JAKARTA, KOMPAS — Ujian Sekolah Berstandar Nasional untuk sekolah dasar dan Ujian Nasional Berbasis Komputer untuk sekolah menengah pertama dimulai serentak pada Senin (22/4/2019). Pelaksanaan ujian sudah sesuai dengan standar nasional khususnya terkait isi dan evaluasi. Namun, standar sarana prasarana khususnya jaringan internet masih terkendala sehingga perlu ada perbaikan.
Dalam kunjungannya ke SD Muhammadiyah 5 Kebayoran Baru, SDN 07 Kramat Pela, Kebayoran Baru, SMPN 19 Jakarta, dan SMPN 11 Jakarta, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy melihat sekolah-sekolah itu mampu mempersiapkan ujian dengan baik. ”Isi ujiannya, pengamanan, dan pengawasan sudah dilakukan dengan baik,” ujar Muhadjir.
Sekolah-sekolah itu telah menggunakan pengawas dari sekolah lain dan kerahasiaan soal ujian dijaga dengan baik. Dari isi soal, Muhadjir melihat setiap sekolah telah membuat soal dengan metode penalaran yang tinggi atau high order thinking skills (HOTS) untuk tingkat SD.
Soal-soal itu tidak hanya menuntut anak pandai menghafal, tetapi juga mendidik anak menggunakan penalaran. Ia menilai guru dapat membuat soal sesuai dengan ketentuan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Adapun soal USBN memiliki ketentuan 20 persen disiapkan dari pusat dan sisanya disiapkan guru atau kelompok kerja guru.
Ia berharap kondisi persiapan ujian yang ada di DKI Jakarta dapat diterapkan di daerah lain. Muhadjir menyoroti daerah yang belum mampu mempersiapkan ujian dengan baik, salah satunya Nusa Tenggara Timur.
”Sarana prasarana USBN dan UNBK di sana belum memenuhi standar,” ujar Mendikbud.
Muhadjir mengatakan, beberapa sekolah yang berada di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) belum mampu melaksanakan ujian berbasis komputer karena sarana prasarana terutama jaringan teknologi informasi tidak memenuhi standar. Pemerintah akan mengintervensi di tingkat pusat dan daerah agar setiap sekolah dapat melaksanakan USBN dan UNBK sesuai dengan ketentuan BSNP.
Kepala SMPN 19 Jakarta Setiabudi mengatakan, sekolahnya telah mempersiapkan anak untuk mengikuti UNBK sejak Agustus 2018 melalui pendalaman materi dan uji coba. Bahkan, anak didik telah mendapatkan menerapkan computer based test (CBT) sejak masih duduk di kelas VIII.
Untuk sarana prasarana, sekolah menyediakan 40 laptop buat siswa yang tidak memiliki laptop. Adapun jumlah siswa yang mengikuti UNBK di SMPN 19 sebanyak 359 siswa. Sekolah mempersiapkan 10 ruangan dengan masing-masing ruangan diisi 20 siswa.
Di SMPN 19 juga digunakan SMPN 29 untuk melaksanakan UNBK. Mereka menumpang karena sedang ada renovasi di sekolahnya.
Peserta ujian
Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Khamim menuturkan, jumlah peserta USBN pada tahun ini 4.229.956 siswa dari 148.000 sekolah.
Tahun lalu, Mojokerto dan Malang, Jawa Timur, telah menerapkan ujian berbasis komputer. Menurut Khamim, ujian berbasis komputer menjaga integritas pendidikan karena dapat mencegah kebocoran soal.
Secara nasional UN SMP diikuti 4,28 juta siswa di 56.505 satuan pendidikan. Terdapat 11 provinsi yang menyelenggarakan UNBK SMP dengan persentase di atas 85 persen. Provinsi itu ialah Aceh, Bangka Belitung, Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, Gorontalo, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Sumatera Selatan.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Moch Abduh mengatakan, keikutsertaan peserta UNBK meningkat dari 78 persen tahun lalu menjadi 91 persen pada tahun ini untuk seluruh jenjang. Adapun pemerintah akan menyediakan waktu perbaikan untuk siswa yang tidak ikut ujian nasional utama dan susulan pada Juli 2019.
Selama ujian, siswa dan guru tidak boleh membawa gawai. Siswa yang melanggar akan mendapat nilai 0 dan harus ikut ujian ulang. Adapun pengawas yang melanggar aturan dicabut izinnya dan tidak boleh mengawasi lagi.