JAKARTA, KOMPAS – Hingga sekarang, penyaluran anggaran pelatnas dari Kementerian Pemuda dan Olahraga ke induk cabang belum tuntas, terutama ke cabang di kluster empat. Kemenpora masih ingin melihat perkembangan cabang di kluster empat, terutama di kejuaraan internasional yang akan mereka ikuti. Jika tidak menunjukkan prestasi menjanjikan, cabang di kluster empat berpotensi tidak dikirim ke SEA Games 2019 Filipina.
”Daripada memberi uang ke cabang yang tidak ada potensi ke SEA Games, lebih baik kami alihkan uangnya ke cabang lain yang punya potensi emas di SEA Games atau berpeluang lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Lagi pula, SEA Games bukan lagi prioritas utama. Sekarang, fokus utama kami berprestasi di tingkat lebih tinggi, seperti Asian Games dan Olimpiade,” ujar Pelaksana Tugas Harian Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Chandra Bhakti dihubungi dari Jakarta, Minggu (21/4/2019).
Sejauh ini, Chandra mengatakan, baru 16 cabang yang sudah melakukan kesepakatan (MoU) dan sudah menerima anggaran pelatnas. Cabang-cabang itu merupakan cabang di kluster satu, dua, dan tiga. Total cabang di tiga kluster itu mencapai 23 cabang, yakni dua cabang di kluster satu, sembilan cabang di kluster dua, dan 12 cabang di kluster tiga.
Cabang-cabang itu sudah menggelar pelatnas secara bertahap, yakni ada yang sudah mulai dari Februari, Maret, dan April. ”Cabang-cabang itu memang diprioritaskan karena mereka yang punya peluang besar meraih emas ataupun medali di SEA Games nanti. Bahkan, beberapa cabang, terutama di kluster satu memang diandalkan untuk lolos ke Olimpiade,” kata Chandra.
Sedangkan 37 cabang di kluster empat, anggarannya belum disalurkan hingga sekarang. Menurut Chandra, hal itu karena sebagian cabang belum mau melakukan kesepakatan. Padahal, Kemenpora sudah menunjukkan rincian anggaran yang bisa mereka terima. Adapun anggaran yang akan mereka terima memang jauh lebih kecil dibanding usulannya. ”Bolanya sekarang ada di mereka. Kalau mau dengan anggaran itu, mereka harusnya langsung berinisiatif melakukan kesepakatan,” tuturnya.
Di sisi lain, lanjut Chandra, ada beberapa cabang yang memang masih dipertimbangkan untuk dikirim atau tidak ke SEA Games nanti. Sebab, cabang itu tidak memiliki prestasi menjanjikan dua tahun terakhir di ajang multi cabang. Selain itu, ada cabang yang memang belum ada atlet maupun induk olahraga yang menaungi.
Bagi cabang-cabang yang masih dipertimbangkan, mereka patut menunjukkan prestasi yang menjanjikan di salah satu kejuaraan internasional dalam periode saat ini hingga sebelum September atau sebelum batas akhir enrty by name (pendaftaran nama atlet) SEA Games. ”Jika mereka bisa menunjukkan prestasi yang positif di kejuaraan itu, kami akan perhitungkan mereka ke SEA Games. Tapi, kalau tidak bisa menunjukkan prestasi yang baik, dengan terpaksa kami tidak mengirim mereka ke SEA Games,” tegas Chandra.
Jangan pukul rata
Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi Kristianus Liem menuturkan, Kemenpora jangan memukul rata prestasi cabang di ajang multi cabang dalam dua tahun terakhir. Catur, misalnya, cabang ini bukan tidak berprestasi dua tahun terakhir ini, melainkan catur tidak dipertandingkan di Asian Games 2018, SEA Games 2017, dan SEA Games 2015.
Harusnya, lanjut Kristianus, Kemenpora melihat prestasi cabang olahraga bersangkutan di sejumlah ajang multi cabang terakhir yang diikuti maupun single event atau kejuaraan-kejuaraan internasional. ”Kami terakhir ikut SEA Games 2013 di Myanmar, dan bisa menyumbangkan 5 emas, 4 perak, 7 perunggu. Di Asian Indoor 2013 di Incheon, Korea Selatan, kami meraih 1 perunggu. Pada Asian Indoor 2017 di Ashgabat, Turkmenistan, kami meraih 1 perak dan 1 perunggu. Baru-baru ini, kami meloloskan satu pecatur putra dan satu putri ke Piala Dunia Catur 2019,” ujar Kristianus.
Manajer tim bola tangan pantai Andi A Zamzami menyampaikan, Indonesia memang baru terjun di cabang bola tangan pantai sejak awal tahun ini guna mengikuti SEA Games. Untuk itu, mereka tentu tidak punya jejak prestasi dua tahun terakhir. Kendati demikian, mereka berharap tetap bisa dikirim ke SEA Games. ”Kalau tidak sekarang, kapan lagi kami bisa menimbah pengalaman dan mulai mengembangkan olahraga ini di Indonesia,” katanya.
Andi mengutarakan, pihaknya akan mengikuti Kejuaraan Asia Bola Tangan Pantai 2019 di Weihai, China pada 15-22 Juni mendatang. Namun, mereka tidak ingin prestasi di kejuaraan itu menjadi tolak ukur ikut-tidaknya mereka ke SEA Games. Sebab, tujuan mereka ikut kejuaraan itu memang untuk menimba pengalaman. Apalagi, mereka baru membentuk tim di awal tahun ini dan belum punya pengalaman apapun sebelumnya.
”Di kejuaraan itu juga lawannya sangat berat, yakni para raksasa Asia, seperti China, Jepang, Vietnam, Thailand, dan Filipina. Kalau prestasi di sana jadi tolak ukurnya, tentu itu tidak adil. Sebab, persiapan kami sangat terbatas. Berbeda dengan persiapan ke SEA Games, kami punya waktu lebih panjang untuk membentuk tim yang lebih kompetitif,” pungkas Andi.