Memulihkan ”Our Lady” dari Paris
Katedral Notre-Dame di Paris terbakar, Senin (15/4/2019). Dua pertiga atapnya hancur dan puncak menaranya runtuh. Kini, pekerjaan berat renovasi menanti.
Lonceng di seluruh katedral di Perancis, dari Sacre Coeur di Paris hingga kota Strasbourg di timur dan Rouen di barat, berdentang untuk menghormati Notre-Dame, Rabu (17/4/2019).
Notre-Dame, yang dalam bahasa Inggris berarti Our Lady, memiliki peran dan arti kesejarahan panjang. Perpaduan keindahan arsitektur gotik, sejarah yang melingkupinya, serta kedudukannya dalam sejarah gereja Katolik telah menarik 13 juta wisatawan per tahun.
Ketika novel The Hunchback of Notre-Dame karya Victor Hugo terbit tahun 1831, katedral yang dibangun tahun 1163-1345 itu pun kian terkenal.
Di situlah, Henry VI dari Inggris dimahkotai sebagai ”Raja Perancis” tahun 1431. Di situ pula Napoleon diangkat menjadi kaisar tahun 1804 dan Paus Pius X membeatifikasi Joan of Arc tahun 1909. Di Notre-Dame pula Presiden Charles de Gaulle dan Francois Mitterand disemayamkan. Oleh karena itu, melihatnya dilalap api dan puncak menaranya yang setinggi sekitar 91 meter roboh, itu adalah tragedi.
Renovasi
Sesaat setelah kebakaran itu, Presiden Perancis Emmanuel Macron berjanji merenovasi Notre-Dame, termasuk merenovasi atapnya yang terbakar dalam lima tahun, tepat saat Paris menjadi tuan rumah Olimpiade 2024. ”Kami akan membangun kembali katedral menjadi lebih indah dan saya ingin renovasi itu selesai dalam lima tahun,” ujarnya.
Akan tetapi, para ahli menyatakan, ambisi itu tidak realistis mengingat banyaknya yang harus dikerjakan. Bahkan, Perdana Menteri Perancis Edouard Philippe mengakui bahwa renovasi dalam lima tahun akan sulit dilakukan.
Kepada majalah Inrocks, arsitek konservasi terkemuka Pierluigi Pericolo mengatakan, perbaikan Notre-Dame bisa membutuhkan waktu tiga kali lebih lama dari itu. ”Tidak kurang dari 15 tahun. Ini pekerjaan kolosal,” ujarnya.
Menurut dia, untuk memastikan stabilitas bangunan katedral saja diperlukan waktu ”dua sampai lima tahun”. Itu belum termasuk pekerjaan renovasi. Pericolo sendiri pernah mengerjakan restorasi basilika Saint-Donatien di kota Nantes, Perancis, yang dibangun abad ke-19 yang terbakar pada tahun 2015.
Kebakaran berakhir tapi bukan berarti bangunan benar-benar sudah diselamatkan. Batu di bagian kubah bisa hancur ketika terpapar suhu yang tinggi. Suhu tinggi telah mengubah komposisi mineralnya. Mengirim pekerja ke kubah batu itu tentu akan sulit dan berbahaya.
Pekerjaan merenovasi Notre-Dame akan menghadapi tantangan yang substansial, dimulai dengan melindungi bagian dalam katedral dari puing-puing yang mungkin jatuh dari atap kayu yang terbakar.
Perlu dipasang pelindung logam atau plastik sementara untuk mencegah air hujan masuk ke bagian dalam katedral. Setelah itu baru arsitek dan para insinyur menilai kerusakan yang terjadi.
Untungnya Notre-Dame adalah bangunan yang terdokumentasi dengan baik. Selama ini, sejarawan dan arkeolog telah mendokumentasikan tata letak, bentuk, dan gambar interior katedral dengan detail menggunakan pemindai laser tiga dimensi.
