Sikap Empati PM Ardern Diapresiasi Komunitas Islam
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Empati yang ditunjukkan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern dalam merespons penembakan massal di masjid di Christchurch, 15 Maret 2019, mendapat apresiasi luas dari komunitas Islam dunia. Sikap afektif Ardern itu efektif mencegah kemungkinan terjadinya aksi balas dendam.
"Solidaritas non-Muslim untuk mengecam kekerasan itu sangat penting untuk meredakan keinginan balas dendam. Sangat bagus bahwa PM Ardern langsung menyebut aksi itu sebagai tindakan teroris. Biasanya kan lambat," kata Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, dalam acara diskusi publik di kantor Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Senin (15/4/2019).
Nasaruddin melanjutkan, "Pernyataan itu memberikan kelegaan kepada komunitas Muslim. Surat kabar di Timur Tengah sangat mengapresiasi dan menghormati sikap Ardern. Apalagi, Ardern juga mengenakan kerudung (saat bertemu dengan keluarga korban). Itu bentuk empati yang sangat tepat."
Sikap empati Ardern pun menjadi inspirasi bagi rakyat di negara lain untuk bersolidaritas dan menunjukkan empatinya terhadap korban kekerasan. Nasaruddin menceritakan, saat berkunjung ke Amerika Serikat bulan lalu, ia menyaksikan sejumlah rakyat AS yang meniru sikap Ardern dan mengenakan kerudung sebagai wujud solidaritas mereka terhadap komunitas Muslim.
Bagi Nasaruddin, sikap Ardern itu bisa menjadi pelajaran bagi pemimpin negara lain dalam menanggapi aksi teror. "Gunakan bahasa yang hidup dalam masyarakat. Jangan menggunakan pernyataan yang melawan opini publik yang sudah mengalir karena itu akan menambah persoalan," tuturnya.
Peran Indonesia
Nasaruddin mengatakan, separuh persoalan dunia melibatkan tiga agama anak cucu Nabi Ibrahim, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam. "Kalau setiap komponen ketiga agama itu bisa kita jinakkan, Insya Allah separuh persoalan dunia bisa kita selesaikan," ujarnya menambahkan, isu agama itu perlu dijadikan isu global.
Menurut Nasaruddin, Indonesia merupakan negara yang tepat yang dapat mengangkat isu itu. "Indonesia steril dari sumber konflik. Jauh dari Israel dan Timur Tengah," kata dia.
Selain itu, Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi Muslim terbesar di dunia. Hampir 90 persen penduduk Indonesia adalah Muslim.
Nasaruddin menyimpulkan, "Jadi, Timur Tengah sudah selesai tugasnya dalam melahirkan Nabi Muhammad dan Al Quran. Sekarang, tugas merawat Muslim (di tangan) Indonesia".
Kuasa Usaha Kedutaan Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Roy Ferguson, mengatakan, Indonesia sudah berperan konstruktif dalam mewujudkan agama yang damai, salah satunya melalui dialog lintas agama dan negara.
Saat pertemuan multilateral tentang koperasi Indo Pasifik, Maret 2019, di Jakarta, misalnya, Indonesia, Selandia Baru, dan Australia sepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam dialog antaragama dan meningkatkan toleransi dan kebiasaan saling menghargai.
"Indonesia telah menjadi pemimpin (dalam memperjuangkan dialog antaragama). Salah satunya karena Indonesia negara berpenduduk Muslim terbesar (di dunia). Gaya Indonesia yang moderat sangat diapresiasi pemerintah dan rakyat negara lain. Saya berharap Indonesia dapat terus melanjutkan perjuangannya (mewujudkan toleransi dan perdamaian)," ucap Ferguson.