Pengalaman sebagai anak yang lahir dari orangtua korban konflik di Balkan tahun 1990-an mendorong penyanyi Dua Lipa mengunjungi anak dan remaja korban konflik di Suriah. Lebih dari satu juta warga Suriah, separuh di antaranya anak-anak, mengungsi ke Lebanon akibat konflik itu. Banyak di antara mereka hidup tanpa akses layanan kesehatan dan pendidikan yang memadai.
Di negara itu, pekan lalu, peraih Grammy Award 2019 kategori Best New Artist dan Best Dance Recording itu bersama Unicef dan Lebanese Organisation for Studies and Training berbicara dengan anak muda korban konflik di proyek permukiman informal di Lembah Bekaa. Ia juga mengunjungi kamp Burj el Barajneh Palestinian dan menyempatkan diri melihat anak-anak Palestina dan Suriah yang menerima dukungan psikososial.
”Ini sangat pribadi bagiku. Kedua orangtuaku melarikan diri dari kekacauan politik di Balkan dan membangun kehidupan di tempat baru. Setiap pengungsi anak yang aku temui punya orangtua seperti diriku yang mencoba membuat keputusan yang memungkinkan bagi keluarga mereka,” ujar Lipa.
Penyanyi yang lahir di London itu merasa beruntung mendapat kesempatan terutama sebagai keluarga migran, bisa lahir di Inggris, dan hidup dengan mimpinya karena punya kesempatan itu. ”Aku merasa setiap anak (pengungsi) seharusnya juga punya kesempatan juga. Untuk mendapat sebuah tempat di mana mereka bisa berkembang dan menjadi yang terbaik versi mereka,” ucapnya.
Ia mengunggah foto saat berbincang dengan anak pengungsi di akun Instagram-nya. Di sana ia menulis mendapat pengalaman memilukan dan mengesankan saat melihat anak-anak itu bisa tetap tertawa dan bergembira di situasi yang buruk itu. (BILLBOARD)