Lebih dari separuh skuad Ajax Amsterdam belum lahir saat tim asal Belanda itu merajai Eropa terakhir kalinya pada 1995. Tanpa ingatan kolektif itu, pemain-pemain muda Ajax mengejar kejayaan di Liga Champions musim ini bermodalkan imajinasi dan keberanian.
Ajax mengejutkan tuan rumah Juventus dalam leg kedua perempat final Liga Champions, di Stadion Allianz, Turin, Rabu (17/4/2019) dini hari WIB. Setelah tertinggal 0-1 terlebih dulu lewat gol tandukan Cristiano Ronaldo, Ajax membalikkan keadaan lewat dua gol pemain muda, Matthijs de Ligt (19) dan Donny Van de Beek (21).
Kemenangan di Turin itu membawa de Ligt dan rekan-rekan lolos ke semifinal untuk pertama kali sejak 1997. Mereka menciptakan sejarah baru sebagai tim empat besar pertama yang memulai kompetisi dari babak kualifikasi Liga Champions atau sebagai non-unggulan.
Tidak ada yang memperkirakan langkah Ajax akan sejauh ini dengan skuad berusia rata-rata tidak lebih dari 25 tahun. Apalagi, dalam perjalanan menuju semifinal, skuad asuhan Erik ten Hag itu menumbangkan dua raksasa Eropa, pendominasi dalam lima tahun terakhir, Real Madrid dan Juventus.
"Semuanya menggila saat ini. Kami berada di semifinal. Orang-orang akan menertawakan kami jika mengatakan hal itu sebelum turnamen itu dimulai atau bahkan sebelum hari ini terjadi," kata pencetak gol penyeimbang Van de Beek.
Tim asal ibu kota Belanda itu memutus rantai juara Real Madrid yang merupakan peraih gelar dalam tiga musim beruntun. Begitu juga Ronaldo, aktor yang membuat Madrid menguasai tiga gelar itu, yang musim panas lalu pindah ke Juventus.
Nyaris seluruh media di Eropa sudah mengeliminasi Ajax setelah undian babak 16 besar, saat mereka dipasangkan dengan Madrid. Bahkan, legenda mereka, Frank de Boer, meyakini mantan timnya itu hampir tidak memiliki peluang lolos ke perempat final.
Namun, de Ligt dan rekan-rekan membalikkan prediksi itu dengan berhasil mencuri dua pertandingan tandang dari Madrid (4-1) dan Juventus (2-1). "Kami melakukannya lagi! Meski sulit, kami melaluinya dengan baik," ucap de Ligt, bek tengah termuda yang mencetak gol di babak gugur Liga Champions.
Hanya imajinasi
Ajax kini berpotensi mengulang kejayaan saat juara Eropa pada 1995. Kala itu, peraih empat gelar Liga Champions tersebut mendominasi "Benua Biru" bersama legendanya seperti Edwin Van der Sar, Patrick Kluivert, Edgar Davids, dan Marc Overmars.
Ajax berpotensi mengulang kejayaan saat juara Eropa pada 1995. Kala itu, peraih empat gelar Liga Champions tersebut mendominasi "Benua Biru" bersama legendanya seperti Edwin Van der Sar, Patrick Kluivert, Edgar Davids, dan Marc Overmars.
"Bisakah kami melaju terus di kompetisi ini? Kami sudah di semifinal saat ini dan mengeliminasi dua tim favorit. Laga selanjutnya pasti berat, tetapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi?" ujar de Ligt yang mulai diincar tim papan atas Eropa.
Seperti pertanyaan de Ligt, Skuad muda Ajax hanya bisa berjuang semaksimal mungkin dan terus berimajinasi. Hanya imajinasi, karena mayoritas dari skuad mereka tidak punya ingatan tentang kejayaan Ajax di Eropa sebagai pedoman.
Sudah terlalu lama saat Ajax terakhir kali mampu merajai Eropa. Sebanyak 6 dari 11 pemain utama di leg kedua perempat final, belum lahir saat Ajax meraih gelar Eropa.
Berbeda misalnya dengan tim lain yang sudah lolos ke semifinal, Barcelona. Mereka bisa dengan mudahnya terinspirasi mengulang kejayaan mereka yang terakhir juara empat tahun lalu. Skuad juara mereka pun masih menjadi tulang punggung saat ini, seperti Lionel Messi.
Modal imajinasi tersebut selama ini cukup membuat mereka terus menghadirkan keajaiban. De Jong, Van de Beek, Frenkie de Jong, David Neres, Mazraoui, dan Onana, yang belum lahir kala itu justru menjadi tulang punggung kemenangan. Skuad Ajax berani bermain tanpa beban dan menyerang di kandang lawan, saat tim lain dengan kondisi serupa pasti memutuskan untuk bertahan.
Keajaiban dalam dua babak terakhir mengubah Ajax dari kuda hitam menjadi favorit juara. Dengan harapan besar saat ini, apakah skuad muda mereka masih bisa berlari dalam imajinasi atau justru terbebani target yang tidak terlintas dalam pikiran mereka sebelumnya? (AP/UEFA.COM)