LIVERPOOL, MINGGU — Liverpool menutup kenangan buruk dari Chelsea saat kalah dan ”terpeleset” dari perburuan gelar Liga Primer Inggris, lima musim lalu. ”The Reds” bangkit dari mimpi buruk itu dengan kemenangan 2-0 atas Chelsea pada Minggu (14/4/2019), yang memuluskan jalan mereka menuju gelar pertama dalam tiga dekade terakhir.
Sebelum laga kemarin, Liverpool berada dalam tekanan besar akibat ”hantu” kenangan buruk masa lalu. Situasi musim ini dan lima musim lalu persis, skuad asuhan Juergen Klopp harus berhadapan dengan ”The Blues”, julukan Chelsea, saat pekan-pekan terakhir penentuan juara liga. Laga penentu ini sama-sama berlangsung di Stadion Anfield.
Pada 2013/2014, ”The Reds” mengacaukan peluang juara setelah tumbang 0-2 dari Chelsea. Mimpi buruk itu dimulai oleh terpelesetnya sang kapten, Steven Gerrard, yang membuat penyerang Chelsea, Demba Ba, mencetak gol pertama. Kekalahan itu membuat mereka harus menyerahkan gelar juara ke tangan Manchester City.
Pada 2013/2014, The Reds mengacaukan peluang juara setelah tumbang 0-2 dari Chelsea. Mimpi buruk itu dimulai oleh terpelesetnya sang kapten, Steven Gerrard, yang membuat penyerang Chelsea, Demba Ba, mencetak gol pertama.
Dengan kondisi yang nyaris sama, kemarin, Liverpool menyudahi ”hantu” yang menjerat selama lima tahun terakhir. Tanpa Gerrard, mereka berhasil memastikan kemenangan di Stadion Anfield. Kemenangan itu membawa mereka ke puncak klasemen, melewati pesaing yang sama saat 2013/2014, City.
”Dan di titik ini, kami akhirnya bisa menutup buku soal terpeleset. Robbo (Andy Robertson), terpeleset kemarin dan tidak terjadi apa-apa. Itu sudah tidak menjadi masalah Liverpool. Sudah berakhir,” kata Klopp selepas laga.
Dalam laga itu, Klopp menurunkan pemain utamanya meski berada di kepungan jadwal padat Liga Champions. Dengan trio Roberto Firmino, Mohamed Salah, dan Sadio Mane, mereka menguasai jalannya pertandingan sejak awal laga.
Pesta Liverpool dimulai pada babak kedua. Enam menit setelah turun minum, Sadio Mane membuka keunggulan melalui tandukannya. Dua menit berselang, gol indah Mohamed Salah menggandakan keunggulan sekaligus mengamankan kemenangan timnya.
”Saya bangga dengan penampilan anak-anak hari ini. Saya sangat cinta dengan atmosfernya. Anda bisa merasakan mereka berada dalam momentum, jadi mari lakukan ini di sisa pertandingan musim ini,” sanjung pelatih asal Jerman tersebut.
Dengan hasil itu, Liverpool kokoh di puncak klasemen dengan 85 poin dalam empat pekan tersisa. Mereka meninggalkan pesaingnya, Manchester City, di peringkat kedua dengan 83 poin. Walaupun City masih memiliki satu laga lebih, skuad asuhan Josep Guardiola masih harus menghadapi tim besar, seperti, Manchester United dan Tottenham Hotspur.
Liverpool kokoh di puncak klasemen dengan 85 poin dalam empat pekan tersisa. Mereka meninggalkan pesaingnya, Manchester City, di peringkat kedua dengan 83 poin.
Selain menutup kenangan buruk bersama Chelsea, Liverpool berpeluang besar menyudahi paceklik gelar selama tiga dekade terakhir. The Reds terakhir juara pada 1989/1990, kala itu Liga Primer masih bernama Liga Divisi Satu Inggris.
”Apa yang terjadi lima tahun lalu tidak memengaruhi kami. Ini adalah pertandingan yang sangat berbeda. Kami berhasil membalikkan tekanan ke Chelsea dengan permainan terbaik yang kami tunjukkan. Sisanya kami hanya fokus ke pertandingan sisa, bukan City, Kita lihat nanti hasilnya,” kata bek tengah andalan Liverpool, Virgil van Dijk.
Sebatas Gerrard
Mimpi buruk itu kini telah lepas dari tubuh Liverpool. Namun, kenangan pahit dengan Chelsea itu masih akan menghantui Gerrad, yang sekarang sudah menjadi pelatih klub Skotlandia, Rangers.
Dalam buku otobiografinya, My Story, Gerrard menceritakan sudah merasa dihantui Chelsea sejak 2005. Saat itu, Gerrad nyaris kehilangan status legendanya bersama Liverpool. Dia sempat ingin menyeberang ke Stadion Stamford Bridge, markas Chelsea, untuk bergabung bersama Jose Mourinho.
Saat isu kepindahannya, Gerrard bersama Liverpool berhadapan dengan Chelsea pada final Piala Liga 2005. Pada akhir laga, dia mencetak gol bunuh diri yang membuat timnya kehilangan gelar karena kalah 2-3.
Para pendukung Liverpool, The Kop, mulai melabeli gelandang andalan tim nasional Inggris itu sebagai pengkhianat. Istrinya, Alex Curran, menjadi korban ejekan para pendukung tersebut. ”Si berengsek itu melakukan dengan sengaja. Dia ingin bermain di Chelsea. Dia mata duitan. Dia dan istri sialannya hanya memikirkan uang asal London itu,” cemooh segelintir pendukung kepada Alex dalam My Story.
Jauh setelah kejadian itu, saat Gerrard kembali memutuskan kesetiaannya bersama Liverpool, The Blues kembali mengganggu hidupnya. Kali ini, Chelsea merayu pasangan terbaik Stevie, panggilan akrab Gerrard, yaitu Fernando Torres, untuk pindah ke tim asal London tersebut.
Salah satu duet terbaik di Liga Primer itu pun harus berpisah. Mimpi juara Gerrard bersama Torres harus pupus karena sang pemain asal Spanyol itu memutuskan hengkang ke Chelsea pada 2011.
Puncaknya adalah momen terpeleset pada 2014. Kala itu, Gerrard bisa melengkapi karier sempurnanya dengan gelar juara liga yang belum pernah dirasakannya. Akan tetapi, dia sebagai kapten, justru mengacaukan kesempatan itu karena terpeleset.
Mimpi buruk itu masih menghantui Gerrard hingga detik ini. ”Tidak sehari pun terlewati tanpa saya berpikir, bagaimana akhirnya jika saya tidak terpeleset hari itu. Apakah semua akan berubah? Mungkin saja, tidak ada yang tahu,” ungkapnya kepada The Guardian. (AP/REUTERS)