Ajang pameran yang menampilkan aneka produk dan jasa dari berbagai bidang kerap digelar di dalam maupun luar negeri. Pameran menjadi sebentuk gambaran dinamika usaha yang dikemas untuk menarik calon pembeli atau pengguna jasa. Bisa jadi, pelaku usaha yang sebenarnya memerlukan suatu produk tidak tahu produk tersebut jika tidak dipamerkan.
Kegiatan ini semakin relevan seiring perkembangan teknologi yang sangat pesat. Seorang pelaku industri petrokimia, misalnya, pernah berujar, pengusaha industri kimia hilir pasti akan tertinggal jika masih mempertahankan mesin yang dipakai sejak 5 tahun lalu.
Di kancah persaingan global, pelaku industri di berbagai belahan dunia kiranya menghadapi hal sama. Maka, pameran pun digelar di sejumlah negara. Bahkan, untuk sektor tertentu, ada yang dilakukan secara berseri, bergantian di sejumlah negara.
Ajang pameran memberi kesempatan bagi pelaku usaha untuk saling mengintip kekuatan produk dan jasa kompetitor serta faktor penunjangnya. Selain itu, membuka peluang saling berkolaborasi, baik di level perdagangan maupun investasi.
Pelaku usaha besar tentu tak masalah mengirim perwakilannya menghadiri pameran-pameran internasional kelas wahid di luar negeri. Lain halnya bagi pelaku industri kecil yang masih harus memperhitungkan setiap rupiah pengeluaran mereka secara berhati-hati.
Di titik ini, penyelenggaraan pameran di dalam negeri berpeluang memberi kesempatan bagi pelaku industri lokal mengakses teknologi mutakhir. Hal ini merupakan salah satu dukungan bagi perusahaan agar leluasa mengadopsi teknologi demi mengejar daya saing.
Berkaitan dengan program Making Indonesia 4.0, Indonesia disebut-sebut berpeluang memetik manfaat dari pameran Hannover Messe 2020 di Jerman. Indonesia menjadi negara mitra resmi untuk pameran teknologi industri tersebut.
Kementerian Perindustrian mencatat, Jerman mulai mengenalkan industri 4.0 pada 4-5 tahun lalu. Negara lain menyusul mengadopsi, seperti India dengan program Make in India dan Thailand dengan Thailand 4.0.
Hannover Messe menjadi ajang pameran, antara lain terkait industri 4.0, energi dan lingkungan, penelitian dan transfer teknologi, serta robotik. Daya papar pameran internasional sektor teknologi industri tersebut besar.
Pameran itu diperkirakan dihadiri lebih dari 6.500 peserta yang mewakili 73 negara dan 225.000 pengunjung dari 91 negara. Adapun negara yang pernah menjadi mitra resmi Hannover Messe antara lain China pada 2012. Mitra lain adalah Rusia (2013), Belanda (2014), India (2015), Amerika Serikat (2016), Polandia (2017), dan Meksiko (2018). Tahun ini, Swedia yang menjadi negara mitra resmi Hannover Messe 2019.
Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal, realisasi investasi di Indonesia pada Januari-Desember 2018 sebesar Rp 721,3 triliun atau meningkat 4,1 persen dibandingkan dengan 2017 yang sebesar Rp 692,8 triliun. Namun, total realisasi investasi penanaman modal asing pada 2018 tercatat Rp 392,7 triliun atau turun 8,8 persen dibandingkan dengan 2017 yang mencapai Rp 430,5 triliun.
Peluncuran peta jalan Making Indonesia 4.0 menyatakan kesiapan Indonesia memasuki era industri 4.0. Alhasil, berbagai ruang kesempatan, termasuk Hannover Messe 2020, harus mampu membuka peluang untuk mendongkrak ekspor dan menarik investasi ke Indonesia.
Arah perkembangan industri Indonesia harus ditangkap semua pemangku kepentingan. Apalagi, investasi berpotensi membuka lapangan kerja dan transfer kemampuan atau teknologi yang dibutuhkan negeri ini. (C Anto Saptowalyono)