Video Jokowi "Tukang Bohong" di Mal Grand Indonesia Editan dan Hoaks
Oleh
Aguido Adri/Erika Karunia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Video tentang teriakan Jokowi Tukang Bohong saat berkunjung ke mal Grand Indonesia, Jakarta, yang ramai tersebar melalui media sosial adalah video editan. Video tersebut merupakan kabar bohong atau hoaks.
Persebaran video berita bohong itu riuh di jagat dunia maya. Kali ini oknum tidak bertanggungjawab mengedit ulang video Kompas TV yang merekam kunjungan Presiden Joko Widodo ke mal Grand Indonesia, Jakarta, Sabtu (20/4/2019).
Kehadiran Jokowi di depan publik untuk pertama kalinya setelah pemilu, menarik perhatian pengunjung mal tersebut. Berbagai media pun ramai memberitakan kehadiran Jokowi bersama Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Tohir. Salah satunya adalah Kompas TV.
Di dalam video Kompas TV yang berdurasi 59 detik, Jokowi yang menjadi pusat perhatian pengunjung, mendapat sambutan dan sorak-sorai, “Jokowi presiden, presiden, presiden.” Tidak hanya itu saja para pengunjung juga mendekati Jokowi yang sekaligus calon presiden nomor utur 01.
Namun, oleh oknum yang tidak bertanggungjawab, video tersebut diedit. Sorak-sorai pengunjung mal itu diedit menjadi seruan, “Tukang bohong, tukang bohong.” Video editan itu kemudian tersebar di media sosial.
Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosianna Silalahi membenarkan jika video di mal Grand Indonesia adalah milik kompas TV. Namun video tersebut telah diubah atau diedit 180 derajat. Kata-kata seruan “tukang bohong” dalam video adalah hoaks.
“Saya menyayangkan video tersebut diedit. Kompas TV tidak mungkin membuat video jurnalistik berdasarkan seperti itu. Video aslinya ada, silahkan dicek di kanal kita,” kata Rosi kepada Kompas, Minggu (21/4/2019).
Video tersebut telah diubah atau diedit 180 derajat. Kata-kata seruan “tukang bohong” dalam video adalah hoaks.
Rosi mengatakan, jika berdasarkan fakta di lapangan, massa riuh dan ramai menyambut Jokowi dan itu terekam kamera Kompas TV. Terkait video editan yang membawa logo Kompas TV, Rosi mengatakan, akan mengklarifikasi video hoaks ke publik. Upaya klarifikasi juga dilakukan dengan cara melaporkan video hoaks tersebut kepada Masyarakat Anti Fitnah Indonesia.
Sementara itu, Deputi Wakil Pemimpin Redaksi Bidang Digital Kompas TV Alexander Wibisono mengatakan, masih mempertimbangkan langkah hukum atau melaporkan berita hoaks tersebut ke polisi. “Hoaks adalah kejahatan, tidak bisa dimaafkan. Upaya hukum akan kita pertimbangankan,” kata Alex.
Direktur Komunikasi Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma\'ruf Amin, Usman Kansong, memastikan, video tersebut adalah hoaks. Meski tidak ada di lokasi kejadian, Usman mengaku mengetahui adanya kegiatan tersebut karena ia terlibat menyebarkan kegiatan Jokowi ke media.
Namun, suara yang ditambahkan pada video itu diakuinya tidak sesuai keadaan. "Gambarnya benar, tapi suaranya kelihatan sekali timpaan, bukan suara sebenarnya," kata Usman saat dihubungi Kompas, Minggu (21/4/2019) malam.
Gambarnya benar, tapi suaranya kelihatan sekali timpaan, bukan suara sebenarnya.
Usman mengatakan, TKN akan mencoba melaporkan temuan tersebut kepada pihak berwajib. Pembuatan dan penyebaran konten hoaks termasuk pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
"Nanti akan kami pikirkan, kami lihat seperti apa. Dari pengalaman kami, kami sudah beberapa kali menyampaikan hoaks seperti ini ke polisi," kata dia.
Menurut Usman, polisi cukup cepat menindak temuan hoaks seperti itu. Bahkan sejumlah pembuat dan penyebar konten hoaks yang terbukti dipidanakan sudah dipidanakan.
"Saya pikir, Kompas TV juga perlu mengklarifikasi dan melaporkan hal tersebut, karena Kompas TV turut menjadi korban hoaks," imbuhnya.