Rumah Sakit Jiwa Dr Radjiman Wediodiningrat, Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, siap menangani pasien calon anggota legislatif yang mengalami guncangan jiwa akibat gagal dalam Pemilihan Legislatif 2019.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Rumah Sakit Jiwa Dr Radjiman Wediodiningrat, Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, siap menangani pasien calon anggota legislatif yang mengalami guncangan jiwa akibat gagal dalam Pemilihan Legislatif 2019.
Saat ini masih ada persediaan tempat tidur sebanyak 30 persen—dari daya tampung keseluruhan yang mencapai 700 tempat tidur—bagi mereka yang membutuhkan rawat inap. Sementara untuk rawat jalan, tidak ada pembatasan jumlah selama mereka datang pada jam kerja.
Berdasarkan pengalaman pada pemilihan legislatif tahun-tahun sebelumnya, selalu ada caleg yang menjadi pasien di salah satu rumah sakit jiwa tertua di Indonesia itu. Meski demikian, jumlahnya tidak banyak.
Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat, dr Ika Nur Farida, SpKJ, saat dihubungi, Selasa (16/4/2019), mengatakan, kapan saja pihaknya siap menerima pasien, termasuk para caleg yang mengalami guncangan jiwa.
”Kami tidak ada persiapan khusus. Kapan pun kami siap menerima pasien, termasuk saat pileg kali ini. Kami siap menerima para caleg yang mengalami guncangan-guncangan, baik melalui unit gawat darurat, rawat jalan, maupun rawat inap,” ujarnya.
Menurut Ika, sejauh ini tidak ada persoalan terkait sarana dan tenaga medis. Semua mencukupi. RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat menjadi RS pusat rujukan bagi RS lain di Jawa Timur dan daerah lain di Indonesia timur.
Ia menuturkan, ketika seseorang mendapati kenyataan bukan seperti yang diharapkan, hal itu akan berakibat pada terpicunya stres pada diri orang yang dimaksud. Ada orang yang bisa langsung menerima kenyataan tersebut. Namun, ada juga orang yang tidak bisa menerima sehingga timbul guncangan, seperti mudah marah hingga sedih berlarut-larut.
Mengenai seberapa jauh gangguan itu dialami seseorang caleg, semua tergantung pada individu masing-masing. Kalau kepribadiannya dewasa, guncangan itu tidak akan bertahan lama. Dalam waktu relatif singkat, ia akan bisa kembali beraktivitas dengan baik.
”Sebaliknya, jika kepribadiannya rentan dan tidak ditangani dengan baik, (hal itu) akan berpotensi alami gangguan jiwa yang lebih panjang,” ucap Ika. Ia menambahkan bahwa pihaknya juga memiliki klinik konseling bagi para caleg yang membutuhkan pendampingan agar tidak stres menghadapi pileg.
Sementara itu, di tempat lain, penggiat antikorupsi Malang Corruption Watch (MCW) mencium indikasi politik uang yang dilakukan oleh caleg di salah satu wilayah di Malang Raya. Modus yang dilakukan adalah membagikan uang kepada warga untuk memilih caleg yang bersangkutan.
”Ada satu keluarga yang diberi uang Rp 300.000 oleh salah satu caleg,” ujar Koordinator Badan Pekerja MCW M Fahrudin Ardiansyah. Hingga kini, MCW masih mendalami temuan indikasi politik uang ini dan mengumpulkan laporan pelanggaran yang lain.
Sejak sekitar satu bulan lalu, MCW intens mengawasi potensi pelanggaran yang dilakukan para caleg di Malang Raya, khususnya Kota Malang.
Beberapa hal yang jadi perhatian adalah laporan awal dana kampanye, laporan penerimaan sumbangan dana kampanye, laporan penerimaan dan pengeluaran sumbangan dana kampanye, serta politik uang.