NAPOLI, RABU – Stadion San Paolo, markas Napoli, merupakan “neraka” bagi tim tamu. Dengan dukungan dari 60.000 penonton fanatik, atmosfer di stadion sering menciutkan nyali lawan. Neraka itu akan menyambut kedatangan Arsenal pada leg kedua perempat final Liga Europa.
San Paolo merupakan stadion ketiga terbesar di Italia. Stadion ini dikenal begitu berisik dengan dukungan besar para pendukung fanantik. Pendukung itu mayoritas berasal dari kelas pekerja kota Napoli yang haus akan hiburan. Di kota itu, sepak bola sudah seperti agama.
Atmosfer itu membuat BBC memasukkan San Paolo ke dalam daftar stadion paling angker di dunia. Stadion yang berdiri sejak 1959 itu disejajarkan dengan kandang klub Turki, Galatasaray, Stadion Türk Telekom Arena, dan klub Argentina, Boca Juniors, Estadio Alberto J Armando.
Selain karena atmosfernya, San Paolo juga tidak seperti stadion lain yang modern dan nyaman. Presiden Napoli Aurelio De Laurentiis menyebut stadion yang terkahir direnovasi pada 1990 itu seperti “toilet tua”.
Hal-hal tersebut menjadi masalah yang membuat tim tamu selalu kesulitan ketika bermain di San Paolo. Musim ini, Napoli begitu superior di kandang. Mereka baru kalah satu kali, dari Juventus, saat tampil di San Paolo dalam seluruh kompetisi.
Modal itu yang dibawa Napoli saat menjamu Arsenal pada leg kedua perempat final, Jumat (19/4/2019) dini hari WIB. “Partenopei” julukan Napoli harus menang lebih dari dua gol. Pada leg pertama, mereka kalah 0-2 di Stadion Emirates.
“Saya tidak bisa menggaransi hasil pertandingan nanti. Napoli hanya akan tampil hebat besok. Dengan dukungan besar di San Paolo, akan membuat kami menampilkan yang terbaik,” kata pelatih Napoli, Carlo Ancelotti.
Saya tidak bisa menggaransi hasil pertandingan nanti. Napoli hanya akan tampil hebat besok. Dengan dukungan besar di San Paolo, akan membuat kami menampilkan yang terbaik.
Di Liga Europa, Napoli selalu menang sejak babak 32 besar ketika bermain di kandang. Dries Mertens dan rekan-rekan menumbangkan Zurich (2-0) pada 32 besar dan Res Bull Salzburg (3-0) pada 16 besar.
Rekor mentereng juga dimiliki tim tuan rumah saat melawan klub Inggris di San Paolo. Dari tujuh pertemuan, mereka menang lima kali dan hanya kalah sekali. Terakhir kali, Napoli unggul 1-0 dari Liverpool saat di babak grup Liga Champions musim ini, sebelum mereka menempati peringkat ketiga dan akhirnya masuk ke Liga Europa.
“Tiga hanya yang kami perlukan ke semifinal. Keberanian, kecerdasan, dan hati,” tambah Ancelotti yang pernah menghadapi Arsenal saat melatih Chelsea.
Penyerang Napoli Jose Callejon meyakini timnya sedang dalam gairah besar untuk meraih prestasi. “Besok akan sulit, tetapi ruang ganti kami sedang dalam optimisme tinggi dan kelaparan. Kami punya kesempatan besar untuk membalikkan keadaan,” katanya.
Di sisi lain, Arsenal seperti menghadapi kutukan saat bertamu ke markas lawan. Di Liga Europa, “The Gunners” takluk dalam setiap laga kandang sejak 32 besar. Mereka kalah dari Bate Borisov (0-1) pada 32 besar dan Rennes (1-3) pada 16 besar.
Meski sudah unggul, pelatih Arsenal Unai Emery mengisyaratkan tidak akan bertahan total. Pelatih asal Spanyol itu menyadari skuadnya akan digempur habis-habisan jika memainkan sepak bola negatif.
“Saya pikir kedua tim punya pengalaman. Kami ingin memulai pertandingan dengan langsung menyerang. Ketika dapat bola, kami ingin mencari ruang. Tetapi, kami tetap akan bertahan dengan baik,” pungkas Emery. (AP/UEFA.COM)