Tim Hitung Cepat Litbang ”Kompas” Sudah Tersebar di Hampir 80 Persen Titik Sampel
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persiapan hitung cepat atau quick count Litbang Kompas dalam Pemilihan Umum 2019 sudah hampir matang. Dari 2.000 titik sampel pemungutan suara, tim sudah tersebar di hampir 80 persen titik, sementara sisanya masih terkendala beragam kondisi geografis setempat.
Manajer Database Litbang Kompas Ignatius Kristanto, di Jakarta, Senin (15/4/2019), mengatakan, persiapan hitung cepat hampir selesai karena tinggal menyelesaikan 20 persen dari 2.000 titik tempat pemungutan suara yang akan menjadi sampel. Namun, secara sistem dan alat hitung, semua sudah aman.
”Tak ada kendala berarti secara sistem. Hanya tinggal yang 20 persen itu (belum didatangi) karena daerah-daerah terpencil, tetapi besok akan kami datangi semua,” ujar Kristanto.
Dalam hitung cepat kali ini, Litbang Kompas mengambil sampel 488.826 pemilih dari 2.000 TPS yang tersebar di seluruh Indonesia. Tingkat kepercayaan penghitungan ini 99 persen dari total maksimal pemilih 185.732.093 orang.
Pengambilan 2.000 sampel itu dilakukan atas pertimbangan target toleransi kesalahan (margin of error), kemampuan sumber daya yang ada, dan biaya.
Hitung cepat Pemilu 2019 ini merupakan hitung cepat ke-16 yang telah dilakukan Litbang Kompas. Setidaknya, sebanyak 2.000 pewawancara (interviewer) dilibatkan dalam proses tersebut dan dikoordinasi oleh 368 orang.
Kristanto menjelaskan, pewawancara mayoritas diambil dari kalangan mahasiswa. Mahasiswa yang dipilih pun harus mengikuti seleksi agar hasil hitung cepat dapat terjaga kredibilitas dan kualitasnya.
”Jaminan netralitas adalah kami dalam merekrut tenaga tak boleh berafiliasi pada peserta pemilu. Itu juga bisa dilihat dari aktivitas media sosialnya, tak boleh ada atribut simbol pemilu,” ucap Kristanto.
Jaminan netralitas adalah kami dalam merekrut tenaga tak boleh berafiliasi pada peserta pemilu. Itu juga bisa dilihat dari aktivitas media sosialnya, tak boleh ada atribut simbol pemilu.
Ia juga mengatakan, tantangan hitung cepat pada Pemilu 2019 lebih berat. Sebab, penghitungan hasil pemilihan presiden dan pemilihan legislatif dilakukan secara bersamaan.
”Kami harus selesaikan pilpres baru pileg, dan itu akan sampai malam. Teman-teman di lapangan juga harus sampai malam. Jadi, harus menjaga kondisi di lapangan,” lanjut Kristanto.
Daerah terpencil
Secara terpisah, Koordinator Wilayah di Nusa Tenggara Timur Toto Suryaningtyas menuturkan, tantangan di daerah Indonesia bagian timur adalah letak geografis yang tak bisa disamakan dengan kondisi di kota Jakarta. Dia menceritakan, empat orang dari timnya harus melewati hampir 150 kilometer untuk menuju Kecamatan Amfoang Utara dari Kota Kupang.
”Itu mungkin jalan aspal 130 kilometer, selebihnya jalan tanah dan tanah batu,” ucap Toto.
Tantangan lain adalah sinyal sehingga anggota tim harus rela berjalan lebih dari 12 kilometer untuk mengirim pesan.
Sementara itu, Koordinator Wilayah di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat Rangga Eka Sakti menyatakan, salah satu anggota timnya ada yang mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju TPS di Desa Campurjo, Wonomulyo, Polewali Mandar. Meski mengalami luka yang tak begitu parah, anggota timnya tersebut tetap berjuang menyelesaikan tugasnya.
”Saya salut dengan semangat para interviewer karena dia berusaha untuk menyelesaikan tugasnya dengan sampai di TPS yang dituju, baru mau diantarkan ke puskesmas. Mungkin karena tinggal 1-2 km lagi,” ujar Rangga.