Tak Puas Hasil Pemilu, Caleg di Maluku Bakar Kotak Suara
Caleg DPRD Provinsi Maluku, Leo Piter Rahajaan, bersama sejumlah pendukungnya, membakar 15 kotak suara di kantor Panitia Pemilihan Kecamatan Kei Besar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara, Jumat (19/4/2019). Kendati telah mengidentifikasi pelaku, untuk alasan keamanan, para pelaku belum ditangkap.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Calon anggota legislatif DPRD Provinsi Maluku, Leo Piter Rahajaan, bersama sejumlah pendukungnya membakar 15 kotak suara di kantor Panitia Pemilihan Kecamatan Kei Besar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara, Jumat (19/4/2019). Kendati telah mengidentifikasi pelaku, untuk alasan keamanan, para pelaku belum ditangkap.
Anggota KPU Kabupaten Maluku Tenggara, Arief Rahakbaw, dihubungi dari Ambon, Sabtu (20/4/2019), mengatakan, pihaknya telah mengirim tim ke Kecamatan Kei Besar Selatan untuk mendalami kasus itu. Kendati membenarkan peristiwa itu, pihaknya belum mengetahui pasti kronologisnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, pembakaran kotak suara dilakukan karena pelaku tidak puas dengan hasil pemungutan suara. Menurut Arief, pihak KPU belum cukup informasi lantaran daerah itu sulit dijangkau jaringan telekomunikasi.
Pembakaran kotak suara dilakukan karena pelaku tidak puas dengan hasil pemungutan suara.
Kecamatan Kei Besar Selatan berada di Pulau Kei Besar, sedangkan kantor KPU Maluku Tenggara berada di Langgur, Pulau Kei Kecil. Untuk mencapai daerah itu, perlu waktu perjalanan lebih dari tujuh jam dengan moda perahu motor dan kendaraan darat.
Pada pemilu kali ini terdapat 378 tempat pemungutan suara yang tersebar di 191 desa dan 11 kecamatan di Maluku Tenggara. Adapun daftar pemilih tetap di daerah itu sebanyak 78.352 orang. Maluku Tenggara juga lazim disebut Kepulauan Kei. Berdasakan catatan Kompas, aksi pembakaran kotak suara itu baru pertama kali terjadi di Maluku.
Kepala Bidang Humas Polda Maluku Komisaris Besar M Roem Ohoirat mengatakan, aparat gabungan TNI dan Polri sudah berhasil mengendalikan situasi di lokasi tersebut. Saat ini, tahapan pemilu sudah sampai pada rekapitulasi tingkat kecamatan.
”Selain menjaga rekapitulasi, aparat juga menjaga keselamatan para penyelenggara pemilu,” katanya.
Menurut Roem, para pelaku yang terlibat insiden pembakaran kotak suara sudah diketahui polisi. Namun, demi alasan keamanan pemilu, mereka belum ditangkap. Untuk saat ini, tindakan hukum berisiko menimbulkan kekacauan.
”Caleg itu membawa massa dan membakar kotak suara. Itu jelas pidana pemilu dan akan ditindak. Tunggu saja waktunya,” kata Roem.
Sementara itu, Ketua KPU Provinsi Maluku Syamsul R Kubangun mengatakan, secara umum, pelaksanaan pemilu di Maluku berjalan lancar walau terdapat sejumlah gesekan kecil dan keterlambatan pengiriman logistik seperti di Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Akibatnya, sekitar 5.000 warga di 20 TPS belum dapat menggunakan hak mereka.
Menurut rencana, mereka akan melakukan pemungutan suara pada 23 April. Syamsul menyampaikan terima kasih kepada pemerintah daerah, TNI/Polri, dan masyarakat yang ikut menjaga kelancaran pemilu di Maluku.
Sebelumnya, Uskup Diosis Amboina Mgr PC Mandagi MSC mengimbau para elite menghormati pilihan masyarakat pada pemilu. Sikap tidak menerima kekalahan menunjukkan kemunduran demokrasi.
Mandagi berharap jangan sampai terjadi kekacauan yang sengaja diciptakan oknum-oknum tertentu yang kalah dalam kontestasi kali ini. ”Jangan berkelahi karena pemilu ini. Merusak bangsa dengan perkelahian itu sangat memalukan,” ujar Mandagi (Kompas, Rabu 17/4).