Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyerukan agar semua elemen masyarakat menyukseskan penyelenggaraan pemilu yang bersih, jujur, dan adil. Organisasi kemasyarakatan itu meminta agar semua pidak dapat menciptakan suasana yang damai dengan tidak saling memprovokasi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyerukan agar semua elemen masyarakat menyukseskan penyelenggaraan pemilu yang bersih, jujur, dan adil. Kepada semua warga, PBNU meminta agar semua pidak dapat menciptakan suasana yang damai dengan tidak saling memprovokasi. Provokasi hanya akan memecah belah antarwarga.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyampaikan seruan dan sikap tersebut melalui kegiatan ”Tausyiah Kebangsaan Nahdlatul Ulama Menyambut Pemilu Serentak 2019” di Gedung PBNU, Salemba, Jakarta Pusat, Senin (15/4/2019).
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj mengatakan, Pemilu 2019 adalah pemilu serentak pertama yang digelar Indonesia. Pemilu kali ini menjadi ujian untuk kesiapan bangsa Indonesia dalam menjalankan proses demokrasi yang maju dan beradab.
”Nahdlatul Ulama mengimbau kepada semua pihak agar menjaga keamanan dan ketertiban, berpartisipasi dan berperan aktif memastikan penyelenggaraan pemilu yang damai, bersih, jujur, dan adil,” ujar Said.
Ia pun menyerukan agar masyarakat menggunakan nalar dan nurani dalam memilih calon presiden dan wakil presiden serta calon-calon wakil rakyat, baik di DPD, DPR, maupun DPRD. Agar nalar dan nurani itu hadir, masyarakat diharapkan untuk menciptakan suasana politik yang damai dan tidak saling memprovokasi.
”Kami mengajak para kontestan, tim sukses, pendukung, simpatisan, tokoh-tokoh politik, tokoh-tokoh agama, seluruh warga negara, serta aparat keamanan agar bahu-membahu menciptakan suasana politik yang damai agar tidak memprovokasi rakyat dengan hoaks dan ujaran kebencian, serta menerima hasil pemilu dengan legowo. Jika merasa keberatan terhadap hasil pemilu, gunakanlah prosedur dan mekanisme yang berlaku sesuai aturan,” tuturnya.
Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faisal Zaini juga menyerukan agar masyarakat menghentikan dan menahan diri untuk tidak memproduksi hoaks atau konten berbau ujaran kebencian, terlebih dalam masa tenang pemilu yang berakhir hingga hari pencoblosan.
”Harusnya di hari tenang ini, semua pihak menenangkan diri. Beri kesempatan diri sendiri dan orang lain untuk berpikir, berkontemplasi dengan apa yang telah mereka ikuti selama masa kampanye kemarin,” imbuhnya.
Tolak politik identitas
Helmy juga mengingatkan agar masyarakat tidak terpolarisasi pada politik identitas yang santer terdengar dalam kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden. Masyarakat diimbau agar melihat peserta pemilu secara jernih melalui pendekatan program yang terkait kemaslahatan rakyat dan bangsa.
”Pada hari tenang ini, kita dalami kembali calon pemimpin mana yang paling pro pada kepentingan rakyat. Jangan mau dipolarisasi pada pengelompokan atas dasar agama,” ujarnya.
Adapun kepada para pemimpin agama Islam, Helmy mengatakan, PBNU mengimbau agar kesepakatan para ulama atau kerap disebut ijtima ulama untuk mendukung salah pasangan calon agar tetap pada koridor kemaslahatan rakyat dan bangsa.
”Ijtima ulama kalau dibingkai dalam pembicaraan kemaslahatan rakyat dan bangsa, oke saja. Tetapi, kalau membuatnya seolah-olah ini pertarungan antara yang pro-Islam dan tidak pro-Islam, itu berbahaya,” pungkasnya.