TANGERANG, KOMPAS — Sektor industri tetap menjadi penyumbang tertinggi produk domestik bruto Indonesia. Oleh karena itu, sektor industri akan terus dikembangkan di Tanah Air.
”Industri tetap berkembang dan tidak akan terjadi deindustrialisasi dalam kemajuan-kemajuan seperti itu,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pembukaan Indonesia Industrial Summit 2019 di Indonesia Convention Exhibition, BSD City, Tangerang, Banten, Senin (15/4/2019).
Wapres Kalla menyampaikan, dalam beberapa waktu terakhir kerap disebutkan telah terjadi deindustrialisasi di Indonesia. Menurut dia, berdasarkan angka-angka yang ada, deindustrialisasi tidak terjadi.
Perkembangan teknologi robotik, otomasi, dan lainnya, kata Wapres Kalla, tidak dapat dihindari di dunia industri. Di sisi lain, pekerja tetap berperan penting karena pekerja yang akan menjadi konsumen produk industri.
”Pekerjaan fisik yang menimbulkan serapan tenaga kerja tetap diperlukan karena ekonomi selalu membutuhkan konsumen,” ujarnya.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, kontribusi industri di Indonesia terhadap perekonomian nasional sekitar 20 persen. Kontribusi tersebut relatif sebanding di antara negara-negara anggota G-20, antara lain China, Korea Selatan, Jepang, dan Jerman.
Menurut data Kementerian Perindustrian, kontribusi industri manufaktur China terhadap perekonomian 29,3 persen. Adapun kontribusi di Korea Selatan 27,6 persen, Jepang 21 persen, dan Jerman 20,7 persen.
”Jadi saat ini tidak ada negara di dunia yang kontribusi industrinya di atas 30 persen. Yang ada (di atas 30 persen) itu adalah kontribusi industri ditambah jasanya,” katanya.
Berkaitan dengan peran sebagai kontributor tertinggi tersebut, dorongan bagi sektor industri merupakan penghela penting dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut Airlangga menyampaikan, kontribusi sektor industri terhadap pajak juga signifikan, yakni sekitar 30 persen. Adapun terhadap cukai sekitar 95 persen.
”Investasi tertinggi dalam 4 tahun terakhir juga dari sektor industri. Sekitar 72 persen ekspor dari sektor manufaktur,” katanya.
Produk
Selama ini, tambah Airlangga, industri di dalam negeri menghasilkan berbagai produk, antara lain gerbong kereta api, baja nirkarat, kendaraan bermotor roda empat dan dua, kertas, perhiasan, serta mebel.
Oleh karena itu, pemerintah akan mendorong sektor industri melalui kebijakan yang mendukung investasi. Dukungan ini terutama diberikan bagi investasi untuk substitusi impor, berorientasi ekspor, dan menciptakan lapangan pekerjaan.
”Revolusi industri keempat menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan transformasi dalam kebijakan industri,” katanya.
Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono berpendapat, perubahan, termasuk akibat perkembangan teknologi, selalu terjadi dan tak bisa dihindari.
”Selain dengan perubahan, perusahaan juga harus selalu menyesuaikan preferensi, kebutuhan, dan kepuasan konsumen yang juga pasti berubah,” katanya.
Indonesia Industrial Summit merupakan forum konsolidasi pemangku kepentingan dalam mengambil langkah strategis. Tujuannya, transformasi digital dalam industri manufaktur dapat terus dijaga berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang diluncurkan tahun lalu. (CAS/LAS)