Sejumlah persoalan terkait logistik didapati di beberapa tempat pemungutan suara atau TPS di Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Pemilihan Umum, Rabu (17/4/2019). Persoalan mulai dari tertukarnya surat suara, kekurangan surat suara, dan distribusi logistik lain.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sejumlah persoalan logistik didapati di beberapa tempat pemungutan suara di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (17/4/2019). Persoalan mulai dari tertukarnya surat suara, kekurangan surat suara, hingga distribusi logistik lain.
Berdasarkan pantauan, para pemilih di TPS 30 Kelurahan Kembangarum, Kecamatan Semarang Barat, tak bisa menggunakan hak suaranya sejak pagi karena surat suara DPRD Kota Semarang yang tersedia tidak sesuai. Sebanyak 290 kartu suara yang seharusnya untuk Dapil 6 tertukar dengan Dapil 5.
Widodo, anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 30 Kelurahan Kembangarum, mengatakan, ketidaksesuaian itu diketahui sejak pukul 07.00 saat pihaknya membuka paket logistik. ”Mengetahui itu, kami tak berani melanjutkan. Pemilih didaftar dulu, tetapi pencoblosan tak dilakukan,” ujarnya.
Mengetahui itu, kami tak berani melanjutkan. Pemilih didaftar dulu, tetapi pencoblosan tak dilakukan.
Di sejumlah TPS lain di Kembangarum juga terjadi hal serupa, dengan jumlahnya berbeda-beda. Di TPS 53, misalnya, yang tertukar hanya 25 surat suara DPRD Kota Semarang.
Sementara di TPS 47 Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, pencoblosan tertunda hingga pukul 09.30 karena ketiadaan surat suara DPRD Provinsi Jateng.
”Pagi-pagi sudah banyak yang ke sini, tetapi ternyata belum bisa mencoblos karena surat suara belum lengkap. Beberapa warga memilih pulang atau kerja,” ujar Walensa Evali, (33), pemilih di TPS itu.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Semarang Henry Casandra Gultom, Rabu malam, menuturkan, permasalahan teratasi karena, saat diketahui ada masalah, para pemilih didaftarkan dulu di TPS sebelum pukul 13.00. Selanjutnya, surat suara yang sesuai didistribusikan, lalu pemilih bisa mencoblos.
”Sebenarnya yang dikhawatirkan mereka itu kehilangan hak suara. Karena itu, kami pastikan agar nama mereka terdaftar dulu sebelum pukul 13.00. Pukul 15.30, di Kembangarum sudah didistribusikan surat suara yang sesuai sehingga pemilih bisa mencoblos,” tutur Henry.
Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jateng Fajar Saka menuturkan, sejumlah kendala logistik terjadi, antara lain di Kota Semarang dan Kabupaten Pekalongan. Yang utama, pihaknya menginformasikan kepada KPU agar warga tidak kehilangan surat suara. Jadi, didaftarkan dulu sebelum pukul 13.00, baru dilayani memilih hingga selesai.
Menurut Fajar, yang disayangkan sejak awal ialah pengadaan dan distribusi logistik yang terlambat. ”Karena kedatangan logistik tak tepat waktu, teman-teman di KPU kabupaten/kota tergesa-gesa memasukkannya ke dalam kotak (paket). Kami pikir itu penyumbang terbesar permasalahan di lapangan,” kata Fajar.
Ketua Bawaslu RI Abhan, yang memantau sejumlah TPS di Kota Semarang, menuturkan, secara umum pelaksanaan Pemilu 2019 di berbagai daerah berjalan lancar. Namun, sejumlah kendala dan hambatan tetap ada. Selanjutnya, akan dilakukan tahapan sesuai dengan mekanisme yang ada.
”Memang ada catatan kekurangan, seperti tertukarnya surat suara antardapil dalam satu kota dan keterlambatan logistik. Ada juga logistiknya belum sampai, seperti di Kota Jayapura (Papua) dan beberapa daerah di Maluku, sehingga mau tidak mau dilakukan pemungutan susulan,” ujarnya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, yang memilih di TPS 1 Kelurahan Gajahmungkur, Kota Semarang, mengatakan, gegap gempita menjelang Pemilu 2019, terutama pilpres, diharapkan mendorong peningkatan partisipasi pemilih. Selain itu, dapat menunjukkan bahwa pesta demokrasi itu ramai, meriah, dan menyenangkan.
Mengenai menang atau kalah, lanjut Ganjar, itu merupakan hal biasa. ”Ini proses lima tahunan. Pasca-Reformasi, kita sudah berulang kali melakukannya. Maka, mari dewasa bersama. Laksanakan dengan gembira dan tidak usah ada drama-drama yang menakutkan serta menyeramkan,” katanya.