Bek tengah Liverpool, Virgil van Dijk, menjadi sorotan. Dia masuk dalam nominasi pemain terbaik Asosiasi Pemain Profesional Liga Primer (PFA). Dia bersaing dengan penyerang Raheem Sterling, Bernardo Silva, Sergio Aguero, Eden Hazard, dan rekan setimnya, Sadio Mane. Mungkinkah ini terjadi?
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Dalam dua dekade terakhir, hanya satu pemain bertahan yang memenangi gelar individu terbaik, Ballon d’Or. Dia adalah pemain asal Italia, Fabio Cannavaro. Hal serupa terjadi dalam perebutan gelar pemain terbaik Liga Primer Inggris. Hanya John Terry yang meraihnya.
Perdebatan kelayakan sosok pemain bertahan sebagai pemain terbaik kembali hangat. Bek tengah Liverpool, Virgil van Dijk, masuk ke dalam nominasi pemain terbaik Asosiasi Pemain Profesional Liga Primer (PFA). Dia bersaing dengan penyerang Raheem Sterling, Bernardo Silva, Sergio Aguero, Eden Hazard, dan rekan setimnya, Sadio Mane.
Bek memang bukan pilihan familiar para pemegang hak pilih. Dalam menentukan pemain terbaik, seperti dituliskan ESPN, penyerang lebih ”menggoda” karena memiliki standar raihan individu. Mereka bisa menentukan laga dengan catatan gol ataupun asis yang lebih menarik dipandang mata.
Musim lalu, misalnya, peraih pemain terbaik PFA adalah Mohamed Salah. Pemain asal Mesir itu tidak berhasil membawa timnya juara. Akan tetapi, rekor 32 gol dan 10 asis membuat dirinya tetap berhak membawa pulang gelar sebagai yang terbaik.
Berbeda dengan posisi bek, pertahanan lebih condong ke kerja kolektif. Peran individu kadang tidak lebih penting dari organisasi dan disiplin tim. Jumlah catatan tekel, intersep, dan menyapu bola tidak berpengaruh langsung pada hasil laga.
Lalu, mengapa Cannavaro dan Terry bisa memenangi gelar? Yang perlu dicatat, Cannavaro mengantarkan tim nasional Italia meraih Piala Dunia, sedangkan Terry membawa Chelsea meraih Liga Primer pertama kali sejak kompetisi berganti nama pada 1992.
Pencapaian mereka didapat bersama tim. Saat membawa Italia juara, Cannavaro dibantu kiper Gianluigi Buffon yang juga masuk dalam nominasi Ballon d’Or. Italia hanya kemasukan dua gol sepanjang Piala Dunia dari tujuh pertandingan.
Sama halnya dengan Terry. Kiper Chelsea kala itu, Petr Cech, juga bersaing dengannya dalam nominasi pemain terbaik PFA. Chelsea hanya kebobolan 15 kali dari 38 laga sepanjang musim. Rekor itu masih bertahan saat ini sebagai kebobolan paling sedikit sepanjang sejarah Liga Primer.
Keduanya memenangi gelar individu karena lini pertahanan dinilai sebagai alasan utama timnya meraih trofi. Dan, saat itu, baik Cannavaro maupun Terry menjabat sebagai kapten tim.
Potensi Van Dijk
Van Dijk bukanlah kapten Liverpool. Dia hanya kapten pilihan ketiga setelah Jordan Henderson dan James Milner. Namun, kapten timnas Belanda itu menjadi pemimpin di barisan pertahanan ”The Reds”. Kedewasaannya membantu bek-bek muda, seperti Joe Gomez, Trent Alexander Arnold, ataupun Andy Robertson.
”Dia (Van Dijk) adalah pemain yang dicari rekan-rekannya sebagai tempat bergantung. Seseorang yang menggonggongi dan bisa memberikan perintah dalam situasi genting,” kata mantan penyerang Liverpool yang menyamai kepemimpinan Van Dijk dengan legenda The Reds, Jammie Carragher.
Pemain berambut panjang itu didatangkan sebagai bek termahal Liga Primer dengan 75 juta poundseterling pada musim dingin 2017/2018. Dia langsung memberi dampak. Musim lalu, sebelum dia datang, Liverpool kebobolan 1,2 gol per laga, sedangkan tim yang bermarkas di Stadion Anfield itu hanya kebobolan 0,7 gol setelahnya.
Musim ini, pengaruh pemain berusia 27 tahun tersebut semakin besar. Liverpool baru kemasukan 20 gol dari 35 laga, paling sedikit di Liga Primer. Jumlah kemasukan saat bersamanya hanya 0,57 gol.
Penurunan kemasukan itu membuat skuad asuhan Jurgen Klopp berada dalam perebutan juara. Jika musim lalu mereka terpaut 25 poin dari juara, Manchester City, kini mereka bersaing ketat memasuki tiga pekan terakhir.
Dalam pekan ke-35, Liverpool sudah mendapatkan 88 poin. Jumlah itu merupakan pencapaian terbaik The Reds sepanjang sejarah di Liga Primer, melewati capaian skuad yang nyaris juara pada 2008/2009 ataupun 2013/2014.
Peran Van Dijk di lini pertahanan tidak dapat dimungkiri. Kepiawaiannya pemain setinggi 1,93 meter diakui dan dipuji oleh pelatih-pelatih papan atas Liga Primer, seperti Josep Guardiola dan Unai Emery. ”Kami pasti akan berbuat banyak di liga jika mempunyai pemain seperti Van Dijk,” ujar Emery.
Dengan sejumlah pencapaiannya bersama tim, Van Dijk otomatis wajib memenangi Liga Primer. Syarat itu merupakan hal yang wajib jika dilihat dari kemenangan Cannavaro dan Terry.
”Saya lebih memilih Van Dijk sebagai pemain terbaik karena dia menjadi tulang punggung dan basis permainan Liverpool. Dia menjadi pemain paling dibutuhkan untuk kompetisi panjang. Tetapi, pemenang baru ditentukan setelah penentuan juara antara Liveprool dan City selesai,” kata pemenang gelar pemain terbaik PFA dua kali (1995, 1997), Alan Shearer.
Lawan terberat Van Dijk adalah Sterling. Penyerang sayap asal Inggris itu tampil gemilang musim ini dengan sumbangan 17 gol dan 9 asis di Liga Primer. Sebenarnya rekor individu Sterling tidak sementereng Salah musim lalu, tetapi dia menjadi pemain terbaik City yang sangat membantu dalam perburuan gelar.
”Saya akan memberikan gelar itu kepada Sterling, yang sempat diremehkan oleh publik Inggris sebelumnya. Dia mampu menunjukkan kekuatan mental dan kembali menjadi yang terbaik,” ucap pengamat BBC, Paul Ince.
Van Dijk mengatakan lebih mementingkan raihan tim. Dia tidak berpikir terlalu banyak tentang gelar pemain terbaik PFA. ”Trofi individu? Saya tidak tahu. Pasti akan bangga, tetapi semua kerja keras yang kami lakukan adalah kerja bersama. Ini adalah kemenangan tim, sebuah hal yang kolektif,” katanya.
Mungkinkah Van Dijk meraih gelar terbaik PFA? Jawabannya sangat mungkin. Namun, dia harus membantu timnya terlebih dulu menyudahi puasa gelar liga domestik selama hampir 30 tahun. Jika tidak, dua trofi yang sudah di depan mata itu akan melayang begitu saja. (AP/AFP/REUTERS)