Perebutan pemain terbaik atau MVP NBA musim 2018/2019 mengerucut menjadi dua nama, Giannis Antetokounmpo dan James Harden. Persaingan kedua pemain berbeda posisi, gaya main, pencapaian individu, dan asal benua itu diperkirakan menjadi yang tersengit dalam dekade terakhir.
Musim reguler NBA yang telah selesai memunculkan dua nominasi pemain terbaik, Giannis, forward dari tim Wilayah Timur, Milwaukee Bucks, dan Harden, guard dari tim Wilayah Barat Houston Rockets. Mereka melampaui performa bintang NBA lain seperti LeBron James, Kevin Durant, ataupun Stephen Curry.
Penentuan MVP musim ini begitu sulit diprediksi. Saking sengitnya, persaingan ini menyaingi perebutan MVP antara Steve Nash dan Shaquille O\'Neal pada 2005. Kedua nomine memiliki keunggulan masing-masing yang layak mendapatkan penghargaan individu itu.
Harden, peraih MVP musim lalu, unggul dari produktivitas menyerang. Pemain berusia 29 tahun itu mencetak rata-rata 36,1 poin per gim (ppg) dalam 82 pertandingan musim reguler.
Berbekal kemampuan tembakan tiga poin dengan langkah mundur, catatan ppg Harden masuk dalam peringkat ke-7 rekor terbanyak sepanjang masa. Dia melampaui rekor bintang La Lakers, Kobe Bryant (35,4 ppg), serta hanya kalah dari Wilt Chamberlain (5 rekor) dan Michael Jordan (37,09 ppg).
Dalam satu musim, pria dengan ciri khas jenggot tebal itu mencetak lebih dari 50 poin per laga sebanyak sembilan kali dan lebih dari 60 poin per laga sebanyak dua kali. Catatan itu menjadikannya dalam deretan pemain paling produktif. "Dia adalah mesin pencetak poin," kata pelatih Rockets Mike D\'Antoni.
Harden mengangkat performa Rockets yang sempat terseok-seok di awal musim. Rockets lolos ke babak play off finis di peringkat keempat dengan rekor 53 menang dan 29 kalah, di Wilayah Barat yang dikenal dengan persaingan ketatanya.
Giannis memang kalah dari ofensif. Namun, pemain asal Yunani itu lebih baik dari segi efektivitas. Dia mencatatkan 27,7 ppg dengan akurasi tembakan 57,8 persen, lebih baik dibandingkan akurasi tembakan Harden, 44,2 persen.
Pemain atletis setinggi 2,11 meter bertipe all-around itu juga lebih komplit dari Harden. Tidak hanya menyerang, Giannis juga baik dalam bertahan. Dia menjadi salah satu kandidat pemain terbaik dalam bertahan (DPOY) dengan catatan 12,5 rebound per gim, 1,5 block per gim, dan 1,3 steal per gim.
Forward berusia 24 tahun itu mengantarkan Bucks menjadi juara Wilayah Timur sekaligus tim dengan rekor terbaik (60 menang 22 kalah), melampaui juara bertahan, Golden State Warriors (57 menang 25 kalah). Padahal, skuad Bucks jauh di bawah standar tim-tim papan atas lainnya.
Giannis mulai disandingkan dengan "sang raja", LeBron James, yang mampu mengangkat performa tim keseluruhan. Rekor Bucks musim ini merupakan yang terbaik setelah era salah satu legenda NBA, Kareem Abdul Jabar.
Kebanggaan Amerika
Dalam sepuluh gelar terakhir, MVP delapan kali dimenangi pemain terbaik dari tim terbaik. Dengan statistik itu, Giannis lebih diunggulkan meraih MVP. Namun, ada juga dua pemain yang memenangi MVP hanya dengan rekor individu fantastis tanpa menjadi tim terbaik di wilayah, yaitu Kevin Durant (2014) dan Russel Westbrook (2017).
ESPN mengategorikan pemilihan MVP menjadi beberapa bagian, seperti capaian individu, kesuksesan tim, narasi perjalanan dan kebangkitan pemain, dan penciptaan sejarah baru. Lima hal itu dinilai sebagai elemen penting terpilihnya pemain terbaik.
"Capaian individu, kemudian baru kesuksean tim. Karena itu saya lebih memilih Harden. Saya memasukkan kesuksesan tim hanya sejauh seluruh capaian individu penting dalam hal mendorong keberhasilan tim," kata pengamat NBA Kevin Pelton kepada ESPN.
Pengamat lain, Kevin Arnovitz, memilih Giannis sebagai MVP musim ini. "Giannis harus menang berdasarkan kesuksesannya bersama tim. Selain itu, dia juga memiliki capaian individu, konsistensi, narasi yang baik, dan membuat ejarah baru," ucapnya.
Di luar pertimbangan itu, terdapat pertimbangan non-teknis, seperti asal negara dan benua. Seperti diketahui, peraih MVP akan menjadi wajah kompetisi. Giannis merupakan pemain asal Eropa, sedangkan Harden keturunan asli Amerika Serikat. Jika Giannis menang, dia akan menjadi wajah terdepan kompetisi terbaik di AS tersebut.
Dari sisi kebanggaan negara, Giannis tampaknya lebih sulit memenangkan MVP. Apalagi, pemain terbaik NBA ditentukan oleh sejumlah panelis yang terdiri dari jurnalis basket di AS dan Kanada.
Sepanjang NBA mulai pada 1946, hanya satu pemain Eropa yang berhasil meraih MVP. Dia adalah legenda Dallas Mavericks, Dirk Nowitzki, pada 2007. Pria asal Jerman itu baru diberikan gelar pada musim ke-9, saat sudah mendapatkan hormat dari pendukung, pemain, dan orang yang terlibat di NBA.
Lalu, akankah Giannis menjadi pemain kedua asal Eropa yang meraih penghargaan individu itu? Atau, kebanggan AS, Harden yang akan mempertahankan gelar MVP. Hasilnya baru diumumkan pada 24 Juni mendatang.