Gambaran kerasnya persaingan antara pendukung calon presiden dan wakil presiden Indonesia 2019 seketika luntur di benaknya. Dandanan petugas di tempat pemungutan suara membuatnya jadi adem.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
Ovah (24) tersenyum ketika memasuki TPS 06 di Desa Slangit, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu (17/4/2019) siang. Gambaran kerasnya persaingan antara pendukung calon presiden dan wakil presiden Indonesia 2019 seketika luntur di benaknya.
Lima petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS tersebut telah membuatnya tersenyum, bahkan tertawa. Bagaimana tidak, kelima petugas laki-laki itu berdandan genit sejak pagi. Mereka mengenakan daster, bando, lipstik, bedak, hingga pemerah di dua pipinya. Padahal, hampir semuanya merupakan pria berkumis.
"Ayu temencah (cantik sekali ya)," ucap Ovah menggoda Muhaemin, Ketua KPPS TPS 06 Slangit. Muhaemin membalasnya dengan bergoyang sembari memberikan lima jenis surat suara. Musik dangdut "jedak jeduk" berbahasa Cirebonan terdengar dari sebuah pengeras suara yang biasanya dipakai mengamen di bus.
Sejumlah warga yang mengantre memilih pun sontak tertawa. Sementara Ovah tampak fokus mencoblos di bilik suara. "Memilihnya sambil tersenyum. Padahal, banyak yang marahan karena pemilu," ucap Ovah.
"Kami pengin para pemilih tetap ceria saat mencoblos. Tidak lagi muram dan gondok-gondokan. Apa pun akan kami lakukan demi menyukseskan pemilu serentak ," ujar Muhaemin menjelaskan tujuannya berdandan unik di TPS. Ia bahkan harus meminjam daster dan alat rias istrinya.
Menurut aparat Desa Slangit itu, dandanan mereka seperti seni pertunjukan bodor yang menampilkan peran jenaka. Caranya, mendandani diri sendiri. "Alhamdulillah, respons masyarakat bagus. Meskipun masa panen, mereka tetap datang ke sini. Warga penasaran dengan dandanan kami," lanjutnya.
Siang itu, sawah yang telah menguning di Slangit siap dipanen. Di pinggir jalan, gabah petani dijemur di atas terpal. Tidak sedikit warga dengan caping dan sabit datang ke TPS sebelum panen. Tercatat sebanyak 248 daftar pemilih tetap di TPS yang berada di pekarangan rumah warga itu.
Muhaemin mengatakan, pada Pilkada Cirebon tahun lalu, partisipasi masyarakat di TPS tersebut kurang dari 80 persen. Salah satu penyebabnya, waktu pemilu bertepatan dengan panen raya.
"Kalau sekarang, saya optimistis, partisipasi pemilih bisa lebih dari jumlah tersebut. Warga yang sakit saja datang tadi," lanjutnya. Melihat respons warga, Muhaemin sama sekali merasa tidak malu berdandan seperti itu.
Di Slangit, seni pertunjukan bodor bukan hal asing. Menurut dia, bodor berasal dari kata bobad dorhaka (bohong itu dosa). Dalam seni pertunjukan itu, tidak hanya lelucon yang ditonton tetapi juga ajakan untuk tidak berbohong.
Bodor juga kerap disandingkan dengan tari topeng. Slangit sendiri memiliki tari topeng khas, selain tari topeng Palimanan dan Losari di Cirebon. Saat ini, setidaknya ada lima penari topeng yang masih aktif di desa tersebut.
Inu Kertapati, putra maestro tari topeng Cirebon Sujana Arja, bahkan kerap menari topeng ke luar negeri, seperti Australia. Menurut Inu, bodor dalam seni tari topeng biasanya mengenakan topeng kedok tembem yang mengundang tawa.
Muhaemin dan petugas KPPS di TPS 06 Slangit sudah berusaha mengundang warga untuk memilih dan tersenyum. Sekarang, tinggal pemimpin yang terpilih agar membuat warganya tetap tersenyum.