Pasca-Pilpres, IHSG Diproyeksi Berada di Zona Hijau
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pergerakan pasar saham yang akan kembali dibuka seusai libur Pemilihan Umum 2019 diprediksi positif. Pesta demokrasi yang berlangsung kondusif serta hasil hitung cepat yang sesuai proyeksi pelaku pasar menjadi sentimen positif pasar saham.
Analis Indo Premier Sekuritas, Mino, di Jakarta, Rabu (17/4/2019), menilai, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bertahan di zona hijau pada pembukaan perdagangan Kamis (18/4/2019). Prediksi ini berlaku jika hasil hitung cepat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 sesuai dengan proyeksi pelaku pasar.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan sehari sebelum pemilu sukses ditutup di zona hijau, dengan kenaikan 0,72 persen ke level 6.481,54. Sayangnya, penguatan tersebut justru disertai aksi jual dari investor asing di seluruh market yang mencapai Rp 559,81 miliar.
”Pelaksanaan pemilu bisa dibilang berjalan lancar. Mungkin terdapat pemberitaan beberapa gangguan di sejumlah daerah, tetapi Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) menjamin akan mengatasinya,” kata Mino.
Namun, Mino mengingatkan, guncangan pasar tetap berpotensi terjadi apabila terdapat peristiwa yang mengganggu situasi kondusif pasca-Pilpres 2019. Untuk itu, kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden mesti mengimbau pendukung mereka untuk tetap tenang.
Situasi yang dapat mengganggu persepsi pasar di antaranya adalah keriuhan massa akibat tidak menerima hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei atau selisih hasil hitung cepat yang tipis antarkedua pasangan calon presiden dan wakil presiden.
”Jika hal yang tidak diharapkan tersebut terjadi, pastinya akan ada kejutan di pasar dalam jangka pendek. Namun, ini hanya sementara karena kemudian pasar akan kembali stabil,” ujarnya.
Menurut Mino, pergerakan IHSG masih tetap akan dipengaruhi sentimen data ekonomi eksternal dan internal. ”Dari eksternal, ada penguatan indeks bursa global dan naiknya harga batubara. Kalau dari internal adalah surplusnya data neraca perdagangan di bulan Maret,” tuturnya.
Pergerakan IHSG masih tetap akan dipengaruhi sentimen data ekonomi eksternal dan internal. Dari eksternal, ada penguatan indeks bursa global dan naiknya harga batubara. Kalau dari internal adalah surplusnya data neraca perdagangan di bulan Maret.
Neraca perdagangan dalam negeri sepanjang Maret 2019 surplus sebesar 540 juta dollar Amerika Serikat (AS). Neraca perdagangan itu naik dari Februari yang hanya 330 juta dollar AS.
Adapun berdasarkan data Bloomberg, harga batubara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak April 2019 menguat 1,05 poin dari kontrak bulan sebelumnya di level 101,3 dollar AS per metrik ton. Sementara harga batubara di bursa ICE Rotterdam untuk kontrak teraktif Juli 2019 juga melanjutkan kenaikannya dan berakhir menguat 0,1 poin di posisi 98,95 dollar AS per metrik ton.
Analis Panin Sekuritas, William Hartanto, memaparkan, secara rata-rata, volume transaksi harian dalam lima hari perdagangan terakhir menjelang Pemilu 2019 adalah sebanyak 10,38 miliar unit saham.
Angka tersebut jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata volume transaksi harian sepanjang tahun ini hingga penutupan perdagangan kemarin sebanyak 9,87 miliar saham.
Rata-rata nilai transaksi harian dalam lima hari perdagangan terakhir menjelang pencoblosan adalah Rp 9,59 triliun. Apabila dibandingkan dengan tahun 2018, lonjakan rata-rata volume transaksi harian pada tahun ini bisa dibilang sangat signifikan.
”Volume transaksi yang melonjak menjelang gelaran pemilu menunjukkan persepsi pasar cukup terfokus kepada pesta demokrasi,” ujar William.