Manchester United sudah menggunakan keberuntungan mereka saat bertandang ke Juventus dan Paris Saint-Germain. Masihkah ada keberuntungan tersisa bagi “Setan Merah” saat bertandang ke Camp Nou?
BARCELONA, SENIN – Berbagai kisah kemenangan yang heroik dan dramatis berkeliaran di benak para pemain Manchester United sebelum menghadapi Barcelona pada laga kedua perempat final Liga Champions di Stadion Camp Nou, Rabu (17/4/2019) pukul 02.00 WIB. Kisah itu telah memompa kepercayaan diri para pemain. Namun, mereka sadar kenangan itu bisa menjadi jebakan.
Kekalahan dari Barcelona 0-1 pada laga pertama di Stadion Old Trafford pekan lalu membuat pikiran pemain MU melayang ke Turin (Italia) dan ke Paris (Perancis). Mereka mengingat momen saat mengalahkan Juventus 2-1, November 2018 di Turin bersama Jose Mourinho, pelatih MU waktu itu.
Mereka juga mengingat kemenangan dramatis 3-1 atas Paris Saint-Germain pada laga kedua babak 16 besar, awal Maret di Paris. Mereka menang setelah kalah 0-2 pada laga pertama di Old Trafford. MU mencatat sejarah sebagai tim pertama di Liga Champions yang lolos ke babak selanjutnya setelah kalah dua gol atau lebih pada laga pertama.
”Kami selalu percaya diri, tetapi sadar bahwa Barcelona bukan PSG. Kami akan menghadapi laga, suasana, dan tipe permainan yang jauh berbeda. Yang harus kami lakukan kini adalah melupakan masa lalu,” kata penyerang MU Marcus Rashford pada laman klub, Senin (15/4). Rashford menjadi bintang pada laga di Paris dengan mencetak gol kemenangan dari titik penalti.
Romelu Lukaku yang mencetak dua gol ke gawang PSG juga merasakan hal serupa. ”Kalau ada satu tim yang bisa membuat perbedaan, itu adalah Barcelona,” ujar pemain Belgia itu dilansir dari laman UEFA.
Penampilan menurun
Rashford dan Lukaku memperlihatkan sikap MU yang berusaha menghindari jebakan masa lalu. Mereka tidak terlena dan terlalu percaya diri mengulangi keajaiban yang pernah mereka ciptakan. Mereka sadar, penampilan mereka menurun sejak kemenangan di Paris. Kondisi ini bukanlah modal yang diharapkan untuk menghadapi Barcelona.
Setelah mengalahkan PSG, MU dikalahkan Arsenal dan Wolverhampton Wanderers di Liga Inggris. Wolverhampton juga menyingkirkan MU pada perempat final Piala FA. Kekalahan terakhir diderita dari Barcelona yang datang ke Old Trafford. Pelatih MU Ole Gunnar Solskjaer pun seperti kehilangan sentuhan ajaibnya, yang ia perlihatkan saat masih berstatus pelatih sementara.
Solskjaer semakin khawatir melihat penampilan timnya saat menang atas West Ham United 2-1 pada Liga Inggris, akhir pekan lalu. ”Kami beruntung yang kami hadapi bukan Barcelona, tetapi West Ham juga tampil bagus,” ujar Solskjaer.
Meski bermain di kandang sendiri, MU justru didikte oleh West Ham. Dua gol kemenangan juga diperoleh dari tendangan penalti yang dieksekusi Paul Pogba. Solskajer juga mengaku beruntung memiliki kiper setangguh David De Gea.
Dari sisi strategi, MU terlihat tidak memperbaiki pola permainan yang membuat mereka dikalahkan Barcelona. Saat itu, MU cenderung bertahan dan bernafsu melumpuhkan aktor utama Barcelona, Lionel Messi. Menurut Pogba, misi itu sebenarnya berhasil. Barcelona hanya bisa mencetak satu gol dan Messi mengalami patah hidung setelah berbenturan dengan bek MU Chris Smalling.
Namun, untuk pertama kalinya sejak 2005, MU gagal membuat tembakan ke gawang pada laga itu. Mantan pemain Inggris Paul Ince, seperti dikutip laman AS, mengatakan tiga pilar serangan MU, Pogba, Lukaku, dan Rashford bahkan tidak terlihat. Jika mengulangi pola yang sama di Camp Nou, MU sama saja bunuh diri.
Lembaga penyedia data statistik sepak bola Opta menyebut masalah lain. MU merupakan tim keempat terburuk di Liga Inggris dan Liga Champions dalam hal tendangan pojok dan umpan silang.
”Kami memang kurang dalam hal itu tetapi kami terus melatihnya setiap pekan,” ujar Solskjaer seperti dikutip laman Manchester Evening.
Kelemahan MU dalam menyerang itu bisa menjadi masalah besar di Camp Nou. Apalagi reputasi Barcelona di stadion itu cukup mengerikan. Mereka belum pernah kalah di kandang enam tahun terakhir. Bayern Muenchen adalah tim terakhir yang menang di Camp Nou pada 2013.
Jika kembali melihat masa lalu, MU pernah meraih kemenangan dramatis di Camp Nou saat mengalahkan Bayern, 2-1, pada final Liga Champions 1999. Namun, sekali lagi Solskjaer tidak mau terjebak. “Tidak, saya tidak mau mengingat lagi (laga itu) karena yang kami hadapi adalah Bayern. Itu laga final dan tentu berbeda,” ujarnya.
Selain faktor Camp Nou, Barcelona juga mengistirahatkan 10 pemain inti menghadapi tim papan bawah Liga Spanyol Huesca, akhir pekan lalu. Hanya kiper Marc Andre ter Stegen yang tampil dan laga berakhir imbang 0-0. ”Kami akan melawan tim yang punya tekad kuat. Apapun bisa terjadi di Liga Champions,” kata Ter Stegen.. (AFP/REUTERS/DEN)