Optimisme pada Negosiasi Dagang AS-China Dorong Penguatan Bursa Asia
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, SENIN — Pasar saham Asia dimulai dengan pijakan yang kokoh untuk menguat pada awal perdagangan pekan ini, Senin (15/4/2019). Optimisme terhadap negosiasi dagang Amerika Serikat-China serta data di China yang lebih baik dari perkiraan membantu meningkatkan kepercayaan tentang jalannya perekonomian dunia.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen, sedangkan Indeks KOSPI Korea Selatan naik 0,5 persen. Saham Australia sedikit lebih lemah, sementara Indeks Nikkei di Jepang melonjak 1,3 persen ke level tertinggi sejak awal Desember 2018.
Investor khawatir terhadap perlambatan pertumbuhan global tahun ini karena perselisihan perdagangan, dan kondisi keuangan yang lebih ketat menekan permintaan. Pekan lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas prospek ekonomi dunia untuk ketiga kalinya dalam enam bulan.
Ada juga kekhawatiran bahwa pelemahan di kekuatan-kekuatan ekonomi utama, termasuk China, dapat menyebar ke negara-negara lain, terutama jika ketegangan perdagangan antara Beijing dan Washington semakin meningkat.
Hal itu menjelaskan, mengapa para investor menyambut gembira keluarnya data China yang menunjukkan ekspor berhasil naik pada bulan Maret ke level tertinggi dalam lima bulan terakhir, sementara pinjaman bank baru melonjak jauh lebih dari yang diharapkan. Total pinjaman bank di China dalam tiga bulan pertama 2019 mencapai rekor triwulanan senilai 5,81 triliun yuan (866,7 miliar dollar AS).
"Pasar didukung oleh peningkatan data China yang melihat selera risiko meningkat," kata ANZ dalam catatan kepada klien. "Peningkatan berkelanjutan dalam data akan menjadi penting sebelum kepercayaan dipulihkan. Sementara itu, para pembuat kebijakan tetap berkomitmen untuk menetapkan kebijakan moneter dan fiskal yang \'ramah pertumbuhan\'."
Berita selama akhir pekan menambah suasana optimis. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, Sabtu, mengatakan, sebuah perjanjian perdagangan AS-China akan "jauh melampaui" upaya sebelumnya untuk membuka pasar China bagi perusahaan-perusahaan AS. Ia berharap bahwa kedua pihak akan “dekat dengan putaran final" perundingan.
Seiring dengan hal itu, kelompok 20 negara-negara industri (G-20) telah menyerukan gencatan senjata dalam perdagangan sebagai tanda bahwa para pemimpin dunia siap untuk mengambil tindakan untuk mengurangi risiko perlambatan ekonomi global.
"Kami mengharapkan kesepakatan AS-China yang relatif ramah pasar," kata ekonom global Bank of America Merrill Lynch, Ethan Harris, dalam sebuah catatan. "Dalam pandangan kami, kekhawatiran pasar dan politik akan membatasi pertikaian di masa depan. Pikirkan \'pertempuran\' daripada \'pertempuran besar.\'"
Investor selanjutnya mencari data produk domestik bruto triwulan I-2019 China yang akan dirilis, Rabu. Semua mata juga tertuju pada pendapatan perusahaan dari perusahaan-perusahaan besar AS setelah hasil kuartalan dari JPMorgan mengalahkan estimasi analis pada pekan lalu. Semua berita positif mendorong kenaikan Wall Street pada Jumat pekan lalu. Indeks Dow melonjak 1 persen, S&P500 naik 0,7 persen, dan Nasdaq bertambah 0,5 persen.
Dalam mata uang, indeks dollar AS lebih lemah di 96,909 terhadap sejumlah mata uang utama karena permintaan untuk aset safe haven yang mereda. Sedangkan mata uang euro bertahan di 1,1302 per dollar AS karena pelaku pasar tengah bersiap atas permintaan dari Jepang karena Mitsubishi UFJ Financial ditutup pada akuisisi multi-miliar euro dari bisnis keuangan penerbangan DZ Bank.