BAKU, MINGGU – Balapan Formula 1 di Sirkuit Baku, Azerbaijan, pekan depan menjadi pertaruhan bagi Scuderia Ferrari untuk mengejar ketertinggalannya dari tim rival, Mercedes GP. Sirkuit yang memiliki lintasan lurus terpanjang di dunia itu diharapkan mampu membuka potensi Ferrari yang masih terkunci.
GP Azerbaijan merupakan persinggahan terakhir menjelang seri balapan F1 di Eropa yang akan dimulai di Barcelona, Spanyol, Mei mendatang. Ferrari, yang tampil buruk di tiga balapan terakhir F1 musim ini, punya kecenderungan tampil lebih kuat di Eropa. Tim Italia itu bahkan menguasai Sirkuit Barcelona dalam latihan pramusim F1, Februari lalu.
“Kami punya mobil yang sangat kuat (cepat). Namun, entah kenapa, kita belum bisa memaksimalkannya. Untuk itu, beberapa pekan ke depan ini menjadi hal krusial bagi kami untuk memahami posisi kami. Jelas, saat ini (di balapan), kami tidak secepat Mercedes. Kami harus membuka potensi mobil (SF90) yang masih terkunci,” tutur Sebastian Vettel, pebalap Ferrari, seperti dikutip Crash, Minggu (21/4/2019).
Vettel, yang terakhir kali memenangi balapan F1 pada Agustus 2018 lalu di Belgia, juga tengah dalam sorotan. Meskipun kinerjanya anjlok beberapa tahun terakhir, ia ternyata masih dianak-emaskan Ferrari. Ia finis ketiga di GP Shanghai, China, pekan lalu, menyusul team order Ferrari yang memprioritaskannya ketimbang rekan setimnya, Charles Leclerc.
Pada tiga balapan terakhir, Leclerc selalu diminta mengalah dan membuka jalan untuk Vettel, pebalap yang terakhir kali menjadi juara dunia pada 2013 silam bersama tim Red Bull. Menurut legenda F1, Mika Hakkinen, Ferrari harus berhenti “bermain-main” dengan urusan pebalap terbaik dan menghentikan praktik team order jika ingin bersaing dengan Mercedes.
Saat ini, Ferrari tertinggal 57 poin dari Mercedes di puncak klasemen konstruktor. Adapun Vettel berada di peringkat keempat dan tertinggal 31 poin dari Hamilton, pemucak klasemen pebalap. “Ferrari harus berhenti fokus ke diri mereka sendiri dan mulai konsentrasi untuk memenangi kompetisi. Dalam pertempuran melawan Mercedes, tidak ada yang peduli siapa di depan, Vettel atau Leclerc,” tutur Hakkinen.
Martin Brundle, mantan pebalap F1, membenarkan, Ferrari kini tengah mengalami penderitaan. Tim yang satu dekade berpuasa gelar itu sebetulnya digadang-gadang menjadi pesaing kuat Mercedes di musim ini. Namun, realitanya, mereka gagal di tiga seri balapan terakhir akibat serangkaian masalah, mulai dari taktik tim hingga realibilitas. “Masalah itu mereka buat-buat sendiri,” tuturnya.
Giles Richard, analis F1 di The Guardian, berkata, GP Azerbaijan wajib menjadi titik tolak kebangkitan Ferrari. Karakter Sirkuit Baku, menurutnya, sangat cocok dengan Ferrari. Sirkuit jalan raya sepanjang 6 kilometer itu memiliki lintasan lurus terpanjang di dunia yang bisa menguntungkan SF90, mobil milik Ferrari yang disebut-sebut punya kemampuan drag tercepat di F1 saat ini. “Jika tidak (menang) di Baku, lantas di mana lagi?” ujarnya.
Toto Wolff, Kepala Tim Mercedes, membenarkan, Ferrari masih menjadi ancaman bagi timnya di balapan mendatang. “Keunggulan mereka di lintasan lurus, khususnya pada putaran-putaran pembuka, bakal menjadi ancaman bagi kami. Ferrari masih sangat kuat,” tuturnya.