Dunia mode dan industri kreatif kehilangan salah satu desainer busana nasional sekaligus penggagas fashion carnival Indonesia, Dynand Fariz. Penyakit tuberkulosis akut menjadi penyebab meninggalnya Presiden Jember Fashion Carnaval itu.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Dunia mode dan industri kreatif kehilangan salah satu desainer busana nasional sekaligus penggagas fashion carnival Indonesia, Dynand Fariz. Penyakit tuberkulosis akut menjadi penyebab meninggalnya Presiden Jember Fashion Carnaval itu.
Dynand Mengembuskan napas terakhir pada Rabu (17/4/2019) pukul 03.56 di Rumah Sakit Jember Klinik. Sebulan terakhir Dynand mengeluh mengalami gangguan di saluran pernapasan sehingga kerap membuatnya sesak napas. Sebelum meninggal, Dynand sempat menjalani perawatan selama tiga hari di RS Jember Klinik.
Hal itu disampaikan Suyanto, kakak kandung Dynand, ketika dihubungi Kompas dari Banyuwangi, Rabu (17/4/2019). ”Tanggal 11 April, Dynand masih mengajar di sekolah mode Esmod di Jakarta. Karena di Jakarta hanya tinggal sendirian di kos-kosan, Dynand memilih pulang ke Jember untuk rawat jalan,” ungkapnya.
Tanggal 11 April, Dynand masih mengajar di sekolah mode Esmod di Jakarta. Karena di Jakarta hanya tinggal sendirian di kos-kosan, Dynand memilih pulang ke Jember untuk rawat jalan.
Suyanto mengetahui adik kandungnya itu mengalami sesak napas sejak sebulan terakhir. Namun, saat ditanya tentang sakitnya, Dynand selalu mengelak dan mengatakan semuanya baik-baik saja.
Dynand, lanjut Suyanto, tidak ingin orang-orang di sekitarnya mengkhawatirkan dirinya. Dynand masih ingin bekerja kendati sudah kerap diingatkan untuk beristirahat.
”Dia (Dynand) memang pekerja keras. Ia pendidik yang mau berbagi ilmu dengan siapa saja. Sejak awal ia ingin mendidik dan mengembangkan dunia kreativitas. Jember Fashion Carnaval merupakan media Dynand untuk mengembangkan kreativitas itu,” ujarnya.
Suyanto yakin, meninggalnya Dynand Fariz bukan berarti akhir dari Jember Fashion Carnaval (JFC). Karnaval yang mula-mula ia rintis dengan melakukan defile dengan keluarganya pada tahun 2002 itu kini telah menjadi karnaval berkelas dunia.
Selama 17 tahun Dynand secara konsisten menghadirkan busana-busana karnaval yang unik. Bukan hanya di jalanan kota Jember, melainkan juga di jalanan sejumlah kota di Indonesia hingga Istana Negara. Tak cukup itu, Dynand juga mengantarkan sejumlah rancangannya di aneka panggung mode dunia.
Sejak digelar pertama kali tahun 2002, hasil karya Jember Fashion Carnaval sedikitnya memenangi 13 penghargaan internasional. Sebagian besar penghargaan diraih dari kategori best national costume, yakni Best National Costume Miss Supranational 2014 Polandia dan Best National Costume Miss International 2014 di Tokyo.
Selama 17 tahun Dynand secara konsisten menghadirkan busana-busana karnaval yang unik. Bukan hanya di jalanan kota Jember, melainkan juga di jalanan sejumlah kota di Indonesia hingga Istana Negara. Tak cukup itu, Dynand juga mengantarkan sejumlah rancangannya di aneka panggung mode dunia.
Jenazah Dynand terlebih dahulu disemayamkan di rumah duka Jalan Letjen Suprapto XVIII Nomor 2 Jember. Selanjutnya jenazah akan dimakamkan di tempat kelahirannya di Desa Garahan, Kecamatan Silo, Jember.