Tiket ke Eropa yang Membuat Gila
MILAN, MINGGU — Perebutan tiket ke Liga Champions musim depan masih memanas di Liga Italia dan sampai membuat para pemain menjadi ”gila” karena gagal mengontrol emosi. AC Milan dan Lazio merasakannya saat kedua tim berduel di Stadion San Siro, Minggu (14/4/2019) dini hari WIB.
Milan akhirnya menang 1-0 melalui gol yang dicetak Franck Kessie melalui titik penalti pada menit ke-79. Penalti terjadi setelah pemain pengganti Lazio, Riza Durmisi, menjatuhkan bek Milan, Mateo Mussachio. Kessie dengan tenang menembak ke sisi kiri gawang dan mengecoh kiper Lazio, Thomas Strakosha.
Kemenangan yang bermodalkan satu gol ini cukup untuk membuat Milan bisa memperkuat posisi di peringkat keempat klasemen sementara dengan 55 poin. Bisa finis di empat besar merupakan jalan untuk merebut tiket Liga Champions musim depan. Kesempatan ini pula yang sangat dinantikan Milan, tim besar Italia yang sudah absen di kompetisi antarklub Eropa paling bergengsi itu sejak lima musim terakhir.
Namun, kemenangan itu dinodai tingkah laku para pemain ”Rossoneri” yang tidak terpuji. Awalnya, pemain Milan, Tiemoue Bakayoko, dan pemain Lazio, Francesco Acerbi, bertukar seragam. Aksi tersebut sudah menjadi tradisi di sepak bola untuk menjalin keakraban dan menjaga rasa hormat antarpemain. Sayangnya, Bakayoko yang ditemani Kessie kemudian memamerkan kostum milik Acerbi itu di depan para penonton saat merayakan kemenangan.
Tingkah laku kedua pemain itu dianggap melecehkan Acerbi. Bagaikan komplotan pemburu hewan liar, Bakayoko dan Kessie seolah memamerkan hewan buruan mereka yang telah mati. Bisa juga diinterpretasikan bahwa mereka sedang mengangkat trofi paling bergengsi dalam sebuah kompetisi. Dalam konteks perebutan tiket Liga Champions, Acerbi menjadi simbol takluknya Lazio di tangan Milan.
Melihat hal itu, Acerbi marah dan mengungkapkannya di media sosial. ”Saya sangat kecewa karena saya menukar seragam untuk mengakhiri perseteruan saat berlaga. Memicu kebencian bukanlah tujuan dari olahraga, melainkan sikap untuk menunjukkan kelemahan,” tulis Acerbi.
Striker Lazio, Ciro Immobile, juga mengungkapkan kekecewaan yang sama di media sosial. Merespons hal itu, Bakayoko kemudian membuat klarifikasi, juga lewat media sosial. ”Kami hanya bercanda. Saya tidak bermaksud untuk menyinggung siapa pun. Saya minta maaf jika Acerbi merasa tersinggung,” tulis Bakayoko.
Pelatih AC Milan Gennaro Gattuso juga langsung meminta maaf ketika mendapat informasi itu saat konferensi pers seusai laga. Ia juga menyoroti kebiasaan para pemain saat ini. ”Mungkin ini saatnya bagi klub-klub besar untuk membatasi penggunaan media sosial. Para pemain seharusnya lebih berkonsentrasi saat berlatih, bukan sibuk memainkan jarinya di atas layar telepon,” ujarnya, seperti dikutip laman Football-Italia.
Adu mulut
Sebelum insiden jersey milik Acerbi itu, para pemain Milan dan Lazio juga terlibat dalam adu mulut seusai laga. Insiden itu awalnya dipicu oleh pemain Lazio, Luis Felipe, dan pemain Milan, Fabio Borini. Tidak lama kemudian hampir semua pemain dari kedua tim terlibat.
Gattuso juga turun untuk melerai. ”Ketika saya masih menjadi pemain, kejadian semacam ini membuat saya panas. Sekarang saya melihatnya berbeda dan saya terlalu tua untuk hal semacam ini. Lagi pula, jika saya menampar salah satu pemain, saya pasti akan dibalas dan tampaknya mereka lebih sering berlatih di gym daripada saya,” katanya.
Situasi yang memanas memang tidak dapat dihindarkan karena Lazio juga kehilangan poin krusial untuk mewujudkan mimpi mereka tampil di Liga Champions. Terakhir kali Lazio tampil di fase grup Liga Champions adalah pada musim 2007-2008 atau sudah lebih dari satu dekade. Penantian yang lebih panjang daripada yang dirasakan Milan.
Kematian Lazio
Dengan kekalahan itu, Lazio kini terlempar ke peringkat kedelapan dengan 49 poin. Di atas mereka masih ada AS Roma (peringkat kelima, 54 poin), Atalanta (peringkat keenam, 52 poin), dan Torino (peringkat ketujuh, 50 poin). Torino gagal meraih tiga poin karena mereka ditahan imbang 1-1 oleh Cagliari dalam laga yang berlangsung Minggu petang WIB.
Direktur Lazio Igli Tare sampai mengatakan, Lazio sengaja dibunuh sehingga selalu gagal berada di papan atas dan melaju ke Liga Champions. Pada laga kontra Milan itu, Tare mengatakan, klubnya mendapat perlakuan tidak adil dari wasit. Wasit dengan mudah memberikan tendangan penalti kepada Milan, tetapi tidak untuk Lazio. Tare pun menilai wasit tidak peduli ketika bola menyentuh tangan bek Milan, Ricardo Rodriguez. Ia semakin kesal karena Liga Italia juga sudah menerapkan video asisten wasit atau VAR.
”Kabar kematian (Lazio) sudah diumumkan. Laga kembali ditentukan oleh ketidakadilan wasit,” kata Tare, seperti dikutip laman La Stampa. Musim lalu, kegagalan Lazio ke Liga Champions, kata Tare, juga disebabkan oleh wasit dan Milan. Saat itu Milan menang 1-0, tetapi Tare meyakini ada pelanggaran yang dilakukan striker Milan, Patrick Cutrone, saat mencetak gol ketika bola menyentuh tangannya.
Meski kehilangan poin krusial untuk mengejar empat besar, Tare mengatakan, Lazio masih bisa membalas dendam di Piala Italia. Mereka bakal kembali menghadapi Milan di San Siro pada laga kedua semifinal Piala Italia, Kamis (25/4/2019) dini hari WIB. Pada laga pertama, skor berakhir imbang 0-0.
Satu hal yang pasti, kegilaan yang terjadi antara Milan dan Lazio belum berakhir dan tampaknya bisa berlarut-larut. Bisa jadi laga antara Milan dan Lazio ke depan bakal menjadi laga yang semakin seru dan panas untuk ditonton. (REUTERS)