JAKARTA, KOMPAS — Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan unggul dalam hitung cepat Pemilu Legislatif 2019 Litbang Kompas, Rabu (17/4/2019). Keberadaan tokoh di balik partai politik menjadi salah satu faktor yang mendorong orang untuk menentukan pilihan.
Dari 83,95 persen data yang masuk ke Litbang Kompas pada pukul 22.00 WIB, PDI-P unggul dengan perolehan suara 20,20 persen. Menurut peneliti senior Litbang Kompas, Bestian Nainggolan, salah satu faktor yang mampu membuat PDI-P dominan adalah pengaruh tokoh di belakang partai.
”Joko Widodo yang diusung oleh PDI-P sebagai calon presiden berkontribusi pada perolehan suara dari partai,” kata Bestian di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut terlihat dari peningkatan perolehan suara PDI-P setelah kedatangan Joko Widodo. Pada 1999, PDI-P mendapatkan suara hingga 33 persen dan pada 2009 menurun drastis dengan hanya memperoleh suara 14 persen. Setelah Joko Widodo masuk, perolehan suara PDI-P pada 2014 naik menjadi 19 persen.
Faktor daya pikat lain adalah sosok Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI-P. Megawati dianggap sebagai penerus Soekarno, presiden pertama RI. Selain itu, faktor sosok anggota legislatif juga berpengaruh dalam perolehan suara di wilayah tempat mereka berjuang.
Faktor ideologi yang diusung PDI-P berpengaruh pada pendukung setia yang berbasis di Jawa Tengah dan Bali. Daerah lain yang menjadi basis pendukung PDI-P adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Papua, dan Maluku. Namun, empat daerah tersebut tidak konsisten di empat pemilu legislatif terakhir.
Adapun peringkat kedua diduduki Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Bastian menduga faktor keberadaan Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno berpengaruh pada stabilitas perolehan suara dari Partai Gerindra.
Pada 2014, Partai Gerindra memperoleh suara sebesar 11,8 persen dan pada 2019 meningkat menjadi 12,85 persen. ”Efek calon presiden dan wakil presiden yang diangkat dari internal partai membuat perolehan suara dari Partai Gerindra dapat meningkat, walaupun hanya 1 persen,” ujar Bestian.
Adapun perolehan suara Partai Golkar menurun dibandingkan pada pemilihan legislatif sebelumnya. Pada 2014, Partai Golkar mendapatkan suara sebesar 14,7 persen dan pada 2019 menurun menjadi 11,76 persen. Bestian menduga, suara dari Partai Golkar berpindah ke partai lain yang diisi tokoh-tokoh Partai Golkar pada pemilu legislatif sebelumnya, salah satunya Partai Berkarya.
Sementara itu, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Demokrat tidak mengalami perubahan signifikan. Perolehan suara mereka hanya naik dan turun sekitar 2 persen.
Pendatang baru
Hal menarik pada pemilu legislatif tahun ini adalah perolehan suara dari Partai Solidaritas Indonesia. PSI mampu memperoleh suara hingga 2,04 persen. Angka tersebut cukup besar bagi sebuah partai pendatang baru.
”Jika dihitung berdasarkan jumlah pemilihnya, ada sekitar 2,3 juta orang yang memilih PSI,” kata Bestian.
Salah satu faktor daya tarik PSI adalah harapan yang diberikan dengan mengusung calon anggota legislatif dari generasi muda. Mereka menawarkan perubahan dalam sistem pemerintahan dengan menyuarakan pemberantasan korupsi.