Masyarakat berharap banyak pada siapa pun presiden terpilih, agar bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik. Situasi damai usai pemilihan umum 2019 diharapkan akan terus terjaga.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Masyarakat berharap banyak kepada siapa pun presiden terpilih agar bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik. Situasi damai seusai Pemilihan Umum 2019 diharapkan akan terus terjaga.
Harapan itu muncul dari berbagai pihak, baik itu pimpinan agama, pejabat, maupun masyarakat umum. Uskup Malang Mgr Henricus Pidyarto Gunawan berharap, seusai pemilu nanti, kelompok yang bersaing akan kembali bersatu dan damai demi membangun Indonesia.
”Kalah menang soal biasa. Nanti, bagi kelompok-kelompok yang ada, lebih baik bersatu, damai, demi membangun Indonesia,” katanya. Keuskupan Malang mencakup wilayah mulai dari Malang hingga Banyuwangi serta Madura.
Kalah menang soal biasa. Nanti, bagi kelompok-kelompok yang ada, lebih baik bersatu, damai, demi membangun Indonesia.
Di tempat berbeda, Menteri Pendidikan dan kebudayaan Muhadjir Effendy berharap, siapa pun presiden terpilih bisa menjadikan Indonesia lebih maju. Mengutip UNESCO, Muhadjir menyebut, Indonesia berpotensi menjadi negara super power dalam hal kebudayaan.
”Negara lain bisa jadi super power ekonomi atau militer, tetapi Indonesia bisa menjadi super power kebudayaan. Oleh karenanya, siapa pun yang menang harus tetap rendah hati atas amanat dari rakyat tersebut,” katanya.
Sebagai masyarakat umum, Rendra Wibisono, warga Desa Pandanlandung, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, berharap banyak agar setelah Pemilu situasi bangsa Indonesia kembali bersatu. ”Saya inginnya agar setelah ini tidak ada lagi kubu-kubuan. Kita harus bersatu demi kemajuan bangsa,” katanya.
Bambang Ratnadinata, warga Kelurahan Gadingkasri, Kota Malang, juga berharap banyak bahwa pesta demokrasi harus dirayakan dengan senang hati. ”Namanya pesta harus membuat rakyat senang. Makanya, kami menjalani pemilu ini dengan senang. TPS didekor dengan baik, selesai nyoblos makan-makan dan bisa saling silaturahim dengan warga lain,” katanya. TPS tempat Bambang dihias layaknya sebuah pesta atau hajatan.
Bahkan, warga juga berinisiatif menyelenggarakan pemilu dengan baik dengan mendeklarasikan menolak politik uang. Hal itu seperti terlihat di RW 006 dan 007 Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
Pada masa tenang, mereka bergotong royong memasang pamflet penolakan politik uang di kampungnya. Mereka juga memasang CCTV untuk mengawasi gerak siapa pun yang mungkin berusaha mengiming-imingi warga dengan politik uang.
”Kami terinspirasi dengan kasus korupsi yang membelit puluhan anggota DPRD Kota Malang beberapa waktu lalu. Ada dua orang di antara warga kami, yang selama ini sangat baik, rupanya tetap tidak terbebas dari suap. Kami sadar, bisa jadi kasus korupsi itu sudah menjadi budaya kami selama ini. Kami tidak ingin hal itu terus terjadi hingga anak cucu kami. Makanya, kami bersepakat berubah dan memangkas budaya politik uang itu mulai saat ini,” tutur Aswin Muzaki, Ketua RT 003 RW 007 Kelurahan Sukoharjo.
Dengan deklarasi sebagai kampung antipolitik uang, Musaki mengaku tim sukses calon mulai sungkan untuk datang dan berusaha membeli suara mereka. ”Sedikit banyak ada dampaknya. Setidaknya, ini akan menyemangati kami untuk selalu ingat tagar menjauhi politik uang,” kata Muzaki. Di RT 003 terdapat 60-an keluarga yang tersebar di sembilan RT.
Secara umum, Pemilu 2019 di Kota Malang berjalan dengan lancar. Masyarakat antusias memilih, baik pemilih pemula maupun mereka yang berusia lanjut.
Di Kota Malang terdapat 623.185 pemilih yang masuk dalam daftar pemilih tetap. Para pemilih itu tersebar di 2.352 tempat pemungutan suara.