaysia ada di urutan teratas karena mendapat nilai sama, yakni 78. Berikutnya Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
Pencapaian Indonesia ini merupakan hasil kerja keras semua pemangku kepentingan di dunia pariwisata sejak 2015. Saat itu, Indonesia hanya bisa melihat turis asal Timur Tengah berduyun-duyun ke Malaysia. Riyal, dinar, dan dirham mengalir ke Malaysia.
Padahal, bicara soal halal, sebenarnya kita bisa menemukan makanan halal dengan mudah di Indonesia. Namun, belum semua tempat memberikan informasi perihal layanan tersebut halal atau tidak. Selain itu, belum semua tempat menyediakan tempat ibadah bagi Muslim.
Jika diteliti, ada enam kebutuhan pokok wisatawan Muslim yang diidentifikasi dalam studi CrescentRating di 130 negara, yaitu makanan halal, fasilitas shalat, kamar mandi dengan air untuk wudhu, pelayanan saat bulan Ramadhan, pencantuman label non-halal (jika ada makanan yang tidak halal), dan fasilitas rekreasi yang privat.
Wisatawan Muslim adalah salah satu bagian dari pasar pariwisata yang memiliki daya beli kuat. Menurut laporan Komite Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan (COMCEC), pada 2014 ada 116 juta pergerakan turis Muslim. Jumlah ini diproyeksikan meningkat menjadi 180 juta perjalanan pada 2020. Di Indonesia, dalam tiga tahun terakhir juga terjadi peningkatan rata-rata 15,5 persen per tahun.
Total pengeluaran wisatawan muslim dunia pada 2014 sebesar 142 miliar dollar AS. Wisata halal dunia juga memiliki keberlanjutan atau pertumbuhan tinggi, yakni 6,3 persen. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan pariwisata dunia yang sebesar 4,4 persen, atau pariwisata ASEAN, yaitu 5,5 persen.
Dari sisi pengeluaran, turis Arab Saudi rata-rata mengeluarkan 1.750 dollar AS per kunjungan per orang. Adapun turis Uni Emirat Arab sebesar 1.500 dollar AS per kunjungan per orang. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran wisatawan Asia yang rata-rata 1.200 per orang per kunjungan.
Proyeksi Global Muslim Travel Index (GMTI), belanja turis Muslim dunia pada 2023 mencapai 274 miliar dollar AS atau tumbuh cukup tinggi dibandingkan dengan 177 miliar dollar AS pada 2017.
Saat ini populasi Muslim global mencapai 1,6 miliar orang dengan produk domestik bruto (PDB) lebih dari 7 triliun dollar AS. Konsumsi penduduk Muslim mencapai 1,8 triliun dollar AS atau 11,7 persen dari konsumsi penduduk dunia. Angka ini juga lebih tinggi dari konsumsi China yang mencapai 1,6 triliun dollar AS. Adapun pertumbuhan turis Muslim diprediksi 9,1 persen per tahun.
Saat ini ada 16 daerah yang ingin mengembangkan destinasi halal. Lima daerah di antaranya, yakni Lombok, Aceh, Riau dan Kepulauan Riau, DKI Jakarta, serta Sumatera Barat, telah memenuhi Indonesia Muslim Traveler Index 2019.
Adapun 11 destinasi unggulan lain adalah Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Malang), Sulawesi Selatan, Kota Tanjung Pinang, Kota Pekanbaru, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Cianjur.
Pariwisata halal adalah portofolio penting bagi pariwisata nasional untuk mencapai target 20 juta wisatawan mancanegara (wisman). Caranya, dengan menjaring wisatawan Muslim global. Pada 2019, pemerintah menargetkan 5 juta wisman Muslim dan 242 juta perjalanan wisatawan Nusantara Muslim.
Menyediakan wisata yang ramah Muslim bukan berarti menyiapkan segala sesuatu yang berbeda. Namun, wisatawan Muslim memerlukan informasi mengenai kehalalan, akses dan kemudahan untuk beribadah, serta fasilitas lain yang ramah Muslim. Hal ini yang mesti dipahami. (M Clara Wresti)