Persaingan di balap motor MotoGP musim ini kian sengit dan sulit diprediksi. Hal itu paling tidak terlihat dari kudeta pebalap Suzuki, Alex Rins, atas singgasana MotoGP seri Amerika Serikat, Senin dini hari WIB.
AUSTIN, MINGGU – Balapan MotoGP seri Amerika Serikat di Austin, Texas, kerap dijuluki ”singgasana kerajaan” bagi pebalap tim Repsol Honda, Marc Marquez. Pebalap asal Spanyol itu bak Christopher Columbus, perintis di ”benua baru” bernama Amerika. Selama ada Marquez, sulit bagi pebalap lainnya menjajah Austin.
Hegemoni tak terbantahkan Marquez atas Sirkuit Austin nyata terlihat sejak dari start balapan seri Amerika itu. Ia biasa membayangkan detail setiap tikungan, kondisi aspal, dan suasana di sirkuit sepanjang 5,51 kilometer itu dengan mata terpejam. Tak ayal, sejak sesi latihan resmi, kualifikasi, hingga balapan itu, Marquez tidak terkejar lawan-lawannya.
Hingga akhir putaran ke-8, yaitu menjelang paruh kedua balapan, Marquez unggul 3,6 detik atas pebalap Monster Yamaha, Valentino Rossi, di posisi kedua. Cilakanya, tiada hujan atau tekanan, Marquez dan motor Honda RC213V tunggangannya, tiba-tiba jatuh di tikungan 12 pada putaran ke-9.
Marquez, yang memenangi seluruh dari enam balapan MotoGP di Austin sebelumnya, mencoba bangkit. Ia tidak rela dikudeta dari singgasananya dengan cara seperti itu. Sejumlah petugas dengan sigap mendorong motornya agar dapat menyala kembali. Namun, ia terjatuh kedua kalinya lima detik kemudian. Kali ini, ia menyerah. Motornya ternyata rusak parah.
”Enam tahun yang luar biasa di sini. Namun, hari ini, saya membuat kesalahan persis saat akan menikung. Hal macam ini bisa terjadi. Kita semua manusia biasa. Saya meminta maaf kepada tim dan para penggemar karena kesalahan ini,” ujar Marquez dikutip Crash.
Petaka Marquez saat itu coba dioptimalkan oleh Rossi, pebalap berusia 40 tahun yang menolak pensiun dari MotoGP musim ini. Sempat kesulitan mengejar Marquez, Rossi lantas memimpin balapan itu. Bayangan akan podium tertinggi, hal yang terakhir kali dicapainya di Sirkuit Assen, Belanda, 2017 lalu, sepintas muncul di benaknya. Rossi kian bersemangat karena motor Yamaha tungganganya kembali kompetitif musim ini.
Namun, mimpi itu buyar menjelang empat putaran terakhir. Alex Rins, pebalap tim Suzuki Ecstar yang lama membuntutinya, menyalipnya berkat teknik pengereman tertunda. Sejak saat itu, posisi tidak berubah dan Rins merebut kemenangan perdananya di MotoGP.
Rins pun seolah bernostalgia di masa awal kariernya di balap motor. ”Rasanya sangat menakjubkan. Saya pertama kali menang di sini, yaitu di Moto3 pada 2013. Saat saya berada di belakang Valentino, yaitu tertinggal sekitar 1,5 detik, saya berkata kepada diri sendiri. Ayo Alex, kamu bisa (menyalip Rossi). Saya mempelajarinya. Akhirnya, saya menyalip ketika dia melakukan sedikit kesalahan,” tutur pebalap berusia 23 tahun itu.
Nestapa Marquez dan kegembiraan Rins itu, mengubah wajah persaingan di MotoGP saat ini. Persaingan mendadak sengit. Andrea Dovizioso, pebalap Ducati yang finis keempat di Austin, merebut kembali puncak klasemen pebalap dari Marquez. Ia unggul empat poin dari Rossi di peringkat kedua. Adapun Rins melesat ke peringkat ketiga, sementara Marquez kini keempat.
Empat berbeda
Persaingan ini sangat menarik karena para pebalap teratas itu berasal dari empat tim dan pabrikan yang berbeda. Selisih poin antara Dovizioso di posisi teratas dan Marquez di peringkat keempat hanya terpaut sembilan angka. Dari tiga seri awal di MotoGP musim ini, seluruhnya dimenangi pebalap dan pabrikan berbeda, yaitu Ducati, Honda, dan Suzuki.
Yamaha pun mengincar kemenangan di seri berikutnya, yaitu di Jerez, Spanyol, pada 5 Mei, untuk melengkapi sengitnya persaingan antartim pabrikan itu. Target itu dibidik Rossi, juara dunia MotoGP tujuh kali, yang terakhir kali memenangi balapan di Jerez tiga tahun silam.
Pebalap Italia itu juga mencoba peruntungannya untuk menjadi juara dunia, prestasi yang kali terakhir diraihnya satu dekade lalu. Misi meraih gelar juara yang akan menggenapi 10 gelar di semua kelas itulah yang menjadi bahan bakar pengobar semangat Rossi.
”Persaingan kini semakin menarik. Setelah balapan ini, kita kembali ke Eropa. Saya suka dengan balapan di sana. Jerez sangatlah sulit. Tahun 2017 dan 2018 menjadi bencana bagi kami. Kami sangat lambat. Jadi, sangat menarik jika tahun ini kami bisa lebih kompetitif, termasuk di sana (Jerez),” ujar Rossi kemudian.