Duncan Wilson, pimpinan eksekutif organisasi Historic England, mengatakan, katedral perlu diamankan tanpa mengganggu puing-puing di dalamnya yang mungkin bisa dimanfaatkan dan memberikan informasi bagi mereka yang mengerjakan renovasi.
”Tantangan selanjutnya adalah menyelamatkan material itu. Beberapa di antaranya bisa jadi masih bisa dipakai dan ini adalah pekerjaan yang melelahkan. Ini seperti penggalian arkeologi,” ujarnya.
Meski muncul kekhawatiran seluruh bangunan katedral akan runtuh dilalap api, realitanya struktur bangunan katedral tetap utuh. Dua menara persegi panjangnya masih menjulang dan masih ada kubah batu besar yang berada di atas tembok yang kokoh.
Tom Nickson, dosen senior seni dan arsitektur abad pertengahan di London Courtauld Institute, menuturkan, kubah batu ”berfungsi ibarat pintu api yang memisahkan atap dan bagian dalam yang mudah terbakar”.
Sekarang, pemeriksaan yang cermat diperlukan untuk menentukan apakah kubah batu itu telah melemah atau retak karena panas. Jika benar demikian, seluruh kubah itu bisa jadi perlu dirobohkan dan dibangun kembali dari awal.
Jenny Alexander, ahli seni dan arsitektur abad pertengahan dari University of Warwick, menambahkan, jendela kaca patri bergambar mawar yang indah masih utuh berada di tempatnya tapi mungkin sudah terkena ”kejutan suhu”. Kaca tersebut terpapar suhu panas dari api lalu tiba-tiba disiram air yang dingin dari pemadam kebakaran. Kaca patri ini perlu diperiksa lebih jauh.
Setelah bangunan stabil dan semua kerusakan dinilai, maka pekerjaan renovasi bisa dimulai. Ini akan menjadi pekerjaan internasional.
”Insinyur teknik sipil, ahli kaca patri, ahli batu dari banyak tempat akan menyiapkan peralatan mereka dan pergi ke Paris dalam beberapa minggu ke depan,” kata Alexander.
Tantangan
Mendapatkan bahan material untuk renovasi juga tantangan tersendiri. Atap katedral terbuat dari balok kayu ek dari pohon berumur ratusan tahun yang di abad ke-13 saja sulit ditemukan. Apalagi, saat ini tidak banyak negara di Eropa yang memiliki sumber kayu yang banyak.
Alternatifnya, dibuat struktur kayu berbeda dengan ukuran yang lebih kecil atau bahkan terbuat dari logam. Pilihan terakhir tentu tidak akan populer bagi sebagian masyarakat.
Selain itu, bangunan katedral nantinya harus merefleksikan standar kesehatan dan keselamatan masa kini. Salah satu keputusan penting yang harus dibuat Pemerintah Perancis adalah apakah akan membangun Notre-Dame persis seperti sebelum terbakar atau merancang desain yang lebih kreatif.
Sebagai langkah awal Pemerintah Perancis telah mengumumkan sayembara internasional mendesain puncak menara Notre-Dame. Tujuannya ”memberikan Notre-Dame puncak menara yang baru yang mengadaptasi teknik dan tantangan masa kini”.
Langkah ini memicu penolakan dari beberapa pihak yang ingin mempertahankan bentuk asli puncak menara Notre-Dame sesuai dengan desain awal ketika ditambahkan dalam renovasi di abad ke-19 oleh Eugene Viollet-le-Duc.
Di samping kerumitan teknis arsitektur, renovasi juga memerlukan biaya yang sangat besar. Sejauh ini, donasi dari banyak pihak, terutama taipan Perancis, telah terkumpul lebih dari 1 miliar dollar AS. Apakah sumbangan yang besar itu akan mampu mendorong proses renovasi sesuai target? Kita lihat lima tahun lagi.
(REUTERS/AP/AFP)