Diduga Alami Gangguan Jiwa, Ibu Bunuh Anak, Lalu Bunuh Diri
Seorang ibu dan anak perempuannya ditemukan tewas di rumahnya, Kamis (18/4/2019). Dugaan sementara, ibu yang diduga mengalami gangguan jiwa itu membunuh anaknya kemudian bunuh diri.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Karlia Nadia Gantasanova (37) bersama anak perempuannya, US (7), ditemukan tewas di rumahnya, Kamis (18/4/2019). Dugaan sementara, Karlia membunuh anaknya dan setelah itu ia bunuh diri. Berdasarkan keterangan saksi yang diperiksa polisi, Karlia diduga mengalami gangguan jiwa.
Keduanya ditemukan tewas di ruang depan rumah indekos milik orangtua Karlia yang terletak di Kelurahan Demang Lebar Daun, Kecamatan Ilir Barat 1, Kota Palembang. Kedua korban ditemukan dengan luka benda tajam di leher.
Kedua jasad berbaring berdekatan. Saat ditemukan, US masih mengenakan seragam sekolah. Selain itu, ditemukan bercak darah di dapur dan ruang depan rumah korban. Bercak darah juga ditemukan di dinding antara dua ruangan tersebut.
Kepala Bidang Humas Polda Sumsel Komisaris Besar Supriadi mengatakan, indikasi bunuh diri terlihat dari sejumlah bukti yang ada di tempat kejadian. Ditemukan dua pisau, di dapur dan di ruang depan. Pisau yang ada di dapur berlumuran darah, adapun pisau di ruang depan cenderung lebih bersih.
Supriadi menjelaskan, peristiwa ini diperkirakan terjadi pada Kamis sekitar pukul 09.00. Saat itu adik Karlia, AD, memanggil korban dan anaknya yang berada di dalam rumah. Karlia hanya tinggal berdua dengan anaknya itu. Namun, saat tidak ada jawaban, AD curiga. Dia pun lalu mendobrak pintu belakang.
Di bagian belakang ada darah di dapur dan di dinding dari dapur menuju ruang depan. Adapun jasad kedua korban ditemukan di ruang depan. ”Saat itu juga tidak ada barang yang hilang,” kata Supriadi.
Berdasarkan penuturan saksi dari keluarga korban, ujar Supriadi, Karlia diduga mengalami gangguan jiwa. Dia memiliki temperamental yang sangat tinggi. Di sisi lain, Karlia sering bercerita bahwa dirinya adalah titisan seorang nabi.
Karlia juga menganggap bahwa dirinya adalah pemilik rumah sakit swasta dan mal di Palembang. ”Dia juga berjanji akan memberikan uang Rp 1 miliar kepada saudaranya,” ungkap Supriadi.
Sulit ungkap
Dokter Forensik RS Bhayangkara Palembang Komisaris Mansuri mengaku kesulitan mengungkap penyebab kematian korban. ”Karena keluarga korban menolak jasad korban diotopsi, penyebab kematian korban masih samar,” ucapnya.
Namun, berdasarkan pengamatan visum luar, terdapat luka benda tajam di bawah dagu kedua korban. ”Kedalaman luka cukup dalam,” katanya. Apabila melihat dari kondisinya, lanjut Mansuri, diperkirakan kematian korban terjadi sekitar 6-12 jam sebelum jasad ditemukan. Tidak ada luka lebam di jasad kedua korban.
Biasanya, sebelum bunuh diri, korban akan melakukan percobaan dengan menyakiti tubuh. Namun, tanda tersebut tidak ditemukan.
Mansuri menuturkan, jika ditilik secara logika, kemungkinan anak korban tewas lebih dulu, kemudian diikuti oleh ibunya. Namun, Mansyuri tidak bisa memastikan penyebab kematian korban karena bunuh diri.
Menurut dia, ada beberapa hal yang menjadi tanda sebelum seorang korban memutuskan untuk bunuh diri. ”Biasanya, sebelum bunuh diri, korban akan melakukan percobaan dengan menyakiti tubuh. Namun, tanda tersebut tidak ditemukan,” katanya.
Setelah divisum, kedua jasad korban langsung diserahkan kepada pihak keluarga.